Rafael Benitez, Liverpool dan Kisah di Ruang Ganti Istanbul

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 30212

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Rafael Benitez, Liverpool dan Kisah di Ruang Ganti Istanbul

25 Mei 2005. Ataturk Olimpiyat Stadium, Istanbul.

Manuel Mejuto Gonzalez meniupkan peluit tanda berakhirnya babak pertama. Para pemain AC Milan cukup tenang berjalan ke ruang ganti atas gol yang dicetak Paolo Maldini dan dua gol Hernan Crespo. Sementara itu, para pemain Liverpool mulai berpikir tak karuan karena di 45 menit pertama, gawang mereka dibobol tiga kali. Tanpa balas.

Pemain sarat berpengalaman Liverpool, Jamie Carragher, juga tak berdaya menghadapi situasi itu. Ketinggalan 3-0 di babak pertama, di pertandingan sekelas final Liga Champions, merupakan sebuah bencana besar. Ia sudah pasrah. Ia tak lagi memikirkan pertandingan. Dalam benaknya, ia merasa kecewa dan menyesal tidak bisa membuat para pendukung Liverpool berbahagia.

"Saat berjalan menuju ruang ganti, saya merasakan kecewa dan menyesal. Saya tidak bisa mengangkat kepala saya untuk melihat keriuhan atau banner dan seragam merah yang menyemut di Ataturk. Mimpi saya sudah musnah. Saya sudah tak lagi memikirkan pertandingan. Saya lebih memikirkan keluarga dan teman-teman saya, `Apa yang akan mereka katakan pada saya atas hasil ini?`," kenang Carragher.

Dalam pikirannya, Carragher memang sudah mengibarkan bendera putih. Bahkan sudah terpikirkan olehnya bahwa ia ingin segera menuju ruang ganti, menghabiskan 15 menit bersama rekan-rekannya yang tertunduk lesu, lalu berusaha menjaga skor tetap 3-0. Ia tidak ingin kalah lebih telak lagi. Apalagi Liverpool sudah kehilangan Harry Kewell yang cedera di menit ke-23.

Harry Kewell saat ditarik keluar karena cedera

Memasuki ruang ganti Liverpool, keheningan sempat terjadi beberapa menit, sesuai dengan yang dibayangkan Carragher. Namun keheningan pecah ketika Rafael Benitez, manajer Liverpool saat itu, meminta perhatian anak asuhnya dengan bahasa Inggris yang kurang sempurna.

Benitez lantas menyuruh Djimi Traore, bek kiri, untuk mandi lebih dulu. Itu merupakan tanda pergantian pemain dari Benitez. Ia hendak melakukan pergantian pemain keduanya pada laga tersebut. Untuk mengejar ketertinggalan, Traore rencananya akan digantikan Djibril Cisse dan Liverpool akan bermain dengan skema 3-5-2.

Pada saat itu, Benitez masih terlihat tenang. Tak ada kekhawatiran atau putus asa atas skor 3-0 yang menimpa timnya. Bahkan ia tidak bereaksi berlebihan ketika tiba-tiba Steve Finnan menginterupsi instruksinya. Bek asal Irlandia itu berkata pada Dave Galley, tim medis Liverpool, bahwa ia mengalami cedera dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Argumennya itu bahkan didukung oleh Galley, yang meminta Benitez mengganti Finnan.

Benitez jelas harus memutar otak. Satu pergantian sudah ia lakukan di babak pertama ketika Vladimir Smicer masuk menggantikan Kewell yang cedera. Ia juga berencana memasukkan Cisse untuk menyempurnakan skema 3-5-2. Jika Finnan ditarik keluar saat itu juga, maka tak ada lagi pergantian pemain di sisa 45 menit pertama.

"Kita hanya punya dua pergantian lagi karena kita sudah kehilangan Kewell yang cedera. Saya tidak bisa mengganti dua pemain sekarang. Dan jika kamu [Finnan] tetap bersikukuh, maka saya akan kehilangan pergantian terakhir saya," ujar Benitez mencoba merayu Finnan untuk tetap bermain.

Tapi Finnan, didukung oleh Galley, tetap menyatakan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Benitez lantas sempat terdiam sejenak. Lalu tak lama kemudian, ia mengambil keputusan. Ia mengubah rencananya.

Bersambung ke halaman berikutnya

Komentar