Antara tahun 2006 dan 2010, dua bersaudara dari Burkina Faso bernama Bilguissa dan Salimata Simpore dinaturalisasi menjadi warga negara Equatoral Guinea atau Guinea Khatulistiwa. Nama pertama adalah pemain bek tengah dan yang terakhir sebagai penyerang.
Di luar mekanisme naturalisasi, kontroversi muncul karena Bilguissa dan Simpore diduga berjenis kelamin laki-laki. Apalagi Ghana dan Kamerun yang sempat menjadi lawan Equatoral Guinea, melancarkan protes karena kecurigaan tersebut. Dugaan itu belum terbukti dan dua pesepakbola perempuan itu berhasil mengantarkan Equatoral Guinea menjuarai Piala Afrika Perempuan 2008 dan runner-up 2010.
Mereka juga hampir meloloskan Equatoral Guinea ke Piala Dunia Perempuan 2011. Namun keduanya dicoret Marcelo Frigerio, Pelatih Equatoral Guinea saat itu, pada April 2011. Barulah Bilguissa dan Simpore mengaku bahwa mereka adalah laki-laki pada 2015 lalu.
Pemalsuan data pemain juga yang membuat Equatoral Guinea untuk mengikuti proses menuju Piala Dunia Perempuan 2019 di Prancis hampir gagal. Hal itu karena mendaftarkan Camila Nobre do Carmo Oliviera yang merupakan warga negara Brasil ke dalam skuat Equatoral Guinea. Equatoral Guinea harus melakukan banding agar tetap bisa menjalani kualifikasi Piala Dunia Perempuan 2019.
Tapi pada akhirnya Equatoral Guinea harus mendapatkan hukuman dari Komite Disiplin FIFA. Penyelidikan FIFA menunjukkan bahwa Equatoral Guinea menggunakan 10 pemain dengan dokumen palsu sejak mengikuti Olimpiade Rio 2016. Alhasil, Equatoral Guinea dicoret dari kualifikasi Piala Dunia Perempuan 2019, Piala Afrika 2018, Piala Dunia Perempuan 2020 dan Olimpiade 2020.
Pemalsuan dokumen setelah diketahui bahwa biodata di paspor dan sertifikat kelahiran pemainnya berbeda. Sebanyak 10 pemain yang memalsukan dokumen itu merupakan warga negara Brasil. Pemain-pemain yang memalsukan dokumen itu adalah:
1. Ana Lucia Nascimiento dos Santos
2. Mirian Silva da Paixao
3. Adriana Soares Parente
4. Dulcia Maria Davi
5. Bruna Amarante da Silva
6. Ana Cristina da Silva
7. Jumaria Barbosa de Santana
8. Vania Cristina Martins
9. Carolina Conceicao Martins Pereira
10. Adriana Aparecida Costa
Ada pun dua pesepakbola lain yang juga harus dihukum larangan 10 pertandingan ke depan. Dua pemain itu adalah Francisca Angue Ondo Asangono dan Muriel Linda Mendoua Abessolo karena terlibat dalam pemalsuan dokumen pada Olimpiade Rio 2016. Tapi kedua pemain itu diambil dari Nigeria dan Kamerun.
Selain dicoret menjadi peserta dan larangan bermain pemainnya, Federasi Sepakbola Equatoral Guinea juga didenda 102 ribu dolar oleh FIFA. Di luar persoalan jenis kelamin dua pemain itu, naturalisasi dan keterpaksaan pemalsuan data kedua pemain itu memperlihatkan krisis sumber daya manusia pada sepakbola perempuan Equatoral Guinea.
Sumber: Daily Mail, ESPN FC, FIFA, The Guardian, The Sun
Komentar