Aizawa Suguru, salah satu karakter dalam manga Area no Kishi, pernah berujar bahwa sebuah tim kalah dalam dua kondisi, yaitu ketika peluit panjang berbunyi dan ketika sebuah tim menyerah untuk mengejar ketertinggalan. Ada sebuah makna yang bisa kita ambil dari pernyataan tersebut: jangan menyerah sebelum peluit akhir pertandingan berbunyi.
Dalam kehidupan nyata, apa yang diujarkan oleh Aizawa Suguru di atas adalah sebuah hal yang klise. Kadang dalam sebuah pertandingan sepakbola, sebuah tim jarang berjuang dengan gigih untuk membalikkan keadaan atau mengejar ketertinggalan yang mereka alami. Apalagi jika skor sudah menunjukkan angka yang muskil untuk dikejar, maka sebuah tim memilih untuk bermain apa adanya, sekadar menghabiskan waktu saja agar penderitaan yang mereka alami segera berakhir.
Namun pada kenyataannya tidak selalu seperti itu. Anda ingat kejadian Manchester United lawan Bayern Muenchen pada 1999 silam di Camp Nou? Itu adalah salah satu contoh konkret bagaimana sebuah tim yang tidak menyerah untuk berjuang sampai peluit berbunyi, di akhir pertandingan menjadi tim yang berbahagia. Atau semangat Aljazair dalam Piala Dunia 2014, yang tidak menyerah untuk terus mengejar, yang pada akhirnya menyulitkan Jerman.
Dalam ajang kualifikasi Piala Dunia 2018 Rusia, perjuangan sampai peluit akhir berbunyi ini kembali menjadi sesuatu yang nyata. Hal tersebut mewujud dalam dua tim beda konfederasi, yaitu Mesir dan Kosta Rika. Keduanya menjadi wujud dari bagaimana semangat tanpa akhir, sampai peluit penanda pertandingan selesai berbunyi, mengantarkan mereka menuju Rusia pada 2018 nanti.
Perjuangan Mohamed Salah, perjuangan Mesir
Sudah 28 tahun lamanya Mesir tidak mengecap atmosfer Piala Dunia. Terakhir kali mereka merasakan atmosfer Piala Dunia adalah pada 1990 silam di Italia. Sekarang, Mesir akan kembali bisa merasakan atmosfer Piala Dunia di Rusia pada 2018 kelak. Ini semua, salah satunya, adalah berkat perjuangan Mesir yang tidak kenal lelah dalam laga melawan Kongo.
Laga melawan Kongo dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Afrika adalah sebuah laga yang cukup penting bagi The Pharaohs. Andai mereka hanya meraih hasil imbang, maka penentuan lolos tidaknya mereka harus dilanjutkan sampai pertandingan terakhir fase grup, karena Uganda dan Ghana sudah siap mengejar dari belakang.
Oleh karena itu, para pemain Mesir berjuang begitu keras untuk memenangi pertandingan ini agar langkah mereka ke Rusia bisa dipastikan lebih cepat. Di sisi lain, Kongo bermain penuh determinasi, bahkan sempat mengimbangi Mesir sampai sekira menit 90. Saat orang-orang mengira bahwa laga akan berakhir imbang, semangat Mesir yang terus membara sampai menit akhir menunjukkan kekuatannya.
Tepat sebelum laga berakhir, saat Mesir melancarkan serangan ke pertahanan Kongo, salah seorang pemain Mesir dijatuhkan di dalam kotak penalti. The Pharaohs mendapatkan tendangan penalti, dan Mohamed Salah. pemain yang juga mencetak gol pertama bagi Mesir ini mendapatkan tugas mulia untuk mengeksekusi penalti itu. Beban dari para suporter yang hadir di Stadion Borg El-Arab, serta beban negara dan seluruh rakyat Mesir diserahkan kepada pemain Liverpool ini.
Dengan wajah tegang ia mengambil penalti tersebut. Selangkah, dua langkah, dan bola langsung ia tendang, berlawanan arah dengan loncatan kiper Kongo, Barel Mouko. Mesir menang, rakyat senang, dan mereka lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia. Pesta? Sudah pasti. Namun yang perlu ditekankan adalah semangat dari para pemain Mesir yang tidak menyerah sampai peluit akhir berbunyi.
Baca Juga: Mesir Kembali Tampil di Piala Dunia Setelah 28 Tahun Absen
Semangat Kosta Rika di tengah cuaca buruk
Selain Mesir, perjuangan Kosta Rika juga bisa menjadi contoh dari perjuangan tanpa akhir sampai peluit penanda pertandingan selesai dibunyikan. Hasil imbang yang mereka raih atas Honduras, berhasil mengantarkan tim yang berwilayah di Amerika Tengah ini lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia.
Pada babak kelima kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONCACAF yang sudah memakai sistem Hexagonal, Kosta Rika mampu tampil cukup memukau. Kosta Rika bahkan mampu mengungguli Amerika Serikat yang kerap menjadi langganan Piala Dunia dari zona CONCACAF ini. Mereka pun memiliki peluang yang lebih besar untuk lolos, dan peluang itu berhasil mereka gapai ketika melawan Honduras.
Berlaga di Stadion Nacional de Costa Rica melawan Honduras, tim yang juga sempat lolos ke babak delapan besar Piala Dunia 2014 ini menunjukkan semangat perjuangan mereka yang tidak menyerah sampai peluit akhir pertandingan berbunyi. Tertinggal 0-1 dari Honduras sejak menit ke-66, Kosta Rika tidak menyerah untuk mengejar ketertinggalan. Pada menit ke-90+5, perjuangan mereka membuahkan hasil.
Berawal dari serangan yang diinisiasi oleh Bryan Ruiz di sisi kiri pertahanan Honduras, bola hasil kiriman Ruiz ke kotak penalti berhasil disundul oleh Kendall Waston. Kedudukan berubah 1-1, dan Kosta Rika memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2018 dengan hasil imbang ini. Perolehan 16 poin mereka sudah tidak mungkin lagi disalip oleh Amerika Serikat (12 poin) dan Panama (11 poin) dengan sisa satu laga yang harus dijalani.
https://twitter.com/XXIIISport/status/917136709846032384
***
Apa yang terjadi di Kosta Rika dan Mesir ini merupakan sebuah bukti tersendiri bahwa sampai peluit pertandingan berakhir belum berbunyi, semua masih bisa terjadi. Sepakbola adalah drama, juga sebuah misteri yang kita tidak tahu. Kadang sebuah euforia, dalam waktu sejenak bisa berganti menjadi kesedihan. Hal sebaliknya juga bisa saja berlaku.
Itulah mengapa sepakbola penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian inilah yang membuat sepakbola, dengan segala bumbu yang ada di dalamnya, menjadi olahraga yang menarik untuk tetap disaksikan. Selama masih ada sepakbola, kejadian yang dialami Manchester United, Mesir, dan Kosta Rika ini masih akan terus terjadi.
foto: @brfootball
Komentar