Torehan impresif berhasil dibukukan Jerman di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa, Grup C. Setelah melibas Azerbaijan 5-1 di laga pamungkas kualifikasi zona Eropa, Jerman memastikan diri sebagai tim yang lolos ke Piala Dunia 2018 dengan catatan sempurna di babak kualifikasi.
Di grup C, selain Azerbaijan, mereka tergabung bersama Irlandia Utara, Republik Ceko, Norwegia, dan San Marino. Namun bagi Der Panzer lawan-lawan tersebut seolah bukan tandingan mereka. Keperkasaan Jerman bisa dilihat dari torehan impresif selama babak kualifikasi yang dilakoni.
Jerman mampu melewati total 10 pertandingan dengan sapu bersih kemenangan. Hasilnya, Tony Kroos dan kawan-kawan memastikan satu tempat di Piala Dunia 2018 dengan raihan poin sempurna, 30.
Sampai saat ini, Jerman tercatat sebagai satu-satunya kesebelasan yang lolos ke Piala Dunia dengan torehan sempurna. Namun rekor tersebut bisa saja disamai oleh Swiss andai dalam pertandingan terakhirnya mereka mampu mengalahkan Portugal.
Sejauh ini Swiss juga masih belum terkalahkan dengan catatan sembilan kemenangan yang diraih dalam sembilan pertandingan. Namun belum saatnya menyebut rekor Swiss sempurna selayaknya Jerman, karena masih ada banyak kemungkinan yang terjadi di sisa satu laga yang harus mereka hadapi.
Terlepas dari itu semua, rekor yang ditorehkan Jerman benar-benar luar biasa, karena tim asuhan Joachim Loew itu berhasil menyamai rekor Spanyol yang sebelumnya menjadi satu-satunya kesebelasan yang berhasil melalui babak kualifikasi Piala Dunia 2010, Afrika Selatan, di tahun 2008-2009 dengan raihan sempurna.
https://twitter.com/Squawka/status/917126866863034373
Meski sama-sama memegang rekor sempurna di ajang kualifikasi, namun kali ini Jerman lebih superior ketimbang Spanyol, khususnya dalam hal produktivitas. Pada akhir kualifikasi Piala Dunia 2010, Spanyol mencatatkan 25 gol dengan kemasukan lima gol. Hal tersebut membuat selisih gol La Furia Roja mentok di plus 20.
Sementara Jerman menunjukkan keperkasaan mereka di ajang kualifikasi Piala Dunia 2018, selain menyapu bersih kemenangan, tiga poin yang didapat mereka pun rata-rata diraih dengan skor telak seperti kemenangan 8-0 dan 7-0 atas San Marino yang akhirnya mengakhiri fase kualifikasi dengan catatan seratus persen kalah, dan kemenangan telak 6-0 atas Norwegia. Hasilnya Jerman mampu mencetak 43 gol dan hanya kemasukan empat gol saja dari 10 pertandingan. Hasilnya total selisih gol Jerman mencapai plus 39.
Melihat catatan tersebut, terlihat sekali superioritas Jerman di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 ini. Namun apalah arti superior di ajang kualifikasi andai tak mampu berbicara banyak di Piala Dunia. Namun Jerman bukan tim kemarin sore di ajang Piala Dunia. Jerman sudah meraih empat gelar juara. Di Piala Dunia 2018 saja mereka berstatus sebagai juara bertahan. Belum lagi tradisi mereka di Piala Dunia sejak tahun 2002 adalah minimal mencapai babak semifinal.
Mengejar Rekor Sebagai Raja Sepakbola Dunia Dua Kali Berturut-turut
Melihat pencapaian-pencapaian yang ditorehkan Die Mannschaft di kualifikasi, tidak berlebihan menjadikan mereka sebagai kandidat kuat juara Piala Dunia 2018. Hal yang sekiranya bakal mendukung prediksi tersebut bisa dilihat dari komposisi pemain yang mereka miliki.
Komposisi pemain Jerman bisa dibilang merata di setiap lini, kolaborasi antara pemain muda dan senior pun terjalin begitu harmonis. Artinya, tidak ada gap kualitas baik itu pemain utama dengan lapis dua. Hal tersebut telah dibuktikan dengan keberhasilan mereka menjuarai Piala Konfederasi 2017.
Saat itu Jerman diperkuat oleh pemain lapis dua mereka yang dominan adalah pemain muda. Tidak ada sosok Mesut Oezil, Tony Kross, Manue Neuer, Mats Hummels, Marco Reus, hingga Jerome Boateng dalam skuat yang dibawa Joachim Loew di Piala Konfederasi.
Kebijakan Loew saat itu sempat ditentang banyak pihak, karena menganggap Jerman mengerdilkan ajang Konfederasi. Terlepas dari kritikan yang banyak dialamatkan kepadanya, Loew memiliki alasan tersendiri mengenai kebijakan yang diambilnya.
Pertama, ia enggan membuat fisik para pemain utamanya terkuras jelang Piala Dunia. Selain itu, Loew juga ingin memberikan pengalaman bermain di level yang lebih tinggi kepada para pemain mudanya, sebagai langkah regenerasi.
Hasilnya teruji, skuat ‘muda’ Jerman yang digalang Leon Goretzka, Julian Brandt, hingga Julian Draxler sebagai ‘Kapten masa depan Der Panzer’ mampu membungkam mulut para kritikus setelah mereka menjuarai Piala Konfederasi.
Pencapaian tersebut kemudian yang menjadi alasan kuatnya komposisi pemain yang dimiliki Jerman saat ini. Itulah yang juga disebut dengan tidak adanya gap kualitas antara pemain utama dan lapis kedua.
Setelah berhasil menjuarai Piala Konfederasi Jerman dibayang-bayangi kutukan yang menyebut juara konfederasi tidak akan juara di Piala Dunia. Tantangan bagi Jerman tentunya menjadikan mitos itu hanya sebagai isapan jempol belaka. Tidak akan mudah memang, karena beberapa kompetitor pun memperlihatkan superioritas mereka seperti Spanyol yang melangkahi Italia, atau Brasil yang lolos meyakinkan di zona CONMEBOL.
Namun, bila Jerman berhasil menaklukkan mitos juara Piala Konfederasi maka Jerman bukan hanya mengikuti langkah Spanyol yang setelah melewati babak kualifikasi dengan hasil sempurna kemudian juara di Piala Dunia 2010, mereka juga bisa menyamai pencapaian Italia dan Brasil yang pernah menjuarai Piala Dunia dalam dua penyelenggaraan beruntun.
Apakah Jerman benar-benar mampu mempertahankan tren positif ini hingga gelar juara berhasil diraih? Atau justru Piala Dunia 2018 malah menjadi antiklimaks atas raihan-raihan mengagumkan Jerman selama ini? Yang jelas Jerman telah membuktikan diri bahwa mereka merupakan kandidat juara di Piala Dunia mendatang.
Foto: Foci-Live
Komentar