Timnas Belanda adalah salah satu timnas yang cukup terpandang di mata dunia. Namun selayak kehidupan yang berputar, sekarang mereka sedang berada dalam masa gelap. Mereka masih menantikan terang, yang sampai sekarang belum kunjung terbit.
Oranje sebenarnya adalah tim yang tidak jelek-jelek amat. Dalam beberapa gelaran kompetisi antar negara beberapa tahun terakhir, walau tidak bergelimang trofi, mereka tetap bisa melaju jauh. Di Piala Dunia 2010, mereka berhasil menjadi runner-up. Di Piala Dunia 2014, juara ketiga berhasil mereka raih.
Memang di Piala Eropa 2008 dan 2012 mereka tidak berhasil mengukir prestasi manis, tapi setidaknya dengan tampil ciamik di Piala Dunia menunjukkan bahwa tim ini masih menjadi sangara (kesebelasan negara) yang cukup kuat di mata dunia. Tapi justru setelah Piala Dunia 2014, grafik permainan timnas Belanda malah menurun drastis.
Mereka tidak ikut ambil bagian dalam Piala Eropa 2016, karena gagal di babak kualifikasi. Untuk ajang Piala Dunia 2018 Rusia, mereka juga sudah dipastikan bahkan tidak bisa melanjutkan ke fase play-off setelah menghuni peringkat ketiga di kualifikasi Grup A zona UEFA, di bawah Prancis dan Swedia.
Hal ini menjadi sebuah sinyal tersendiri, bahwa sepakbola Belanda, yang pernah jaya di era 1970-an, sedang berada dalam masa-masa gelap. Masa gelap yang, jika Belanda dan KNVB (federasi sepakbola Belanda) tidak berbuat sesuatu, mungkin akan berlangsung dalam waktu yang lama. Berikut adalah hal-hal yang membuat Belanda, dalam masa sekarang ini, memasuki masa-masa gelap.
Tidak adanya pelatih yang menetapkan fondasi
Sebuah fondasi, baik itu di klub maupun di timnas, adalah hal penting yang harus ditanamkan oleh pelatih. Timnas Belanda yang sekarang sudah kehilangan fondasi tersebut. Banyaknya pergantian pelatih yang dilakukan adalah salah satu penyebab mengapa timnas Belanda sekarang tidak punya fondasi yang baik.
Setelah era Bert van Marwijk, yang berhasil di Piala Dunia 2010 sekaligus gagal di Piala Eropa 2012, dan juga Louis van Gaal di Piala Dunia 2014, tidak ada lagi pelatih yang mampu menerapkan fondasi yang baik di timnas Belanda. Van Marwijk, dengan segala kepragmatisan yang ia miliki, menjadi pelatih yang sanggup kembali mengantarkan Belanda ke partai final Piala Dunia, setelah terakhir Belanda merengkuhnya pada 1974 dan 1978.
Namun era Van Marwijk ini limbung di Piala Eropa 2012. Untuk mengatasi kekacauan itu, KNVB merekrut Louis van Gaal. Jelang persiapan Piala Dunia 2014, Van Gaal pun membentuk sebuah fondasi, yang kelak tidak hanya berlaku bagi timnas Belanda di Piala Dunia 2014 tapi juga untuk timnas Belanda di masa depan.
Van Gaal, sosok yang terakhir menerapkan fondasi di timnas Belanda
Nama-nama baru semacam Daryl Janmaat, Stefan de Vrij, Jasper Cillessen, Georginio Wijnaldum, Memphis Depay, serta Daley Blind mulai menghiasi skuat timnas Belanda pada Piala Dunia 2014 silam. Nama-nama baru ini, meski tidak dikenal, berhasil menjadi wajah baru dari timnas Belanda di Piala Dunia 2014. Berpadu dengan generasi Arjen Robben dkk., Oranje pun tampil baik dalam ajang tersebut dengan menjadi juara tiga di bawah Jerman dan Argentina, dan di atas tuan rumah Brasil.
Seusai Piala Dunia 2014, sang meneer memutuskan untuk mundur dari kursi kepelatihan timnas Belanda dan memilih terbang ke Inggris untuk menangani Manchester United. Keputusan yang ternyata menjadi buruk untuk Van Gaal dan timnas Belanda sendiri.
Selepas Van Gaal pergi, tidak ada lagi yang sanggup meneruskan warisan yang sudah ia tinggalkan. Guus Hiddink, Danny Blind, serta Dick Advocaat masih belum mampu mengangkat performa Belanda ke level yang sama seperti Piala Dunia 2014 silam. Fondasi yang sudah ditinggalkan Van Gaal, seolah lenyap tak berbekas. Seiring dengan fondasi Van Gaal yang perlahan lenyap ini, fondasi baru masih belum ditemukan.
Terpotongnya generasi pemain
Generasi Arjen Robben dkk., yang mulai muncul pada masa 2000-an, adalah generasi terbaik lain yang pernah diproduksi oleh Belanda. Namun mengandalkan mereka semua sampai sekarang, itu adalah hal yang tidak lazim juga. Masa berganti, usia-usia pemain itu pun akan semakin menua.
Di sinilah seharusnya generasi lain mulai muncul dan menggantikan posisi dari Robben dkk. Namun nyatanya generasi-generasi baru yang bermunculan di Belanda, selain jumlahnya yang tidak terlalu banyak, juga tidak terasah dengan baik. Ini tak lepas dari level Eredivisie yang semakin lama semakin menurun di Eropa. Terakhir, hanya Ajax yang mampu berprestasi di Liga Europa dengan menjadi runner-up.
Selain itu, pemain-pemain yang ada di Belanda sekarang bukanlah pemain yang terbiasa dengan permainan level tinggi dan pengalaman mentas di kompetisi antar klub Eropa macam Liga Champions. Hal inilah yang membikin Belanda sulit bersaing dengan negara-negara Eropa lain, yang pemainnya rata-rata punya jam terbang yang cukup banyak mentas di turnamen antar klub Eropa.
Memang cukup banyak pemain-pemain asal Belanda yang sekarang bermain di luar negeri. Namun karena mereka bermain di klub yang tidak besar-besar amat (seperti klub di Liga Super Turki atau klub medioker Liga Primer) atau jarang mendapatkan jam terbang, hal tersebut berimbas kepada level permainan timnas Belanda sendiri. Ada semacam pewarisan generasi yang terputus, yang membuat timnas Belanda tidak diisi lagi oleh talenta-talenta kelas dunia.
Filosofi permainan yang tidak jelas
Meski tidak bergelimang prestasi selayak timnas lain dari Eropa, setidaknya Belanda sudah menancapkan salah satu pengaruh mereka di peta percaturan sepakbola dunia. Hal itu terjadi lewat sebuah filosofi permainan bernama totalvoetbal, yang diperkenalkan kepada dunia oleh Rinus Michels, dibantu oleh Johan Cruyff, pada medio 1970an silam.
Sebuah permainan yang menghibur, dengan perpindahan pemain yang cepat dihiasi umpan-umpan pendek yang memanjakan mata, membuat nama Belanda mulai dikenal oleh dunia. Berawal dari budaya Belanda yang paham akan caranya memanfaatkan ruang, permainan totalvoetbal, yang juga memanfaatkan kemampuan para pemain mencari ruang di lapangan, menjelma menjadi sebuah trademark asli dari Belanda.
Johan Cruyff, salah satu pemain terbaik yang pernah dilahirkan Belanda
Filosofi permainan Belanda ini mulai menyebar ke seantero dunia, seiring banyaknya negara-negara yang mulai terinspirasi oleh cara bermain yang menakutkan sekaligus menghibur ini. Pep Guardiola adalah salah satu yang begitu mengagungkan filosofi ini, mengadaptasinya menjadi sebuah cara bermain bernama possession football. Kuasai bola sebanyak-banyaknya, dan lawan tidak bisa berbuat apa-apa.
Namun ketika negara-negara lain mulai sedikit meniru atau mengaplikasikan gaya bermain totalvoetbal ini, sang penemu, timnas Belanda justru limbung. Mereka seolah tidak memiliki sebuah filosofi permainan yang tetap. Setelah era Van Marwijk dan Van Gaal yang lebih direct, sekarang permainan Belanda justru cenderung mengandalkan individu saja.
https://twitter.com/11tegen11/status/916945953931907073
Dari passmap di atas, tercermin bahwa bukan hanya kurangnya kontribusi lini tengah dalam rute umpan yang dilakukan oleh timnas Belanda, melainkan ketiadaan inovasi dalam permainan timnas Belanda. Pola permainan ini pun dengan mudah diantisipasi oleh lawan, dan timnas Belanda menjadi mudah ditaklukkan oleh lawan-lawannya. Ini semua adalah wujud dari Belanda yang mulai kehilangan filosofi bermainnya di atas lapangan, dan mungkin terfokus pada kemampuan Robben yang mulai detik ini bahkan menyatakan pensiun dari sepakbola internasional.
***
Untuk masa-masa dekat ini, ada satu fakta yang harus diterima oleh Belanda: Mereka bukan lagi timnas yang besar di Eropa. Apalagi dunia. Secara sejarah, Belanda memang sudah menancapkan pengaruh mereka. Namun di masa kini, fakta bahwa mereka bukan lagi tim besar adalah benar adanya.
Namun bukan berarti pembenahan tidak bisa dilakukan. Setelah kehancuran di Piala Eropa 2000, tetangga Belanda, Jerman, langsung berbenah dan segera kembali menjadi tim yang disegani di Eropa dan dunia. Saat ini mungkin Belanda berada dalam masa gelap, tapi bukan berarti mereka tidak bisa berbenah untuk kembali meraih terang di masa depan.
KNVB, selaku federasi sepakbola Belanda, harus segera menentukan langkah-langkah konkret yang akan membawa dampak baik bagi Belanda di masa depan. Meski tidak bisa secara instan, tapi jika tidak dilakukan dari sekarang, Belanda akan tetap berada dalam gelap dan terang takkan pernah terbit kembali di Negeri Kincir Angin tersebut.
Sumber: Squawka
foto: @FootballOranje_
Komentar