Ultras Internazionale Milan membuka pertandingan Derby della Madonnina dengan menunjukan spanduk raksasa bertulis, "Cetak gol. Lakukan itu untuk Tribun Utara," di Stadion Giuseppe Meazza, Senin (16/10). Tuntutan itu pun berhasil dipenuhi Inter dengan tiga kali membobol gawang AC Milan sehingga menang dengan skor 3-2.
Terjadi saling mengejar gol pada pertandingan ini. Tiga gol Inter itu diborong Mauro Icardi pada menit 28`, 63` dan 90`. Sementara Milan cuma sanggup membalasnya melalui gol yang dicetak Suso pada menit 55` dan gol bunuh diri Samir Handanovic pada menit 81`. Kemenangan Inter itu membuat mereka berada di peringkat dua dan Milan turun ke posisi 10 klasemen sementara Serie-A 2017/2018
Formasi dan Susunan Pemain
Milan bermain dengan skuat yang pincang pada pertandingan antara rival satu kota ini. Empat pemainnya yaitu, Andrea Conti, Hakan Calhanoglu, Luca Antonelli dan Nikola Kalinic tidak bisa diturunkan. Absennya Conti dan dan Kalinic dinilai paling berpengaruh bagi formasi dan susunan pemain Milan. Hal itu karena dua posisi yang ditinggalkan mereka diisi oleh pemain yang bukan merupakan posisi aslinya.
Suso yang merupakan pemain sayap dijadikan penyerang di depan bersama Andre Silva. Sementara Fabio Borini yang aslinya penyerang harus kembali dijadikan wing back kanan. Di kubu Inter, hanya Marcelo Brozovic yang absen karena cedera. Posisi Brozovic sebagai gelandang serang, mampu digantikan Borja Valero pada pertandingan ini dalam formasi 4-2-3-1. Valero memang bisa dimainkan sebagai salah satu gelandang poros ganda maupun gelandang serang.
Kesalahan Dalam Perubahan Garis Pertahanan Tinggi AC Milan
Inter langsung bermain menyerang ketika pertandingan dimulai. Kedua bek sayapnya juga ikut naik ke depan untuk membantu gelandang sayapnya. Sementara Milan tidak seperti biasanya karena tidak terlalu agresif pada saat itu. Mereka bermain dengan garis pertahanan rendah dan lebih sabar ketika merebut bola. Pertahanan mereka semakin padat karena menggunakan lima bek ketika bertahan.
Fabio Borini dan Riccardo Rodriguez turun ke belakang membantu tiga bek tengahnya. Bantuan Borini kepada Mussachio berhasil membuat Ivan Perisic sedikit teredam yang biasanya menjadi pemain andalan serangan Inter dari sisi kiri. Perisic juga semakin kesulitan mendapatkan suplai bola dari Yuto Nagatomo, full-back kiri, karena dibatasi Franck Kessie yang membantu pertahanan dengan pergerakan melebar ke kanan karena formasi Milan berubah menjadi 5-3-1-1 ketika bertahan.
Sementara di sektor kiri, Bonaventura yang melebar sisi kiri. Namun perubahan pola bertahan dilakukan Milan sejak pertengahan babak pertama. Terlihat mulai sekitar menit 24`, Milan mulai menerapkan garis pertahanan tinggi. Tiga beknya naik setengah lapangan dan Borini terlihat berada di sisi kiri sepertiga akhir pertahanan Inter. Sementara Kessie berjaga di belakangnya untuk mengantisipasi serangan balik dari Milan.
Pergerakan sisi kanan Milan ini mirip ketika mereka menghadapi Roma pada pertandingan sebelumnya. Tapi Milan juga mengalami hal yang sama, yaitu kelimpungan ketika menahan serangan balik lawan. Bola yang berhasil didapatkan Valero setelah dicuri dari Bonaventura, langsung dijadikan ajang serangan balik cepat Inter melalui sisi kanan melalui kombinasi Danilo D`Ambrosio dengan Antonio Candreva.
Sampai pada akhirnya Candreva memberikan umpan silang yang menjadi gol pertama Inter oleh Icardi. Garis pertahan Milan semakin tinggi setelah Milan menyamakan kedudukan melalui gol Suso pada menit 56`. Tapi tingginya garis pertahanan Milan juga menjadi penyebab gol kedua Inter. Bola yang sedang dikuasai Lucas Biglia berhasil dicuri Icardi sehingga Inter kembali unggul lagi dengan skor 2-1.
https://twitter.com/NaplesAndNapoli/status/919712723470045186
Lini Depan AC Milan Membingungkan
Penempatan Suso untuk menemani Silva di depan untuk membuka ruang di pertahanan Inter. Ketika menyerang, Suso diinstruksikan untuk sering bergerak ke luar kotak penalti untuk memancing pertahanan Inter. Di luar kotak penalti, Suso ditemani Bonaventura, sehingga formasi Milan berubah menjadi 3-4-2-1 ketika menyerang. Di antara kedua pemain itu akan masuk ke dalam kotak penalti ketika pemain sayap Milan berhasil membawa bola ke area sepertiga akhir pertahanan Inter.
Namun pergerakan kedua pemain itu seolah mati dan lebih banyak lari tidak jelas di luar kotak penalti Inter. Mereka berdua juga sering dihalang-halangi oleh poros ganda Inter, yaitu Matias Vecino dan Roberto Gagliardini. Sementara Silva tidak bisa berbuat banyak karena diapit dua bek tengah Inter, Milan Skriniar dan Joao Miranda. Suso juga harus terpaksa meninggalkan area kekuasaanya karena bergerak lebar ke kanan.
Hal itu karena ia harus menjemput bola atas lambatnya transisi menyerang yang dibangun antara Borini dan Kessie. Permainan Kessie pada pertandingan ini tidak terlalu bagus. Ia sering salah posisi antara melebar ke sisi kanan atau bergerak ke tengah membantu Biglia. Memang Biglia seolah sendirian di depan kotak penalti karena pemain sayap Inter sering melakukan cut-inside pada pertandingan tersebut.
Kessie pun digantikan Patrick Cutrone ketika pergantian babak. Kemudian posisi Kessie semula diisi Suso sehingga pergerakannya lebih luas, selain bergerak lebar yang memang biasanya dilakukannya sebagai pemain berposisi asli sayap. Ia pun diberikan kebebasan untuk membawa bola ke arah half-space lawan. Pergerakannya itu membuat Milan menumpuk pemainnya di depan kotak penalti Inter karena Cutrone pun diberikan peran yang sebelumnya ditugaskan kepada Suso.
Pemain Inter di sepertiga akhir pun lebih fokus kepada Silva, Bonaventura dan Cutrone. Hal itu menjadikan kebebasan Suso yang di luar dugaan bergerak ke depan kotak penalti dan mendapatkan ruang tembak sehingga menjadi gol pada menit 55`. Melalui tautan di bawah ini, bisa terlihat bagaimana para pemain Inter justru menyemut ke dalam kotak penalti menyangka bahwa Suso akan mengalirkan bola ke tengah dan ia justru mendapatkan kesempatan menembak bola ke gawang.
https://twitter.com/semo33/status/919654974971408385
Luca Biglia yang Selalu Bekerja Sendirian
Biglia tidak memiliki rekan ketika menyerang dan bertahan. Ia seperti menanggung tempo permainan sendirian ketika menyerang dan mengantisipasi gelandang serang serta pemain sayap Inter yang bergerak ke tengah. Kessie yang seharusnya menjadi rekan Biglia justru dibingungkan dengan pergerakannya yang harus melebar ke kanan karena membantu Borini bertahan saat Milan mulai mengubah garis pertahanannya.
Kesendirian Biglia sangat terlihat ketika gol kedua Icardi karena berhasil mencuri bola darinya. Milan yang saat itu semakin meninggikan garis pertahanannya mengincar angka untuk keunggulan setelah berhasil menyamakan kedudukan. Tapi Biglia yang sendirian di depan terlihat kebingungan untuk mengalirkan bola kepada siapa karena Kessie sudah ditarik keluar. Hal itu membuat kedua bek tengah sebelah kiri maupun kanan untuk lebih naik lagi membantu aliran bola Biglia.
Maka tidak jarang terlihat Mussachio dan Alessio Romagnoli di wilayah Inter. Tapi pada akhirnya Biglia mendapatkan patner di lini tengah setelah masuknya Manuel Locatelli menggantikan Romagnoli. Adanya Locatelli cukup membantu meredam serangan sayap Inter yang sering bergerak ke tengah dan meredam keleluasaan yang didapatkan Valero selama pertandingan. Valero begitu bebas bergerak selama pertandingan atas kesendirian Biglia dan kurangnya tekanan yang diberikan kepadanya.
Valero jugalah yang mampu menjembatani serangan Inter menjadi sama kuat di sisi kanan ketika Perisic diredam di sisi kiri. Tapi sejak masuknya Locatelli untuk menemani Biglia, pergerakan Valero bisa sedikit teredam dan Milan bisa mulai kembali menyusun serangannya karena bisa saling berbagi bola dan mengatur tempo bersama-sama. Milan pun mulai bisa kembali menyusun permainannya dan berbuah menjadi gol penyama kedudukan atas bunuh dirinya Handanovic pada menit 80`.
Setelah skor 2-2, Borini ditugaskan lebih bertahan daripada menyerang, sehingga Locatelli yang masuk bisa lebih fokus menemani Biglia di lini tengah. Biglia memang membutuhkan rekan di lini tengah untuk mengatur tempo permainan maupun bertahan. Seperti ketika di Lazio bersama Marco Parolo. Tapi apiknya duet Biglia dan Locatelli sia-sia karena pada akhirnya Inter mendapatkan penalti dan memenangkan laga dengan skor 3-2.
Kesimpulan
Dua proses gol yang dicetak Inter membuktikan bahwa mereka tidak masalah jika kecenderungan serangannya dari sisi kiri selama ini telah dimatikan. Mereka tetap mampu melakukan perlawanan karena memanfaatkan kesalahan-kesalahan individual dan taktis Milan itu sendiri.
Keunggulan lain ditambah dengan Inter yang memiliki Icardi sebagai penyerang dengan penyelesaian akhir sempurna. Berbeda dengan Silva yang menjadi ujung tombak Milan pada saat itu tidak bisa berbuat banyak. Empat percobaan tembakannnya tidak ada yang mengarah ke gawang walau satu di antaranya mengenai mistar.
Komentar