Edin Dzeko mencuri perhatian khalayak usai pertandingan Chelsea menghadapi AS Roma. Pada laga yang digelar Kamis (19/10) dini hari WIB tersebut, Dzeko mencetak dua gol. Pertandingan sendiri berakhir imbang 3-3. Dzeko dianggap sebagai pemain terbaik pada laga tersebut, selain Eden Hazard yang juga mencetak dua gol.
Penampilan Dzeko bersama AS Roma belakangan ini memang terus menanjak. Gol demi gol mulai lahir dari kaki dan kepalanya. Padahal saat pertama kali bergabung dengan Roma, Dzeko hanya mampu mencetak 10 gol saja dari 39 penampilan. Ketika itu, musim 2015/2016, Dzeko masih berstatus pinjaman dari Manchester City.
Tapi Dzeko lambat laun memamerkan kelihaiannya dalam mencetak gol. Musim 2016/2017 ia menjadi penyerang tertajam Serie A dengan mencetak 29 gol. Sementara saat artikel ini ditulis, Dzeko telah mencetak 10 gol dari 10 penampilan di musim 2017/2018 di segala kompetisi.
https://twitter.com/AffariDiCalcio/status/920761797258432524
Bisa dibilang saat ini Dzeko tengah menjalani penampilan terbaiknya, di salah satu liga terbaik di dunia. Berikut ini merupakan lima hal menarik yang perlu diketahui dari penyerang berusia 31 tahun ini:
Masa kecil yang suram
Saat ini bisa dibilang menjadi momen yang membahagiakan bagi Dzeko. Tapi jika melihat ke masa lalu, mantan penyerang Wolfsburg ini punya masa lalu yang cukup suram. Ia mengalaminya ketika daerah tempat tinggalnya menjadi arena perang yang terjadi di Sarajevo, Yugoslavia.
Pada 1992, Bosnia & Herzegovina menginginkan kemerdekaan dari Yugoslavia. Selama terjadi perang, hingga 1995, ia tinggal di ruang bawah tanah milik sang kakek. Bahkan menurut pengakuan sang ibu, Belma, Dzeko nyaris menjadi korban pengeboman. Masa-masa itulah yang tak ingin lagi diingat oleh Dzeko.
"Masa kanak-kanak saya sudah menjadi masa lalu. Itu sangat sulit, tapi saya bukan satu-satunya yang mengalami hal seperti itu. Di Bosnia, perang itu terjadi ketika saya berusia 6 tahun sampai saya berusia 10 tahun. Sangat sulit untuk keluar rumah, melakukan apapun atau menjalani kehidupan normal. Itu saya masih sangat muda. Sekarang sudah berakhir. Saya tak ingin membicarakannya terlalu banyak."
Mengawali karier sebagai gelandang
Setelah perang berakhir, Dzeko memulai kariernya sebagai pesepakbola, mengikuti jejak sang ayah yang merupakan pesepakbola amatir. Dzeko kecil punya postur tubuh yang tinggi. Saat ini saja tinggi badannya mencapai 193 cm. Sedari kecil memang sudah terlihat bahwa Dzeko memiliki postur yang lebih tinggi di atas anak seusianya. Hal itu terlihat pada sebuah potret saat ia masih bermain di tim junior Zeljeznicar.
Dzeko, kelima dari kanan barisan atas
Dalam pengakuannya, Dzeko mengatakan lebih sering ditempatkan di belakang penyerang saat masih muda. Bahkan ia sesekali ditempatkan di sayap. Postur tubuhnya yang tinggi tidak terlalu dimanfaatkan pelatihnya saat itu. Baru setelah pindah ke Ceko saat membela Teplice, pada usia 19 tahun, Dzeko mulai ditempatkan sebagai penyerang.
"Saya bukan pemain besar yang disuruh untuk menyundul bola. Di awal karier saya, saya bermain di belakang penyerang dan di tengah. Saya bisa bermain di sayap kiri dan kanan, bahkan sedikit lebih ke belakang (wing-back). Semua terserah pelatih. Saya tahu kemampuan saya, dan saya tahu apa yang bisa saya lakukan," ujar Dzeko seperti yang dikutip Mirror.
Penggemar Andriy Shevchenko
Di masa kecilnya, Dzeko sangat menggemari penyerang asal Ukraina, Andriy Shevchenko. Bahkan ia memiliki seragam asli AC Milan yang digunakan Shevchenko di rumahnya di Sarajevo. Seragam Shevchenko itu ia bingkai dan ditempelkan di tembok rumahnya.
Konon karena menyukai Shevchenko, ia merupakan penggemar AC Milan. Ini juga yang membuat ia menolak tawaran Juventus dan memilih Manchester City pada 2011 silam. "Tidak benar jika Juventus merupakan pilihan utama saya. Musim panas lalu, saya memilih Manchester City, tapi mereka (manajemen) tidak ingin melepas saya dari Wolfsburg. Saya senang ketika transfer ini terjadi pada Januari," ujar Dzeko pada Daily Mail.
Dzeko sendiri pada akhirnya berkesempatan bermain di Serie A. Namun bukan Milan, ia kini merupakan penggawa AS Roma, yang ia bela sejak 2015 lalu.
Menguasai lima bahasa
Sepakbola bisa dimainkan di negara mana saja karena sepakbola adalah bahasa universal. Meskipun begitu, Dzeko selalu beradaptasi dengan lingkungan di mana ia bermain. Karenanya lewat rekam jejak kariernya, kini ia fasih berbicara lima bahasa berbeda, sesuai dengan pengalaman ia bermain di negara tersebut.
Hal ini dikatakan oleh kolumnis Telegraph, Oliver Brown. Ketika Dzeko bergabung dengan Manchester City pada Januari 2011, Brown menuturkan bahwa Dzeko sudah cukup fasih berbahasa Inggris. Hal ini dikarenakan ia merupakan quick learner. Tak berlebihan karena saat ini ia pun bisa berbahasa Italia, melengkapi Bahasa Bosnia, Ceko, Jerman, dan Inggris yang sebelumnya ia kuasai.
"Ia cepat belajar. Berbicara dengan empat bahasa. Dzeko tahu bagaimana konferensi pers yang ia hadiri dan tahu apa yang ia harus katakan. Meski masih berusia 24 tahun, ia sudah mengetahui seperti apa Kota Manchester. Ia juga mempelajari budaya pop di sini (Inggris) sendirian," tulis Brown pada 2011.
Dijuluki Berlian dari Bosnia
Perjalanan karier Dzeko mengantarkannya menjadi salah satu talenta terbaik Bosnia. Buktinya, ia membawa harum negara Bosnia dengan menjadi juara Bundesliga bersama Wolfsburg, juara di berbagai kompetisi bersama Man City, hingga menjadi kapten timnas Bosnia di ajang internasional. Belum lagi ia pernah menjadi top skor Bundesliga, DFB Pokal, Liga Europa, Piala Liga Inggris, hingga terakhir top skor Serie A. Ia juga pernah meraih gelar pemain terbaik Bosnia tiga kali pada 2009, 2010, dan 2012.
Kemampuannya pun diakui oleh seantero Bosnia, tanah kelahirannya. Meski sempat diolok-olok dengan sebutan "Cloc" yang artinya "Stik Kayu Besar", terkait penampilannya di awal karier yang tidak terlalu impresif, kini ia dijuluki dengan "Diamant" yang dalam bahasa Inggris "Diamond" alias berlian dalam Bahasa Indonesia. Bahkan di Bosnia orang-orang memanggilnya dengan sebutan "Diamant".
"Di rumah saya dipanggil `Diamant`. Mereka tidak memanggil saya `Edin` atau `Dzeko`. Hanya `Diamant` dan itu sangat spesial buat saya," ujar Dzeko. "Panggilan itu bermula pada 2009 ketika saya mencetak salah satu gol terbaik saya selama membela Bosnia, melawan Belgia. Ketika itu komentator di Bosnia menyebutnya seperti itu. Sekarang ketika orang-orang melihat saya di jalanan mereka memanggil saya dengan sebutan itu. Saya tahu saya sudah melakukan sesuatu untuk negara saya, dan itu membuat saya bangga."
Komentar