Kerenggangan hubungan Mike Ashley dengan para pendukung Newcastle sudah bukan lagi rahasia umum. Meski di awal kepemimpinannya di Saint James Park, Ashley terkenal dekat dengan para suporter, namun dalam beberapa tahun terakhir Ashley cenderung menunjukkan sikap yang sangat dibenci suporter yaitu pelit dan efektivitas belanja pemain yang buruk.
Puncak kebencian ara suporter kepada Ashley terjadi pada musim 2009/2010 saat Chris Hughton dipecat dari kursi kepelatihan Newcastle, lebih parah karena Ashley juga mengganti nama Stadion St James Park menjadi Sports Direct Arena, mengacu pada nama perusahaan yang dimilikinya.
Para suporter sudah sangat berang dengan keberadaan Ashley di Newcastle, beberapa kali mereka menuntut agar pria berusia 53 tahun itu turun dari jabatannya, namun seolah tidak ada tanggapan.
Setelah penantian yang cukup panjang, keinginan para suporter agar Ashley bisa segera enyah dari Newcastle lambat laun menemui titik terang, terutama setelah Ashley berniat untuk menjual klub berjuluk The Magpies itu ke investor baru.
Langkah tersebut menuai pujian dari mantan pemilik Newcastle, Sir John Hall yang merasa bahwa memang sudah waktunya bagi Ashley untuk menjual The Magpies. "Dia datang dengan niat yang baik."
"Tapi sayangnya dia tidak memiliki hubungan harmonis dengan para penggemar sejak awal kepemilikannya. Saya pikir dia menyadari hal ini dan saya pikir ini saat yang tepat untuknya keluar,” terang John Hall seperti dilansir dari Sky Sports.
“Saya akan mengatakan kepada Mike bahwa saya mengerti mengapa dia ingin menjual klub, dia melakukan sebanyak yang dia bisa, tapi sudah waktunya untuk mencari pengganti yang tepat. Saya harap dia mendapatkan investor yang tepat untuk semua kepentingan kita,” sambungnya.
Dilansir dari Daily Mirror, Pengacara Mike Ashley, Andrew Henderson, mengatakan bahwa sejauh ini ada banyak investor yang menyatakan minat untuk menggantikan kedudukan Ashley di Newcastle. Andrew menambahkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir ini, kliennya itu intens melakukan pembicaraan dengan para calon pemilik.
"Sejak Senin, sejumlah pihak tambahan telah maju yang kami percaya dapat dipercaya. Kami juga terus terlibat dengan sejumlah pihak yang dengannya kami mengadakan negosiasi sebelum pengumuman hari Senin," terangnya dalam sebuah pernyataan.
Amanda Staveley paling potensial
Dari sekian banyak calon investor yang akan menjadi wajah baru Newcastle, sosok Amanda Staveley disebut-sebut sebagai kandidat kuat yang akan memegang kendali penuh kepemilikan The Magpies setelah rezim Ashley. Perempuan berusia 44 tahun itu dikabarkan mengajukan penawaran sebesar 300 juta paun untuk mengambil alih Newcastle dari tangan Ashley.
Dikabarkan bahwa proses negosiasi masih terus berlangsung, karena Ashley mematok harga 400 juta paun untuk investor yang menginginkan Newcastle. Meski begitu, Staveley tetap dijagokan bakal menjadi pemilik Newcastle selanjutnya.
Sekilas tentang Staveley, ia merupakan mantan model yang kini menjadi salah satu pebisinis terkemuka di Inggris. Ia merupakan pemilik PCP Capital Partners, sebuah perusahaan ekuitas swasta yang berbasis di Dubai, Uni Emirates Arab. Perusahaan tersebut kabarnya memiliki kekuatan finansial mencapai 28 miliar paun yang disokong melalui investasi beberapa perusahaan besar Timur Tengah dan Tiongkok.
Kiprah Staveley dalam dunia sepakbola memang tidak terlalu dikenal, karena dalam rekam jejaknya dia belum pernah menjadi pemilik atau setidaknya pemegang saham di sebuah kesebelasan. Namun bukan berarti bahwa ia tidak paham bagaimana caranya berbisnis di bidang olahraga. Apalagi, pada usia 14 tahun ia pernah menekuni bidang olahraga atletik namun karena mengalami cedera tendon achilles ia kemudian memutuskan mundur dari profesi atlet.
Staveley kemudian fokus dalam bidang pendidikan, ia sempat menjadi mahasiswa di Cambridge, sambil bekerja paruh waktu. Namun kematian kakeknya sempat membuat ibu satu anak itu mengalami depresi berat, yang memaksanya mendapat perawatan di rumah sakit. Hal itu membuatnya gagal mendapatkan gelar Sarjana dari St Catharine`s College, Cambridge.
Meski begitu, Staveley tidak kehilangan semangat untuk menjadi seorang pebisnis, karena saat menginjak usia 22 tahun Staveley sudah mulai mempraktikkan kecakapannya dalam berbisnis. Pada tahun 1996 ia meminjam uang sebesar 180 ribu paun untuk mendirikan sebuah restoran di dekat pacuan kuda Cambridge. Restoran bernama Stocks sering dikunjungi oleh para atlet berkuda, pelatih, hingga penonton yang berasal dari kalangan pebisnis.
Koneksi luas dengan taipan Timur Tengah yang membuatnya menyandang gelar ratu sepakbola Inggris
Dari sana Staveley mulai mendapatkan banyak koneksi untuk mengembangkan bisnisnya, salah satu koneksi yang didapatkannya setelah membuka restoran di area pacuan kuda adalah keluarga Al Maktoum, yang merupakan keluarga pengusaha sukses dari Dubai. Setelah itu, dia mulai berurusan dengan saham dan menjadi investor di perusahaan dot.com dan perusahaan biotek Futura Medical.
Pada tahun 2000, Staveley menjual semua sahamnya dan membuka Q.ton, sebuah pusat konferensi dan fasilitas yang dikembangkan dalam usaha bersama dengan Trinity College, Cambridge di Cambridge Science Park. Namun usaha tersebut mengalami kegagalan, ia terpaksa menjual 49 persen sahamnya ke perusahaan telekomunikasi, EuroTelecom.
Pada tahun 2005, mulailah ia mendirikan PCP, koneksi yang kuat dengan tokoh-tokoh bisnis Timur Tengah yang didukung dengan keahliannya sebagai negosiator dan broker membuat PCP pun banyak di sokong oleh perusahaan Timur Tengah dan Tiongkok. Dari sana, koneksinya semakin luas, tertama dengan pengusaha-pengusaha besar Timur Tengah yang salah satunya adalah Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan, pemilik Manchester City.
Sekadar informasi, Staveley dan Sheikh Mansour memiliki hubungan bisnis yang cukup dekat. Bahkan keberhasilan Sheikh mengambil alih kepemilikan City dari Thaksin Sinawatra. Kabarnya Staveley berperan sebagai negosiator agar Sheikh bisa menjadi pemilik baru The Citizens. Keberhasilan Staveley membantu Sheikh mengambil alih kepemilikan City pun akhirnya membuat Staveley dijuluki sebagai `Ratu baru sepak bola Inggris` oleh beberapa surat kabar Inggris.
Selain Sheikh Mansour, Staveley juga diketahui pernah berperan dalam proses negosiasi antara Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum dengan Dewan Klub Liverpool. Staveley diketahui berperan sebagai yang menghubungkan Sheikh Mohammed dengan Dewan klub berjuluk The Reds itu. Namun tampaknya negosiasi tak berjalan mulus, karena hingga saat ini kepemilikan klub asal Merseyside itu masih dikendalikan oleh Feenway Sports Group (FSG).
Sosok mandiri dan pekerja keras
Melihat perjalanan karier Staveley, yang memulai semuanya dari nol tampak jelas bahwa ia merupakan sosok pekerja keras dan juga mandiri. Melihat latar belakang keluarganya yang kaya raya, perempuan asal Yorkshire itu sebenarnya tidak harus bekerja ekstra keras untuk bisa mendapatkan uang yang melimpah.
Ayahnya, Robert Staveley merupakan pemilik taman hiburan Lightwater Valley di North Yorkshire, sementara ibunya, Lynne, merupakan mantan model. Namun Staveley tidak mau mengandalkan kekayaan keluarganya itu untuk membuatnya hidup layak. Bisa dibilang Staveley juga merupakan perempuan yang memiliki seribu ambisi dalam hidupnya.
Diketahui bahwa Staveley pernah menjalin asmara dengan Pangeran Andrew, The Duke of York. Pertemuan keduanya terjadi di Uni Emirat Arab pada 2001 silam. Sejak saat itu keduanya menjalin kasih dalam kurun waktu tiga tahun lamanya.
Namun ketika Pangeran Andrew berniat untuk mempersuntingnya, Staveley menolaknya. Sikap yang bertolak belakang dengan kebanyakan perempuan, yang mendambakan hidup menjadi seorang putri layaknya kisah Cinderella.
Tapi Staveley punya alasan dari sikap yang membuat banyak orang terdekatnya itu kecewa, salah satunya karena ia enggan melepas sisi kemandiriannya dengan mengubah status sebagai istri Pangeran yang kehidupannya sudah terjamin.
“Andrew adalah pria yang tampan dan saya masih sangat menyayanginya. Tapi kalau aku menikahi dia, kemandirianku akan lenyap,” ungkapnya beberapa tahun lalu.
Kisah cinta Staveley berakhir pada tahun 2011 setelah ia menikah dengan seorang pria asal Iran bernama Mehrdad Ghodoussi. Mehrdad merupakan pekerja di perusahaannya. Saat ini, keduanya sudah dikaruniai dua orang anak, putra pertamanya yang bernama Alexander lahir prematur pada tahun 2014 lalu.
***
Newcastle United mungkin bukanlah Manchester United, Manchester City, Chelsea, atau bahkan Liverpool yang saat ini dikenal sebagai kekuatan besar sepakbola Inggris. Namun membeli Newcastle bisa menjadi sebuah keuntungan potensial bagi Staveley, karena biar bagaimanapun The Magpies merupakan salah satu kesebelasan yang memiliki prestasi yang cukup bagus di masa lalu.
Ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Staveley untuk mengembalikan trah kejayaan Newcastle. Potensinya sangat besar, mengingat juara empat kali Liga Inggris itu kini ditangani oleh pelatih hebat sekaliber Rafael Benitez.
Foto: The Sun, The Times, Sky Sport.
Komentar