Jika mendengar nama Luis Alberto, tak sedikit dari kita yang mungkin mengasosiasikannya sebagai pemain gagal atau pemain yang akrab di bangku cadangan. Apalagi tahun 2016 ia nyaris pensiun dini. Tapi sekarang, perlahan tapi pasti, gelandang serang asal Spanyol ini membuktikan kualitasnya di Negeri Pizza bersama kesebelasan ibu kota Italia, SS Lazio.
Pada Juni 2013, Luis Alberto memiliki harapan besar di Liverpool yang merekrutnya dari Sevilla dengan kontrak empat tahun. Saat itu usianya masih 20 tahun. Penampilannya bersama Barcelona B (status pinjaman), dengan 11 gol dari 38 penampilan, membuatnya punya prospek cerah bagi timnas Spanyol.
Setidaknya itulah yang dilihat oleh Brendan Rodgers. Rodgers yang saat itu masih melatih Liverpool bahkan cukup yakin Alberto bisa menjadi bagian dari masa depan Liverpool meski di awal kariernya, pemain lulusan akademi Sevilla menjalani masa yang sulit untuk beradaptasi di Inggris bersama Liverpool. Padahal di musim pertamanya bersama Liverpool, Alberto tak sekalipun dimainkan sejak menit pertama dan lebih akrab dengan bangku cadangan.
"Ini mungkin menjadi musim yang sulit untuk Luis [Alberto] karena ia tidak punya banyak kesempatan untuk memberikan kontribusi. Tapi ia harus terus berusaha. Dia masih muda dan punya kualitas. Ini menunjukkan level kami," kata Rodgers menjelang musim 2013/2014 berakhir.
"Pembelian Luis untuk jangka panjang, itu rencana kami. Ia masih muda, baru bergabung dan sedang berusaha menjalani kehidupan di klub besar dan sedang mencoba memberikan kontribusi. Ia akan tetap berlatih dengan tim utama sampai akhir musim baru kami mengevaluasi perkembangannya di musim panas ini."
Pada musim tersebut, Rodgers tidak terlalu banyak melakukan rotasi, khususnya di lini depan. Apalagi pelatih asal Irlandia Utara tersebut lebih sering mengandalkan pola dasar 4-3-1-2, dengan Luis Suarez dan Daniel Sturridge sebagai penyerang. Untuk bermain di pos gelandang serang, ia harus menyisihkan Philippe Coutinho. Sementara ketika Liverpool bermain dengan 4-2-3-1, Rodgers lebih memercayakan Raheem Sterling. Selain dirinya, Victor Moses dan Iago Aspas pun sudah mengantre untuk mendapatkan kesempatan bermain di posisinya.
Luis Alberto saat masih berseragam Liverpool
Alhasil Alberto hanya tampil sebanyak 12 kali sepanjang musim 2013/2014, kesemuanya sebagai pemain pengganti. Di Liga Primer, ia hanya tampil sembilan kali. Dari situlah Rodgers mungkin melihat bahwa tak ada tempat untuk Alberto. Karenanya di dua musim berikutnya, pemain kelahiran San Jose del Valle ini dipinjamkan ke Malaga dan Deportivo La Coruna.
Kembali ke Liverpool, kontrak Luis Alberto tersisa satu tahun. Namun meski ia tampil cukup oke bersama Deportivo dengan mencetak enam gol dan tujuh asis, masih tak ada tempat untuknya di Liverpool. Sial baginya, ketika musim 2016/2017 akan segera dimulai, ia terancam bertahan di Liverpool, yang kemungkinan besar akan lebih sering membangku cadangkannya. Terlebih Rodgers tak lagi melatih Liverpool, karena posisinya sudah digantikan Juergen Klopp.
Di tengah Alberto meratapi nasibnya di deadline day, Lazio datang pada Liverpool untuk memboyong Alberto. Awalnya, Lazio sendiri bukan mengincar Alberto, melainkan kompatriotnya di Deportivo yaitu Lucas Perez. Namun Perez lebih memilih bergabung dengan Arsenal. Dari situlah Lazio yang panik karena gagal mendapatkan Perez akhirnya merekrut Alberto.
"Saya tidak tahu apa-apa saat deadline day. Justru yang ada dalam benak saya adalah bertahan di Liverpool dan menghabiskan satu tahun kontrak, sambil berusaha membuktikan diri pada manajer. Saya membayangkan diri saya bebas transfer di akhir musim berikutnya," ujar Alberto.
"Tapi kemudian Lazio datang, tepat di saat-saat terakhir. Saya tidak terlalu banyak berpikir untuk menerimanya. Saya lebih memilih datang ke Lazio ketimbang menjadi `pengangguran` untuk satu tahun ke depan," sambung Alberto. Alberto direkrut Lazio dengan biaya cukup murah, 4 juta euro.
Karena bergabung dengan Lazio di saat-saat terakhir, artinya ia tak mengikuti pramusim. Adaptasinya pun semakin sulit. Apalagi ia bermain di negara yang belum pernah ia singgahi dengan kultur sepakbola yang khasnya. Terlebih ketika itu Lazio lebih membutuhkan pengganti Antonio Candreva yang hijrah ke Inter. Alberto yang jarang bermain di sayap akhirnya kalah saing dengan Felipe Anderson dan Keita Balde Diao.
Di pos gelandang serang, nyatanya ia tak bisa menggeser Sergej Milinkovic-Savic, yang baru saja menjadi juara Piala Dunia U-20 bersama Serbia. Ia pun lebih akrab di bangku cadangan bersama Lazio. Nasibnya yang tak membaik meski pindah klub itu sempat membuat Alberto berpikir untuk pensiun dini. Hal itu diungkapkan oleh psikiater pribadi Alberto, Juan Carlos Campillo.
"Dia sempat putus asa dan merasa bahwa ia sebenarnya tidak ditakdirkan untuk menjadi pesepakbola," kata Campillo. "Dia merasa tidak cukup bagus. Dia hanya melihat cahaya negatif, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hal yang paling sulit adalah membuat dirinya mengerti untuk bisa meraih tujuannya."
Simone Inzaghi, pelatih Lazio, awalnya tidak menyadari bakat Alberto. Bahkan ia kebingungan memaksimalkan Alberto karena Milinkovic-Savic tak tergantikan. Sementara itu rekan-rekannya di Lazio merasa nyaman ketika Alberto dimainkan, setidaknya ketika berlatih. Rekan-rekannya di Lazio sendiri menjulukinya sebagai Il Mago, atau Si Penyihir.
Inzaghi yang lambat laun melihat kelebihan Alberto, lantas mencobanya sebagai deep-lying playmaker, untuk menggantikan Lucas Biglia yang pindah ke AC Milan, ketika musim berganti. Tentu posisi itu tak cocok untuk Alberto yang punya kelebihan dalam mengkreasikan serangan di sekitar kotak penalti lawan.
Tapi di satu sisi Inzaghi ingin memaksimalkan Alberto, di sisi lain ia tak mau merusak kekompakan Milinkovic-Savic dan Ciro Immobile di lini depan. Alhasil pada pramusim 2017/2018, pemain berusia 25 tahun ini dipasangkan bersama Milinkovic-Savic sebagai gelandang serang dalam formasi dasar 3-4-2-1. Kehadiran Lucas Leiva membuat Inzaghi cukup yakin skema ini akan berjalan dengan baik.
Perubahan ini cukup masuk akal untuk Lazio. Faktor utamanya tentu karena Keita Balde telah hengkang ke AS Monaco. Sementara itu Felipe Anderson pun mendapatkan cedera yang cukup serius pada musim lalu. Maka Inzaghi harus lepas dari ketergantungan kedua pemain tersebut dan memaksimalkan pemain yang ada, salah satunya dengan memaksimalkan Alberto.
Musim berjalan pun sesuai yang diharapkan Inzaghi. Lazio terus bertahan di papan atas. Lebih dari itu, Alberto menjadi kreator utama serangan Lazio. Ia kini mencatatkan 2,6 umpan kunci per laga, tertinggi di Lazio dan terbanyak kelima di Serie A. Saat artikel ini ditulis, ia sudah mencetak tiga gol dan empat asis (paling berkontribusi kedua setelah Immobile).
Luis Alberto menjadi andalan Lazio bersama Ciro Immobile
Dari sembilan pekan Serie A, Alberto memang selalu dimainkan sejak menit pertama. Menit bermainnya terbanyak kelima setelah Thomas Strakosha, Ciro Immobile, Stefan Radu dan Senad Lulic, empat pemain lain yang juga tak tergantikan. Melihat performanya yang menanjak, Alberto pun mulai menargetkan diri bisa dipanggil timnas Spanyol, terlebih bermain di Piala Dunia 2018.
"Kita sudah melihat Julen Lopetegui (pelatih Spanyol) tidak takut untuk memberikan kesempatan pada pemain yang sebelumnya belum pernah menggunakan jersey tersebut (timnas Spanyol). Saya yakin saya bisa melakukannya dengan terus bekerja keras," ujar Alberto belum lama ini.
Kini, Alberto, yang sebelumnya berpikiran untuk pensiun dini, mulai bermimpi lebih tinggi lagi. Target Alberto bukan mustahil bisa terwujud, karena Inzaghi, yang sebelumnya tak bisa menempatkan Alberto di susunan utama tim, telah menjadi Inzaghi yang tak bisa menempatkan Alberto di bangku cadangan.
Baca juga:
Sergej Milinkovic-Savic: Postur Pebasket, Skill Pesepakbola
Saatnya Filippo Dibayang-bayangi Kehebatan Simone Inzaghi
Komentar