Gelandang Box-to-Box yang Menuntut Segala Atribut

Analisis

by Randy Aprialdi 54071

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Gelandang Box-to-Box yang Menuntut Segala Atribut

Pada April 2002, aksi Lee Bowyer saat membela Leeds United membuat takjub publik Stadion Pride Park, kandang Derby County. Melalui kemampuannya, ia mencuri bola dari Malcol Christie di depan kotak penalti pertahanannya. Kemudian bola itu diberikan kepada Alan Smith dan Bowyer tetap berlari dengan melebar ke sisi kanan lapangan.

Pergerakan Bowyer itu membuat Smith memberikan bola kepadanya kembali melalui umpan terobosan. Bowyer yang menerima bola, menggiringnya sambil berlari dan melakukan cut inside ke dalam kotak penalti dan mencetak gol. Pada saat itu, Bowyer memang merupakan salah satu pemain tengah dengan rating tertinggi di Liga Inggris. Ia memiliki semua atribut yang diinginkan pelatih di lini tengah skuatnya, terutama agresi dan kecepatannya.

Dua kemampuannya itu sudah cukup ditunjukkan Bowyer melalui aksinya dalam proses mencetak gol ke gawang Derby seperti yang dijelaskan sebelumnya. Ia mampu mencuri bola dari kotak penalti pertahanannya sendiri kemudian berlari sampai kotak penalti lawan dan mencetak gol dalam waktu yang cepat.

Melalui aksi Bowyer tersebut, itulah pengamatan yang bisa membantu kosakata seorang pemain berposisi gelandang dengan peran box-to-box. Beberapa pemain tengah terbaik di Eropa saat ini seperti Aaron Ramsey, Blaise Matuidi, Dele Alli, Paul Pogba, atau Radja Nainggolan, merupakan sedikit contoh gelandang dengan peran box-to-box.

Peran gelandang box-to-box mungkin mulai populer setelah era 1990-an. Tapi sebenarnya, konon, peran box-to-box sudah muncul sejak 1880-an pada formasi dasar 2-3-5. Pada waktu itu pemain harus memiliki multi skill baik menyerang maupun bertahan. Kemudian muncul gelandang bertipe box-to-box bernama Erns Ocwirk dari Austria pada 1950an.

Istilah gelandang box-to-box pun mulai tren pada 1980-an karena sering mempertontonkan peperangan antara dua gelandang agresif yang menguasai bola maupun tidak. Pada waktu itu merupakan era dari Lothar Matthaus sebagai gelandang box-to-box terbaik era 1980-an. Kemudian istilah gelandang box-to-box semakin populer di sepakbola pada 1990-an terutama di Inggris. Apalagi di negara itu, secara historis lebih menekankan fisik, kekuatan dan stamina diiringi keterampilan teknis dan kesadaran taktis.

Maka dari itu gelandang di Liga Inggris diatur mendapatkan peran lebih khusus. Pada saat itu terdapat Paul Scholes dan baru munculnya Frank Lampard dalam peran tersebut. Gelandang box-to-box dibutuhkan oleh pelatih dengan gaya bermain yang lebih energik dan bertugas menekan kreativitas lawan.

Makna dan Cara Menjadi Seorang Gelandang Box-to-Box

Gaya permainan gelandang box-to-box berdasarkan pada kombinasi dari transisi bertahan ke menyerang dan menyerang ke bertahan. Secara teoritis definisi gelandang box-to-box adalah, transisi bertahan ke kotak penalti sendiri (box) untuk melakukan tekel, intersepsi, atau memblok tendangan lawan kemudian membangun serangan ke (to) kotak penalti lawan (box) untuk menciptakan peluang atau bahkan mencetak gol.

"Jika Anda tahu ke mana pemain sayapmu akan memberikan bola, sembilan dari 10 pemain bisa menyambut umpan silang. Jika bek lawan menjagamu, Anda harus siap menghadapinya. Dia akan selalu berlari mundur. Berlari kecil menuju area penalti dan mengeksploitasi di dalamnya. Bungkukan pundakmu, masuk ke depan dan ke posisi yang benar sebelum lawanmu berhasil sampai di sana," terang Jack Rodwell, gelandang Sunderland, seperti dikutip dari Fourfourtwo.

Peran box-to-box adalah bentuk paling lengkap dari gelandang nomor enam, delapan maupun 10. Kemampuan gelandang box-to-box tidak spesial hanya dalam satu aspek saja, melainkan memiliki kemampuan merata karena harus menjalani tugas lebih spesifik dibanding gelandang konvensional yang terpusat di tengah.

Bersambung ke halaman berikutnya

Komentar