Borussia Dortmund kalah 1-3 dari Bayern Munchen. Alih-alih kembali ke puncak klasemen, Dortmund malah terlempar ke peringkat ketiga. Jumlah poin Dortmund kini sama banyak dengan FC Schalke 04 di peringkat keempat (20). Bayern, sementara itu, semakin mantap di peringkat pertama. Tidak hanya membuka keunggulan enam poin atas Dortmund, dengan kemenangan ini Bayern juga berhasil menjaga jarak aman – empat poin – dengan RB Leipzig di peringkat kedua.
Rapuh di Sayap, Kacau di Tengah
Kartu kuning untuk Marcel Schmelzer di menit kesembilan (karena menyikut Joshua Kimmich dalam perebutan bola udara) memberi kesan Dortmund akan rapuh di sisi kiri. Kartu kuning, bagaimana pun, pasti membuat Schmelzer lebih hati-hati. Nyatanya tidak demikian. Dortmund malah rapuh di sisi kanan.
Fullback kanan Dortmund di pertandingan ini adalah Marc Bartra, yang posisi aslinya adalah bek tengah. Disiplin penempatan diri Bartra di wilayah sekitar garis tepi tidak sebaik disiplinnya di kotak penalti. Dan Dortmund menerapkan garis pertahanan tinggi. Gabungan dua faktor ini memberi banyak ruang kepada Kingsley Coman, penyerang sayap kiri Bayern.
Keunggulan Coman adalah kecepatan. Ditambah ruang kosong yang berkali-kali terhampar di hadapannya, Coman menjadi ancaman setiap kali menerima umpan terobosan.
Itu bukan berarti Dortmund baik-baik saja di sisi kiri. Schmelzer tidak menghadapi ancaman yang sama dengan Bartra, namun ia tetap kewalahan. Arjen Robben dan Joshua Kimmich berkali-kali membuat Schmelzer berada dalam situasi dua lawan satu.
Situasi ini pula yang membuat Bayern berhasil mencetak gol kedua mereka di pertandingan ini (menit ke-37). Kimmich cukup leluasa untuk melepas umpan matang kepada pencetak gol, Robert Lewandowski.
Bayern dimudahkan bukan hanya karena Dortmund rapuh di kedua sayap, tetapi juga karena kesebelasan tuan rumah kacau di bagian tengah.
Dalam proses terciptanya gol pertama Bayern (menit ke-17), James Rodriguez dapat mengontrol bola dengan dada sebelum menyodorkan bola kepada Robben. Robben hanya tinggal menyepak bola ke pojok atas gawang Dortmund. Ketiga sentuhan tersebut terjadi di dalam kotak penalti.
Kekacauan pertahanan Dortmund lebih jelas terlihat dalam proses terciptanya gol ketiga Bayern (menit ke-67). David Alaba, dari kedalaman dan sama sekali tanpa kawalan, mengirim umpan silang kepada Lewandowski yang berada di dalam kotak penalti Dortmund. Lewandowski berusaha menjangkau umpan Alaba namun tidak berhasil. Roman Burki berusaha menepis umpan Alaba namun hanya menyentuh bola dengan ujung jarinya. Gol.
Dortmund Kesulitan karena Bayern Disiplin
Borussia Dortmund sendiri bukannya tanpa peluang. Malah, Dortmund melepas lebih banyak tembakan ketimbang Bayern Munchen (Dortmund 15-10 Bayern). Namun hanya satu yang menjadi gol (Marc Bartra, menit ke-88).
Penyelesaian akhir Dortmund di pertandingan ini memang buruk. Selain sepakan Bartra, tiga dari empat tembakan tepat sasaran Dortmund gagal menjadi gol. Ini bukan karena Sven Ulreich tampil luar biasa, tetapi karena ketiga tembakan tersebut memang mengarah kepada sang penjaga gawang Bayern.
Namun menyalahkan para pemain Dortmund untuk kegagalan mereka sendiri adalah sikap tidak adil terhadap pertahanan Bayern. Para pemain Bayern tampil begitu disiplin ketika tidak menguasai bola sehingga para pemain Dortmund kesulitan menciptakan peluang yang cukup matang.
Bayern bertahan sebagai sebuah kesatuan, dengan garis pertahanan rendah. Para pemain Bayern menerapkan pendekatan zonal marking untuk menutup ruang umpan para pemain lawan. Di area permainan lawan, zonal marking; di area permainan sendiri, zonal marking; ketika lawan sudah berhasil memasuki sepertiga akhir, zonal marking di sekitar kotak penalti. Pertahanan Bayern, karenanya, sulit ditembus.
Disiplin pertahanan para pemain Bayern begitu tinggi sehingga dalam situasi serangan balik, para pemain Dortmund tidak menghadapi ruang kosong. Para pemain Dortmund selalu berhadapan dengan setidaknya satu pemain Bayern. Karena itulah serangan-serangan Dortmund berkali-kali gagal. Serangan-serangan Dortmund mengandalkan kecepatan para pemain mereka sendiri dan ruang kosong di pertahanan lawan. Melawan Bayern, hal ini tak selalu Dortmund dapatkan.
Dortmund semakin direpotkan karena di level individu, para pemain belakang Bayern bemain gemilang. Contoh kasus: tekel blok tepat waktu Niklas Sule di menit ke-12. Dortmund melancarkan serangan begitu cepat sehingga Bayern tidak sempat mengorganisir pertahanan. Sokratis melepas umpan terobosan, langsung dari lini belakang ke depan, kepada Pierre-Emerick Aubameyang. Aubameyang dengan mudah mengalahkan semua pemain belakang Bayern dalam adu cepat. Sule, yang kalah cepat, tetap mampu melindungi Ulreich karena meluncur di saat yang tepat untuk mengeblok sepakan Aubameyang.
Gol tunggal Dortmund sendiri tercipta bukan dari serangan yang benar-benar terorganisir, melainkan dari kegemilangan Christian Pulisic (melepaskan diri dari kawalan dua pemain Bayern walau sudah tersudut di dekat tiang sepak pojok) dan karena Bartra berada di tempat tepat di saat yang tepat (di kotak penalti Bayern dalam permainan terbuka; sejak menit ke-41, Bartra bermain sebagai bek tengah karena Sokratis cedera).
Komentar