Hope Solo, penjaga gawang kesebelasan nasional perempuan Amerika Serikat, menuduh Sepp Blatter, mantan Presiden FIFA, melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya. Hal ini terjadi pada Januari 2013, dalam upacara penghargaan Ballon d’Or.
Solo mengungkap kejadian ini kepada Expresso, surat kabar Portugal, yang mewawancarainya dalam ajang Web Summit di Lisbon (6-9 November 2017). Expresso menerbitkan hasil wawancara tersebut pada Sabtu (11/11).
Pada ajang upacara penghargaan Ballon d’Or 2013 Solo mempersembahkan penghargaan pemain perempuan terbaik dunia bersama Blatter. Peraih penghargaan itu sendiri adalah Abby Wambach, penyerang kesebelasan nasional AS sekaligus rekan satu kesebelasan Solo.
“Sepp Blatter meremas pantat saya,” kata Solo kepada Expresso. “Kejadiannya saat Ballon d’Or, tepat sebelum saya naik ke panggung.” Tidak ada rekaman kejadian tersebut karena Solo dan Blatter naik ke panggung dari balik tirai.
Blatter, lewat juru bicaranya, menyangkal tuduhan Solo. “Tuduhan ini konyol,” ujarnya.
Blatter sendiri pernah berkali-kali mengeluarkan pernyataan seksis. Menurut catatan Guardian, pada 2004 Blatter menyarankan para pemain sepakbola perempuan mengenakan celana ketat, seperti para pemain voli, agar lebih menarik untuk penonton laki-laki. Pada 2013, Blatter menyebut seorang kandidat perempuan untuk komite eksekutif FIFA “cakap dan cakep”; beberapa hari setelahnya, saat memberi selamat kepada para perempuan anggota baru komite eksekutif, Blatter berkata: “Ada perempuan di ruangan ini? Bicaralah! Kalian banyak bicara di rumah, di sini pun kalian boleh bicara.”
Kepada Guardian, Solo menjelaskan mengapa dirinya tidak berbicara lebih awal mengenai kejadian ini.
“Saya terkejut dan teralihkan,” ujarnya. “Saya harus dengan segera kembali berkonsentrasi untuk mempersembahkan, kepada rekan satu kesebelasan saya, penghargaan terbesar dalam kariernya dan untuk merayakan hal itu dengannya pada saat itu, jadi saya secara penuh berkonsentrasi kepada Abby.”
Sementara, sebagaimana dikutip dari BBC, Solo berujar: “Saya gugup sebelum mempersembahkan penghargaan. Ballon d’Or, lho, yang saya persembahkan. Setelahnya saya tidak melihat dia (Blatter) dan ini agak gawat. Saya tidak punya kesempatan untuk secara langsung berkata kepadanya ‘jangan pernah menyentuhku’. Saya selalu menangani persoalan seperti itu, secara langsung.”
Bulan lalu Solo buka suara mengenai pelecehan seksual dalam olahraga. Kepada Expresso, Solo menjelaskan unggahan tersebut.
“Bertahun-tahun, di masa lalu, pemain perempuan mengencani dan akhirnya menikah dengan pelatih mereka di perguruan tinggi, yang jelas-jelas seharusnya tidak dilakukan oleh para pelatih kepala, terutama kepada pemain muda,” ujarnya. “Saya lihat hal ini tidak terjadi di kalangan para pelatih kepala saja. Saya melihatnya terjadi dengan para pelatih, dokter, dan petugas pers. Saya melihatnya di antara para pemain di ruang ganti. Hal seperti ini merajalela.”
Solo menambahkan, masih kepada Expresso: “Saya sebenarnya kecewa kepada para perempuan yang belum buka suara mengenai hal ini di dunia olah raga. Saya harap lebih banyak perempuan, terutama dalam sepakbola, mau berbicara untuk menentang hal ini, mau berbicara mengenai pengalaman ini, karena para pelakunya masih bekerja di sepakbola.”
Dalam kesempatan berbeda, kepada Guardian, Solo mengatakan bahwa hal semacam ini harus dihentikan: “Sementara dalam kasus ini pelakunya adalah Sepp Blatter, yang pada saat itu merupakan pria paling berpengaruh di sepakbola, pelecehan seksual dan tindakan tidak pantas sebenarnya merajalela di setiap tingkatan di olahraga perempuan, dan hal ini harus dihentikan.”
Komentar