Sepakbola kini sangat lekat dengan aspek bisnis. Kesebelasan-kesebelasan di seluruh dunia mulai beradaptasi dengan modernitas. Aspek bisnis bahkan kadang lebih ditonjolkan dibandingkan olahraga dan sepakbola itu sendiri. Hal itu terjadi juga pada kesebelasan raksasa asal Inggris, Manchester United.
Debora Gomes, mantan penerjemah Manchester United, membeberkan pergeseran filosofi Manchester United ketika Angel Di Maria datang ke Old Trafford pada 2014. Debora mengungkapkan jika pembelian pemain asal Argentina itu bukan berdasarkan kebutuhan tim, melainkan kebutuhan bisnis klub berjuluk Setan Merah tersebut.
"Saya menyadari betul karena saya punya kesempatan untuk berbicara dengannya [Di Maria]. Dan dia tidak bahagia di klub," kata Debora pada Esporte Interativo. "Pertama, dia tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun. Kedua karena dia menyadari bahwa klub membelinya bukan karena klub punya pikiran seperti ini, "oh, dia bisa memberikan kita gelar jadi dia pemain bagus.` Tidak. Klub ingin menjual seragamnya."
Mengenai rencana penjualan seragam Di Maria, Debora mengakui hal itu ia ketahui sendiri karena orang-orang di manajemen United selalu membicarakan keuntungan dari penjualan seragam Di Maria. "Ini saya dengar di dalam klub, orang-orang berbicara, "Di Maria bisa menjual seragam, mari kita beli dia`. Oleh karena itu dia tidak bahagia [ketika mengetahuinya]," tutur Debora.
Saat bergabung dengan MU, Di Maria sendiri mengenakan nomor punggung 7. Seperti yang kita ketahui, nomor 7 di MU begitu ikonik. Para pemain besar MU mengenakan nomor tersebut, di antaranya adalah Eric Cantona dan David Beckham. Dengan sejarah nomor 7 yang kuat di MU, ditambah nama besar Di Maria yang merupakan penggawa timnas Argentina dan sebelumnya bermain di Real Madrid, penjualan seragamnya memang berpotensi laku keras di kalangan suporter. Meski begitu, Di Maria akhirnya hanya bertahan satu musim sebelum hijrah ke Paris Saint-Germain.
Debora bahkan mengatakan bahwa MU saat ini mulai berorientasi pada bisnis ketimbang prestasi. Dan pergeseran tujuan ini terjadi setelah Sir Alex Ferguson tidak lagi menjadi manajer Manchester United. Setiap pemain yang dibeli selalu dikaitkan dengan seberapa besar dampak bagi finansial klub.
"Dari situ saya menyadari, setelah Sir Alex Ferguson meninggalkan klub, klub mulai kehilangan ketertarikannya pada sepakbola. Sekarang hanya uang, uang, dan uang. Ini hanya tentang membuat uang, itu saja," Debora berpendapat. "Jadi untuk para pemain, ketika mereka memutuskan siapa pemain yang akan dibeli, secara tidak langsung mereka akan berkata: `apakah [pembelian pemain tersebut] bisa menambah banyak uang?`. Mereka tidak lagi memikirkan kesenangan para suporter. Mereka hanya berpikir tentang penjualan."
Apa yang dikatakan Debora cukup masuk akal. Karena pada 2016, Manchester United menjadi kesebelasan dengan penjualan jersey terlaris di dunia. Tahun lalu, MU memuncaki daftar penjualan jersey terlaris dengan 2,85 juta jersey. Jumlah itu meningkat dari 1,75 juta jersey pada 2015.
Faktor penjualan jersey MU meningkat pesat adalah pembelian pemain yang dilakukan pada 2016, yaitu Paul Pogba dan Zlatan Ibrahimovic. Pogba tahun lalu menempati posisi tiga penjualan jersey pemain tertinggi di dunia, di bawah Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Di bawah Pogba, diisi oleh Zlatan Ibrahimovic. David De Gea menempati posisi ketujuh. Hanya MU yang menempatkan tiga pemainnya dalam daftar 10 pemain dengan penjualan jersey terlaris di dunia.
Seperti yang dikatakan Debora, Di Maria memang pernah mengungkapkan ketidak bahagiaannya di MU. Setelah hijrah ke PSG, pada L`Equpe, mantan gelandang Benfica ini menuturkan pengalaman buruknya di MU. Ketika itu Di Maria tidak merinci pengalaman seperti apa yang dimaksud, apalagi ia tak mau lagi membahas tentang kariernya di MU.
"Manchester adalah pengalaman yang menyedihkan. Segalanya tidak seperti yang saya kira," ujar Di Maria. "Saya kecewa dan saya tidak bisa menonjol. Sejujurnya, saya ingat apa yang terjadi dan saya tidak ingin mengingatnya. Berbeda dengan di sini [Paris], setiap harinya saya merasa lebih baik dan terus lebih berintegrasi dengan tim, klub dan kota ini, terlihat dari penampilan yang saya tunjukkan di lapangan."
Satu musim di MU, Di Maria gagal mempersembahkan satu pun gelar. Ini artinya, hanya di MU ia tidak bisa berprestasi selama berkarier di Eropa. Di Benfica ia mempersembahkan tiga gelar, di Real Madrid enam gelar termasuk salah satunya trofi Liga Champions, sekarang di PSG yang memasuki musim ketiganya, Di Maria sudah berkontribusi besar atas enam gelar yang didapat dalam dua tahun terakhir.
Komentar