Polemik di Balik Kegemilangan David De Gea

Analisis

by Dex Glenniza 31338

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Polemik di Balik Kegemilangan David De Gea

Manchester United berhasil menang 3-1 atas tuan rumah Arsenal melalui dua gol cepat Luis Antonio Valencia dan Jesse Lingard pada awal 11 menit pertandingan. Arsenal sempat memperkecil ketertinggalan di menit ke-49 melalui Alexandre Lacazette, tapi Lingard kembali mampu mencetak gol di menit ke-63.

Meski United harus bermain dengan 10 pemain setelah Paul Pogba diusir di menit ke-74, Arsenal tidak mampu mencetak gol lagi.

Kartu merah Pogba ini juga sekaligus akan membuatnya absen pada pertandingan Liga Primer selanjutnya: Manchester United vs Manchester City. Padahal kunci efektivitas serangan balik United ada pada Pogba. Sejak Pogba kembali dari cedera, penyerangan United lebih baik dibandingkan ketika ia absen.

Dikombinasikan dengan buruknya pertahanan The Gunners, melalui serangan balik ini lah United mampu mengagetkan Arsenal di awal 11 menit pertandingan di mana mereka mampu mencetak dua gol. Gol ketiga United juga diciptakan dari situasi ini.

“Aku pikir kami tidak memulai pertandingan dengan baik sama sekali di lini belakang, dan kami bersalah karenanya,” kata Arsene Wenger setelah pertandingan, dikutip dari BBC Sport. “Meski tertinggal 2-0, kami bisa saja come back. Kami memiliki cukup peluang. Kami menghasilkan [permainan] kualitas luar biasa, tapi kami tidak cukup tegas [di depan gawang].”

Hasil pertandingan memang menjadi milik United. Namun, jalannya pertandingan tidak benar-benar mencerminkan hasilnya. Secara umum kita bisa menyimpulkan jika Arsenal bermain lebih dominan yang belum tentu lebih baik sebenarnya, di antaranya lewat penguasaan bola (75% banding 25%) serta jumlah tembakan (33 banding 8).

Kita mungkin bertanya, apa yang membuat 33 tembakan Arsenal (15 on target) hanya bisa menghasilkan satu gol saja? Jawabannya: David De Gea.

“Itu adalah sebuah misteri [karena tidak berhasil mencetak lebih banyak gol], tapi David De Gea adalah pemain terbaik dengan sangat jelas,” kata Wenger.

Sejak statistik mulai direkam di Liga Primer Inggris, tidak ada satu pun penjaga gawang yang mampu mencatatkan 14 penyelamatan dalam satu pertandingan. De Gea (diperkirakan) menjadi pemain pertama yang mencatatkan rekor tersebut. Perubahan: Tim Krul dan Vito Mannone sebelumnya pernah membuat 14 penyelamatan pada satu pertandingan Liga Primer.

Grafis tembakan Arsenal – Sumber: Squawka

Penjaga gawang asal Spanyol ini setidaknya 14 kali menyelamatkan skema bertahan Jose Mourinho yang amburadul sepanjang pertandingan. Bukannya memuji pertahanan United, jumlah saves sebanyak ini justru menunjukkan jika pertahanan “Setan Merah” tidak bekerja dengan baik sebagai sebuah sistem, meski dalam satu aspek sangat baik sebagai individu (De Gea).

Dari awal pertandingan, Mourinho menyetel kesebelasannya untuk melakukan serangan balik. Bukan rahasia juga jika Arsenal adalah kesebelasan yang terkenal hampir selalu kerepotan jika menghadapi serangan balik.

“Rencananya memang ketika mereka (Arsenal) menguasai bola, kami semua bertahan,” kata Mourinho setelah pertandingan. “Dimulai dengan pemain-pemain menyerang dan ketika kami mendapatkan bola, kami melakukan serangan balik cepat dan berusaha mencetak gol yang mana berhasil kami lakukan.”

Kemudian sebaliknya, Arsenal menerapkan skema yang berseberangan dengan United, yaitu mencoba mendominasi penyerangan. Dari statistik penguasaan bola dan tembakan di atas kita sudah mendapatkan ilustrasinya. Akan tetapi, Arsenal kerap melupakan pertahanan mereka.

Jika ada dua kesebelasan yang bermain dengan pertahanan mengkhawatirkan, penonton netral adalah pihak yang merasa paling terhibur. Pertandingan Arsenal dan United semalam memang sangat menghibur.

Sementara jika ada salah satu penjaga gawang yang sedang “kesurupan dewa gurita”, maka pendukung kesebelasan penjaga gawang tersebut lah (dalam hal ini: United) yang merasa lebih terhibur lagi.

Beberapa dari kita mungkin mewajarkan jika penjaga gawang bermain sangat gemilang. Tidak jarang bahkan menyebutnya sebagai keberuntungan. Namun, jika hal tersebut sudah sering terjadi, maka sudah bukan keberuntungan lagi namanya.

Pendeknya, Manchester United bermain sesuai kebutuhan semalam dengan bertahan dan mencoba serangan balik. Mereka mendapatkan tiga gol dari situasi seperti ini.

Sayangnya, semalam sistem pertahanan United terlalu sering membuat kekhawatiran sehingga membuat Arsenal, yang bermain menyerang dengan beringas, berkali-kali menciptakan peluang. Arsenal mendapatkan satu gol dari situasi seperti ini juga.

Untungnya, buruknya sistem pertahanan United tersebut berhasil di­­-bail out oleh kegemilangan De Gea sebagai penjaga gawang. Arsenal juga sebenarnya punya pertahanan yang juga mengkhawatirkan, tapi tentu kita tahu apa yang kemudian membuatnya berbeda.

Komentar