Altintop Bersaudara Tetap Rukun Meski Beda Nasib

Backpass

by redaksi 33865

Altintop Bersaudara Tetap Rukun Meski Beda Nasib

Setiap saudara kembar, meski secara fisik tak jauh berbeda, tetap memiliki banyak perbedaan. Contohnya Hamit dan Halil Altintop yang lahir pada 8 Desember 1982. Rupa keduanya sangat mirip, hanya dibedakan dari gaya rambut dan perbedaan tinggi badan sebanyak 2cm. Tapi dari prestasi, apa yang ditorehkan Hamit lebih membanggakan dibanding Halil.

Hamit saat ini tidak lagi bermain sepakbola, Darmstadt adalah klub terakhirnya. Akan tetapi sebelum itu, ia pernah membela kesebelasan-kesebelasan besar, seperti Schalke 04, Bayern Muenchen, dan Real Madrid. Sementara itu, Halil memperkuat Kaiserslautern sebagai klub terakhirnya, hanya pernah bermain untuk Schalke 04 sebagai kesebelasan besar yang pernah dibelanya.

Meski kembar identik, yang menurut buku The Blizzard perbedaan usianya keduanya hanya 12 menit, Hamit dan Halil memang punya kepribadian yang teramat berbeda. Hamit sang kakak dikenal lebih seperti orang Turki, kewarganegaraan kedua orang tua mereka. Sedangkan Halil lebih seperti orang Jerman, tempat lahir mereka.

"Hamit lebih `Turki`; sangat suka berbicara, terbuka, dan impulsif," kata Felix Lil dalam buku The Blizzard - The Football Quarterly: Issue Twelve. "Halil lebih `Jerman`: ia memikirkan rencana jangka panjang dan bisa sangat pemalu, terlebih pada orang asing."

Perbedaan Hamit dan Halil ini dikatakan juga oleh Hannes Bongartz, pelatih yang pernah menangani keduanya di akademi SG Wattenscheid. Bongartz menyoroti gaya permainan Hamit dan Halil yang sangat kontradiktif.

"Mereka adalah pemain berbeda dengan skill yang berbeda. Hamit sangat kuat dalam bertahan, seorang petarung lapangan yang agresif, dan secara alami terlahir sebagai pemimpin. Sementara itu Halil lebih baik dalam hal teknik, tenang, pintar, dan selalu ingin mencetak gol," ujar Bongartz.

Hamit memang lebih defensif. Ia secara natural bermain sebagai gelandang bertahan. Walau begitu ia juga fleksibel, bisa ditempatkan sebagai gelandang serang, gelandang sayap, bahkan bek sayap. Sang adik jauh lebih ofensif. Posisinya gelandang serang, gelandang sayap atau penyerang. Halil pernah menjadi pencetak gol terbanyak ketiga Bundesliga dengan 20 gol pada 2005/2006.

Soal kepemimpinan, Halil memang tak seperti sang kakak. Ia bisa dibilang lebih menuruti apa kata sang kakak. Bahkan ia urung membela timnas Jerman yang ia inginkan karena perbedaan pendapat dengan sang kakak. "Kamu ingin kita bermain sebagai lawan?" tanya sang kakak ketika Halil menyatakan keinginannya membela Jerman. Halil tak mau, dan akhirnya timnas Turki menjadi pilihan Hamit dan Halil.

Meski selalu mendengarkan sang kakak, bukan berarti Halil akan mengikuti ke manapun sang kakak bermain. Saat Hamit memutuskan bergabung dengan Schalke 04, Halil memilih bergabung dengan Kaiserlautern, klub yang membuatnya mencetak 20 gol. Halil lantas direkrut oleh Schalke. Tapi keduanya hanya bermain bersama selama satu musim karena Hamit yang lebih lama di Schalke habis kontrak yang kemudian dipinang oleh Bayern Muenchen secara gratis. Meski begitu, semusim bersama, mereka hampir membawa Schalke juara Bundelsiga (runner-up).

Setelah di Bayern, Hamit semakin gemilang karena versatility-nya menjadi kelebihan tersendiri. Empat musim di Bayern ia direkrut Real Madrid, yang juga pindah dengan gratis. Halil, sementara itu, mulai menurun kariernya karena gagal di Schalke yang membuatnya pindah ke Frankfurt. Di Frankfurt lebih parah, ia tak mencetak satu gol pun di satu musim Bundesliga dari 34 kali bermain.

Keduanya kembali bertemu meski tidak dalam satu kesebelasan. Dari Real Madrid, Hamit pindah ke Galatasaray, raksasa Turki. Sementara sang adik membela kesebelasan Turki lainnya, Trabzonspor. Keduanya kembali berduel ketika sama-sama kembali ke Bundesliga, Hamit membela Darmstadt dan Halil membela Augsburg.

Total, Hamit dan Halil bertarung sebanyak sembilan kali. Sang kakak unggul dengan menang lima kali, Halil hanya tiga kali (satu lainnya bermain imbang). Untuk saat ini, keduanya tidak akan kembali bertemu karena pada musim panas lalu Halil memilih pindah ke Republik Cheska dengan membela Slavia Praha.

Duel terbaru Hamit dan Halil terjadi pada musim 2016/2017, Hamit (Darmstadt) berhasil mengalahkan Halil (Augsburg) dengan skor 2-1 (via: bayerischer rundfunk)

Halil sendiri menyadari bahwa kariernya tak sebaik karier sang kakak. Menurutnya, salah satu alasan yang membuat perbedaan kariernya ini adalah ia tak seberuntung Hamit yang pernah dilatih Jupp Heynckes (di Schalke). Bahkan bisa dibilang Hamit merupakan didikan akademi Schalke, satu angkatan dengan Mesut Ozil. Sementara saat Halil direkrut Schalke, Hamit dan Halil dilatih oleh Mirko Slomka.

"Dia beruntung ketika di Schalke pelatihnya Jupp Heynckes," ujar Halil pada Zeit. "Hamit ketika itu seperti bom yang meledak di Bundesliga. Heynckes telah membuatnya menjadi manusia dan memberi tahunya bahwa ia harus tetap rendah hati. Kemudian dia bisa memutuskan untuk pindah, sementara saya terpaksa harus pindah. Dia mungkin pernah seharga 30 juta euro, sementara saya tidak tahu saya seperti itu atau tidak."

Halil memang tidak seperti Hamit yang pernah dilatih oleh pelatih-pelatih top. Selain Heynckes, Hamit pernah juga ditangani oleh Ottmar Hitzfield, Juergen Klinsmann, Louis van Gaal, Jose Mourinho, Fatih Terim, Roberto Mancini hingga Cesare Prandelli.

Walaupun begitu, Halil tak pernah iri pada sang kakak. Keduanya memang saling mendukung soal karier dan terus berusaha untuk selalu berkomunikasi meski keduanya terpisah di negara yang berbeda. Bahkan Halil sempat mengatakan mulai kehilangan sang kakak ketika Hamit mempunyai anak kedua.

"Selalu menyenangkan ketika kami bertemu. Sepakbola merupakan ambisi terbesar kami, dan kami sangat berhutang banyak pada sepakbola," ujar Halil. "Jika Anda berhubungan dengan baik, Anda akan mendapatkan banyak hal yang umum, seperti Anda ingin menghabiskan waktu bersama satu sama lain. Jika itu digabungkan dengan sepakbola, itu akan lebih baik."

"Ya, itu benar. Kami hampir setiap hari saling menelepon, meski terkadang hanya sebentar atau ketika hanya ingin mendengar kabar satu sama lain. Ini menjadi hal yang sudah kami lakukan dalam beberapa tahun, itu baik untuk kami. Tapi kami sempat tak bertemu 40 hari, sampai akhirnya kami merayakan pesta keluarga ketika Hamit menjadi ayah untuk kedua kalinya. Sekarang tidak ada jadwal tertentu, karena kami harus memberikan waktu pada keluarga kami."

Sumber gambar: fotospor.de

Komentar