Pertemuan antara Real Madrid dan Barcelona yang akan digelar Sabtu (23/12) tak akan melupakan konteks persaingan masing-masing akademi kedua kesebelasan. Keduanya punya akademi yang dikenal sebagai produsen pemain hebat. Real Madrid dengan La Fabrica-nya, sementara Barcelona dengan La Masia-nya.
Sepanjang perhelatan duel akbar keduanya, bertajuk El Clasico, pertanyaan "mana yang lebih baik antara La Fabrica dan La Masia?" selalu menjadi perdebatan. Lalu bagaimana dengan saat ini? Seperti apa peta keberhasilan kedua akademi tersebut?
Sebelumnya, La Fabrica dan La Masia memang terbukti telah menghasilkan banyak pemain legendaris. La Fabrica merupakan tempat yang mengasah kemampuan Iker Casillas, Raul Gonzalez, Esteban Cambiasso, Juan Mata, Alvaro Morata, hingga Samuel Eto`o. Begitu juga dengan La Masia, deretan bintang seperti Charles Puyol, Victor Valdes, Cesc Fabregas, Xavi Hernandez, Pep Guardiola, Pedro Rodriguez, Thiago Motta hingga Pepe Reina merupakan alumni dari La Masia.
Namun sempat melekat stigma bahwa para pemain dari akademi La Masia lebih dipercaya oleh skuat senior Barcelona ketimbang akademi La Fabrica dalam skuat senior Real Madrid. Hal itu terlihat dengan masih adanya nama-nama lulusan La Masia di skuat Barca saat ini, seperti Lionel Messi, Andres Iniesta, Gerard Pique, Rafinha, Sergi Roberto, Gerard Deulofeu dan Sergio Busquets.
Sebaliknya, Real Madrid, sejak era Los Galacticos diwujudkan oleh sang presiden, Florentino Perez, para pemain lulusan La Fabrica kesulitan bersaing di tim utama Real Madrid. Alvaro Morata misalnya, ia dua kali tersingkir (ke Juventus dan sekarang Chelsea) dari skuat Real Madrid karena tak mampu bersaing dengan pemain-pemain seperti Cristiano Ronaldo, Gareth Bale dan Karim Benzema.
Hanya saja untuk musim 2017/2018 ini, kepercayaan terhadap para pemain akademi lebih diperlihatkan oleh kubu Real Madrid. Satu per satu pemain lulusan La Fabrica dipromosikan ke tim senior Real Madrid oleh sang pelatih, Zinedine Zidane. Saat ini, setidaknya ada tujuh pemain lulusan La Fabrica yang berada di skuat Real Madrid. Mereka adalah Achraf Hakimi, Borja Mayoral, Dani Carvajal, Kiko Casilla, Lucas Vazquez, Marcos Llorente, dan Jose Ignacio alias Nacho. Setidaknya, jumlah tersebut sama dengan jumlah pemain La Masia yang ada di skuat Barcelona sekarang.
Hakimi, Carvajal, Vazquez, dan Nacho pun mulai menunjukkan kualitasnya dengan mulai tampil reguler bersama tim utama Real Madrid. Hakimi bahkan berhasil menyisihkan Danilo yang dijual ke Manchester City pada musim panas lalu. Walau begitu, mereka masihlah memiliki nasib seperti para Pavones.
Saat Los Galacticos yang merupakan perekrutan pemain-pemain bintang dilakukan pada edisi pertama, muncul istilah Zidanes y Pavones di Real Madrid. Zidanes merujuk pada pemain-pemain hebat selevel Zinedine Zidane yang ketika itu menjadi simbol Los Galacticos edisi pertama. Sementara Pavones merujuk pada pemain selevel Francisco Pavon, lulusan La Fabrica yang bisa dibilang hanya jadi pelengkap skuat Los Galacticos.
Akan tetapi kemunculan para pemain seperti Hakimi, Borja, Llorente dan Vazquez membuat muka La Fabrica terselamatkan karena masih bisa memproduksi "produk" segar untuk Real Madrid, yang bisa menjadi pemain kunci dalam beberapa tahun mendatang. Karena hal ini sedang tidak dialami oleh sang rival, Barcelona.
Para lulusan La Masia di Barca saat ini mulai memasuki usia matang dan belum ada lagi lulusan La Masia terbaru (seperti Hakimi di Real Madrid) yang bisa bersaing di skuat Barca. Messi, Iniesta, dan Pique sudah memasuki usia kepala tiga. Generasi penerus mereka ada dalam diri Sergi Roberto, Deulofeu, dan Rafinha yang berusia 24-25 tahun. Busquets sudah berusia 29 tahun, yang sebenarnya masuk dalam generasi Messi dan Pique.
Wajah La Masia akan terselamatkan jika Munir El Haddadi dan Sergi Samper yang saat ini sedang dipinjamkan akan kembali ke Barcelona dan bisa bersinar untuk bermain di skuat utama. Karena jika tidak, bukan tak mungkin Barcelona akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menantikan lulusan terbaik La Masia sekelas Busquets, Messi, dan Iniesta.
Saat ini, ketika Madrid bisa mengandalkan para pemain muda, Barcelona tampak meragukan para pemain muda La Masia. Indikasi itu terlihat pada bursa transfer musim panas mereka dalam beberapa tahun terakhir. Ketidakpercayaan itu berbuah perekrutan pemain yang bukan produk La Masia seperti Ousmane Dembele, Nelson Semedo, Paco Alcacer, Paulinho, Denis Suarez, Arda Turan, Jasper Cilessen, Lucas Digne, Aleix Vidal, hingga Samuel Umtiti.
Hal itu sebenarnya merupakan sesuatu yang lumrah. Apalagi beberapa pemain anyar terbukti memberikan kontribusi positifnya. Hanya saja, dari sudut pandang El Clasico yang menunjukkan rivalitas antara Barcelona dan Real Madrid, yang juga rivalitas La Fabrica dan La Masia, perekrutan pemain tersebut menunjukkan bahwa akademi La Masia sedang mengalami kemunduran, berbanding terbalik dengan La Fabrica.
foto: eurosport.com
Komentar