Muhamad Yusuf Prasetiyo yang kini menjadi asisten pelatih PSMS Medan asuhan Djajang Nurjaman adalah asisten instruktur kepelatihan lisensi D PSSI yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Luar biasanya, seperti yang sudah disampaikan dalam bagian pertama artikel tentang pelatih yang akrab disapa Yoyo ini, saat ini ia masih berusia 27 tahun.
Saat itu, Yoyo disandingkan dengan pelatih Borneo FC saat ini, Iwan Setiawan, yang ketika itu belum melatih kembali setelah menukangi Persebaya Surabaya di Liga 2. Saat itu ada hal yang membuat saya penasaran. Yoyo ketika itu memanggil Iwan Setiawan dengan sebutan "Ayah".
Saya sempat berpikir jika Yoyo merupakan anak dari Iwan Setiawan. Tapi ternyata tidak demikian, meski ia tak menampik ada ikatan khusus di antara keduanya. Hal itu ia sampaikan saat saya mewawancarainya beberapa waktu lalu. Lebih jauh, pelatih kelahiran 21 April 1990 ini menceritakan tentang kedekatannya dengan pelatih kontroversial tersebut.
"Dari kecil, saya usia 12 tahun, saya maen bola di kampung, dia [Iwan Setiawan] lihat, saya diajak ke Villa 2000," kata Yoyo. "Dia baik sekali sama saya. Sampai dijemput ke rumah untuk latihan, itu beberapa tahun lalu. Sekarang saya jadi asisten instruktur kepelatihan sama beliau, luar biasa banget itu. Alhamdulillah dia puas sekali sama saya, kemarin ada lagi [kursus kepelatihan] harusnya saya lagi sama coach Iwan, tapi saya sama coach Iwan sedang gak bisa; saya ke Medan, beliau ke Ternate (untuk pelatihan)."
Iwan Setiawan ternyata merupakan orang yang membuat bakat Yoyo di sepakbola semakin terasah. Bahkan Iwan Setiawan juga yang membuat Yoyo bisa menimba ilmu di akademi Villa 2000 secara gratis. Dari situlah hubungan Yoyo dan Iwan terjalin kuat, seperti anak dan ayahnya sendiri.
“Dia bawa saya ke akademi Villa 2000, dan saya free, beasiswa gratis. Wah, dia support saya banget dari kecil. Apapun orang bilang tentang dia, dia tetep orang baik di mata saya," ujar pelatih kelahiran Pamulang, Tangerang ini.
Meski begitu, Yoyo tidak serta merta akan mengikuti jejak Iwan Setiawan yang dikenal sebagai pelatih nyeleneh dan gemar melancarkan psy war. Bahkan dari segi strategi pun Yoyo tidak akan mengikuti Iwan Setiawan yang lebih mengandalkan serangan balik [defend-counter]. Tapi tetap saja banyak hal positif yang bisa diambil dari sosok Iwan Setiawan bagi Yoyo.
"Soal kepelatihan saya berbeda. Saya ambil yang baik dari dia, contohnya komunikasi dengan pemain. Bagaimana dia bisa mengondusifkan Hamka Hamzah, pemain top lain, saya belajar dari dia. Karakternya kuat. Ibadah dia juga bagus, jujur bagus sekali. Ibadahnya top. Kalau soal yang nyelenehnya saya enggak, saya bukan karakter yang begitu. Untuk strategi juga saya pencinta sepakbola build up from the back, tiki-taka Guardiola," aku Yoyo.
Sementara itu, Yoyo mengakui jika sebelum ke PSMS Medan, Iwan Setiawan sempat menginginkannya untuk menjadi asisten pelatih di Borneo FC. Sebenarnya bukan hanya Iwan Setiawan, Aji Santoso yang merupakan pelatihnya di timnas U-17 pada 2005 pun ingin menggunakan jasanya.
"Jujur aja, sebelum ke Medan ini, coach Iwan pengen banget sama saya, tapi manajemennya nolak, mungkin sudah menyiapkan Ponaryo atau segala macam. Yang kedua Aji Santoso juga pengen saya, kalau Persis Solo naik (liga 1) saya bakal dibawa ke sana sama Aji Santoso," kata Yoyo.
Selain dua klub di atas, Persika Karawang yang dilatih Ricky Nelson dan Rudy Eka Priyambada yang melatih PS TNI juga nyaris menggunakan jasanya, terlebih setelah gagal di Lijiang FC U-16 Yoyo sempat menjadi asisten pelatih di PS TNI. Tapi ketika hampir deal dengan salah satu di antara dua seniornya di Villa 2000 itu, datang tawaran dari Djajang Nurjaman untuk menjadi asisten pelatih di PSMS Medan.
"Ricky Nelson juga tawari saya jadi asisten di Persika Karawang, harga udah oke. Rudy juga mau, harga udah oke. Tapi tiba-tiba coach Djanur telpon, nanya kabar dan minta kirim CV. Saya kirim hari itu juga. Besok harinya saya diminta ketemu dia di Jakarta. Begitulah kira-kira saya bisa ke PSMS," beber Yoyo.
Yoyo punya alasan kuat untuk lebih memilih PSMS ketimbang tawaran-tawaran lainnya. Hal tersebut tak lepas dari nama besar PSMS dan Djanur yang bisa membantunya semakin memiliki karier yang lebih baik.
"PSMS gak mungkin saya tolak. Pertama, PSMS namanya besar, ditambah kebangkitan PSMS masuk ke Liga 1 setelah beberapa tahun gak main di divisi tertinggi. Yang kedua coach Djanur adalah pelatih yang membawa Persib Bandung, klub besar, juara ISL 2014. Apapun yang dikatakan orang tentang coach Djanur, tetep dia pernah bawa Persib Bandung juara," imbuh Yoyo.
Perlu diketahui, sebenarnya Yoyo juga cukup punya hubungan yang dekat dengan Djanur, walau tak seperti Yoyo dengan Iwan Setiawan. Tapi karena hubungan itulah keduanya bisa bekerja sama.
"Saya pernah seminar di Bandung, pembicaranya coach Djanur. Saya ngobrol-ngobrol, kita diskusi, tukar nomor telepon segala macem, kemudian dia tahu saya kursus di luar (negeri). Waktu dia mau kursus lisensi A AFC di Thailand, dia undang saya ke rumahnya, ngobrol-ngobrol dan nanya-nanya informasi bagaimana kursus di luar. Desember tahun lalu 2016. Setelah itu sempet lost contact. Baru dihubungi lagi setelah coach Djanur bawa promosi PSMS ke Liga 1 (untuk jadi asisten pelatih di PSMS)," tutur Yoyo.
Dengan menjadi asisten pelatih di klub Liga 1, Yoyo semakin dekat untuk menjadi pelatih klub Liga 1. Memang saat ini Yoyo masih berlisensi B AFC. Akan tetapi pada bulan Januari mendatang, rencananya ia akan mengikuti kursus kepelatihan lisensi A AFC di Maladewa. Sebelumnya, ia mendapatkan lisensi C AFC di Brunei Darussalam dan B AFC di Malaysia, yang membukakan jalannya melatih di kesebelasan Tiongkok.
Yoyo saat melatih di Lijiang FC U-16 yang berkompetisi di China Super League U-16
Tapi bagi Yoyo sendiri, ia punya target untuk bisa menjadi pelatih kepala entah itu di klub Liga 1 atau Liga sebelum ia menginjak usia 30 tahun. Melihat rekam jejaknya yang cukup mentereng, terlebih ia tak pernah puas untuk belajar, hal itu tampaknya bisa ia wujudukan dalam waktu dekat.
"Sebelum usia 30 tahun saya ingin jadi head coach di Liga 1 atau Liga 2. Saya very confident di sepakbola. Saya modern, saya percaya diri akan itu. Tapi masalahnya semua orang berpikir bahwa saya terlalu muda untuk jadi pelatih kepala. Di situ mungkin saya perlu waktu dua tahun lagi untuk jadi head coach."
Baca juga: Cara dan Tahapan Mendapatkan Lisensi Pelatih Sepakbola di Indonesia
Artikel ini merupakan bagian kedua, bagian pertama berjudul: "Mengenal Yoyo Prasetiyo: Pengrobanan untuk Jadi Asisten Pelatih Klub Liga 1 di Usia 27 Tahun".
Komentar