Tanpa Pirlo, Gattuso Bukan Siapa-siapa

Backpass

by redaksi 56024

Tanpa Pirlo, Gattuso Bukan Siapa-siapa

Andrea Pirlo dikenal sebagai maestro lapangan hijau terbaik dunia. Ketika bola berada di kakinya, kita seolah tinggal menunggu waktu mantan pemain AC Milan dan Juventus ini memamerkan sihirnya. Di momen yang tepat, muncullah umpan-umpan indahnya yang memanjakan para penyerang di tim manapun dia berada.

Tapi dalam kariernya, Pirlo bisa dibilang tidak sukses dengan sendirinya. Ada peran besar Gennaro Gattuso dalam karier Pirlo. Tak heran memang karena keduanya bermain bersama selama 20 tahun. Sederhananya, Pirlo tidak akan leluasa bisa menunjukkan magisnya ketika tak ada Gattuso di sekitarnya. Sejak awal kariernya Pirlo memang dikenal sebagai pemain yang kurus dan tidak memiliki kemampuan bertahan yang baik.

Apa yang jadi kelemahan Pirlo tersebut justru menjadi keunggulan Gattuso, begitu juga sebaliknya. Tubuh Gattuso sudah terlihat gempal sejak masih menjadi pemain. Dengan begitu pemain kelahiran 9 Januari 1978 ini memiliki fisik yang sangat kuat dalam berduel perebutan bola dan mematahkan serangan lawan, yang membuat Pirlo tak perlu repot-repot melakukan banyak aksi bertahan.

Hanya saja bagi Gattuso, justru Pirlo-lah yang membuat kariernya di sepakbola cukup panjang dan menorehkan sejumlah kesuksesan bersama AC Milan maupun timnas Italia. Karena kemampuan umpannya tak sehebat Pirlo, begitu juga dengan visi bermainnya, Gattuso merasa terlihat lebih hebat ketika bermain bersama Pirlo. Ketika ia kebingungan, ia hanya tinggal mengoper pada Pirlo.

"Saya bermain dengannya [Pirlo] sekitar 20 tahun jika Anda menghitung dengan tim junior Italia," kata Gattuso seperti yang dikutip Football-Italia. "Di saat sulit saya tinggal mengoper padanya, saya selalu merasa lebih hebat jika bersamanya. Saya tahu apa yang bisa saya lakukan, sisanya akan diurus oleh Pirlo. Dia membantu saya lebih banyak dibanding yang saya lakukan padanya."

Gattuso menjalani karier sepakbola selama 23 tahun sebelum akhirnya memutuskan jadi pelatih pada 2013 lalu. Gattuso berposisi sebagai gelandang bertahan, sementara Pirlo lebih ofensif meski area bermainnya tak jauh dari area bermain seorang gelandang bertahan. Hanya saja tanpa Pirlo, mungkin karier Gattuso akan jauh lebih pendek dari itu. Pelatih berusia 40 tahun ini pun menyadari kemampuannya tidak ada apa-apanya jika dibanding Pirlo. Bahkan ia sempat ingin pensiun lebih dini ketika melihat kehebatan Pirlo.

"Jangan bicara sembarangan, jangan bandingkan Nutella dengan kotoran," kata Gattuso ketika ditanya apakah kemampuannya lebih hebat dari Pirlo atau tidak. "Saat saya melihatnya bermain saya pernah berpikir untuk mengganti profesi saya (Gattuso sempat bercita-cita menjadi nelayan, sekarang ia punya toko ikan)."

"Tidak ada seorang pun yang mengenalnya lebih dari saya, karena saya bermain dengannya sejak di timnas Italia U15 dan timnas segala usia setelahnya. Tidak hanya soal kualitas, tapi dia seperti seekor binatang yang bisa berlari 1000 meter sejak dulu, dia punya kualitas atletik yang baik, sehingga tak heran ia bisa bermain sampai usia saat ini [38 tahun]."

Kedekatan Gattuso dan Pirlo memang tidak sebatas kata-kata manis belaka. Baik di Milan maupun di timnas Italia, keduanya adalah sahabat karib. Ketika orang-orang melihat Gattuso sebagai sosok yang galak karena di lapangan ia tak segan menekel, menerjang, bahkan mencederai lawan, Pirlo justru adalah orang yang paling berani mengerjai pemain yang pernah bermain di Liga Skotlandia tersebut.

Bahkan Pirlo secara khusus menceritakan hubungan dekatnya dengan Gattuso pada otobiografinya yang berjudul, "I Think Therefore I Play". Di balik sosoknya Pirlo yang kalem, hanya pada Gattuso ia bisa mengekspresikan keisengannya. Karena itu pula Gattuso seringkali memukulinya.

"Saya memanggilnya `Terrone` (ejekan untuk orang Italia Selatan, Gattuso lahir di Cosenza) dan ia memukul saya," tulis Pirlo. "Sebagai balasannya, saya mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan pada Ariedo Braida, General Manager kami. Saat itu, seperti saya, dia sedang menantikan kontrak baru. Nah saat itu saya menulis pesan ini, `Kepada Ariedo, jika kamu memberikan apa yang saya inginkan, kamu bisa memiliki adik perempuan saya`. Rino (sapaan akrab Gattuso) mengetahuinya dan memukuli saya lagi sebelum Braida membaca pesannya. `Itu hanya keisengan Pirlo,` tulisnya pada Braida. Jika mengingat itu, saya selalu berpikir, `yah, sayang sekali`."

"Ketika Italia hampir pasti lolos ke Piala Dunia 2010, [Marcelo] Lippi memberikan kami waktu bebas selama satu hari. Saat itu semua pemain pergi keluar, kecuali Gattuso yang memilih tetap di hotel. Saat kami kembali ke hotel, kami agak mabuk, sangat mabuk sebenarnya. Tapi waktu bebas masih panjang, kemudian saya menghampiri Daniele dan berpikir kegiatan apa yang akan kami lakukan lagi. Kemudian kami punya ide yang sama, `Ayo kita jahili Gattuso!`.

"Dia [Gattuso] sudah tidur. Dalam perjalanan ke kamar Rino, De Rossi menemukan alat pemadam kebakaran, dan dia mengambilnya. Lantas kami mengetuk pintu kamar Rino, dan dia keluar. Daniele lalu menyemprotnya sebelum akhirnya berlari ke kamarnya untuk sembunyi. Dia meninggalkan saya bersama monster marah yang hanya mengenakan celana dalam. Saya mencoba kabur, tapi saya sudah habis. Ketika seseorang seperti Gattuso akan menyerang Anda, Anda bisa lari sekeras mungkin, tapi dia akan selalu berhasil menangkap Anda. Rino berlari dan menangkap saya, lantas menampar saya berkali-kali dengan kuat."

Menurut Pirlo, Gattuso adalah target favoritnya untuk melakukan keisengan. Bahkan meski Pirlo pernah nyaris ditusuk garpu oleh Gattuso karena isengnya dianggap kelewatan, hal tersebut tak membuatnya jera untuk mengerjai Gattuso.

"Rino selalu menjadi target favorit saya, meski faktanya ia berkali-kali hampir membunuh saya dengan garpu," kata Pirlo. "Pada suatu malam di Milanello, saat itu ada saya, Ambrosini, Nesta, Inzaghi, Abbiati, dan Oddo. Ketika kalah, Rino akan terlihat marah untuk hal-hal kecil. Tapi kami kelompok orang yang senang menjahilinya."

"Rino, bagaimana kabarmu?"

"Buruk. Kita kalah kemarin. Saya lebih baik jika kita menang."

"Rino, ulangi lagi. Seperti ini: saya akan lebih baik jika kita menang."

"Itu sama saja."

"Tidak, Rino."

"Baiklah, saya akan lebih baik jika kita menang."

"Rino, apakah kamu tidak mendengar saya? `Saya lebih baik jika kita menang`, itu yang harusnya kamu katakan."

"Tapi itu yang saya katakan sejak awal."

"Apa maksudmu, Rino?"

"Itu, tentang kemenangan."

"Apa? Bisa kamu katakan lagi?"

"Karena kami tahu ia akan mengambil apapun yang ada di sekitarnya, kami langsung menyingkirkan semua pisau. Tapi ia mengambil garpu dan menyerang kami, mengenai kulit beberapa dari kami. Kami seperti ikan tuna dengan daging yang lembut. Akhirnya beberapa dari kami tidak bisa bermain di laga berikutnya karena terkena serangan Rino, walaupun pernyataan resmi klub dikatakan `cedera otot`."

Persahabatan bagai kepompong antara Pirlo dan Gattuso (via: vivoazzuri.it)

Sementara itu, meskipun seringkali menjadi korban keisengan Pirlo, Gattuso tetap menjadikannya sebagai sahabat terdekat. Gattuso yang kini menjadi pelatih AC Milan tetap menyukai Pirlo meskipun keduanya sempat terpisah ketika Pirlo memilih hengkang ke Juventus pada 2011 dan sempat dicap pengkhianat oleh para pendukung Rossoneri.

"Dia selalu mengerjai saya selama bertahun-tahun, tapi dia sangat lucu. Mungkin Anda melihatnya berwajah malaikat, tapi sebenarnya dia bajingan," ujar Gattuso dengan nada bercanda pada acara Che Tempo Che Fa pada 2013 lalu. "Selalu membuat kelucuan dan memecah suasana. Tapi saya memukulinya lebih sering daripada Bud Spencer memukuli Terrence Hill (tokoh dalam film Watch Out, We`re Mad!)."

Belum lama ini, keduanya pun saling mendukung satu sama lain. Gattuso mendukung Pirlo yang baru saja memutuskan untuk pensiun dari sepakbola. Sementara Pirlo melihat rekannya tersebut mulai menunjukkan progres yang positif bersama Milan.

"Gattuso? Saya melihat tim Milan lebih terorganisir melawan Crotone ketimbang di beberapa pertandingan pertama. Mereka menunjukkan permainan yang jelas. Mereka punya banyak peluang. Saya melihat sebuah tim yang masih hidup. Saya akan senang jika Gattuso terus konsisten," ujar Pirlo pada Football-Italia.

foto: the18.com

Komentar