Pada akhir Desember 2017, manajer Manchester United, Jose Mourinho, mengatakan bahwa 300 juta paun yang telah ia habiskan untuk membeli pemain baru di Manchester United tidak cukup untuk menyaingi Manchester City. Ternyata persoalan kekurangan dana yang dialami Mou tersebut dialami juga oleh manajer Manchester City, Pep Guardiola.
Manchester City saat ini memang tengah memuncaki klasemen Liga Primer 2017/2018. Tapi Pep merasa masih perlu meningkatkan kualitasnya dengan membeli pemain anyar. Belakangan, nama pemain Athletic Bilbao, Aymeric Laporte, santer diberitakan akan segera merapat ke City.
Sama seperti Mou, Pep merasa berkompetisi di Liga Primer Inggris membutuhkan biaya yang sangat besar untuk meraih kesuksesan. Terlebih ia melatih City yang sangat menuntut prestasi. Oleh karenanya, meski di musim keduanya di City ia sudah menghabiskan hampir 400 juta paun untuk membeli pemain baru, itu belum cukup menjadikan skuatnya sesuai dengan yang ia idamkan.
"Jika Anda berlaga di empat kompetisi, berusaha untuk tidak tersingkir, terkadang Anda perlu mendapatkan keberuntungan dari terhindar cedera pemain atau Anda punya 22 pemain papan atas yang bisa berkompetisi di semua kompetisi," tandas Pep usai City mengalahkan Cardiff pada babak ke-4 Piala FA (28/1).
"Sekarang, untuk punya 22 pemain yang saya butuhkan, kami tidak punya uang untuk membelinya. Kalian mungkin tidak percaya itu. Tapi untuk bersaing di empat kompetisi berbeda dengan level tinggi Anda memang perlu 22 pemain top. Sementara saat ini untuk memiliki 22 pemain top sangat mahal. Anda tidak bisa bertahan dengan itu," sambungnya.
Di City, Pep memang merombak kembali seluruh skuat. Dua musim di City, ia sudah berbelanja pemain anyar lebih dari 15 pemain. Tapi sebagian pemain dijual kembali atau dipinjamkan. Kini hanya ada 11 pemain yang baru datang ke City setelah Pep menjadi manajer yang masih bertahan.
Pep melepas pemain-pemain yang tidak sesuai dengan skemanya. Dimulai dari Joe Hart, Kelechi Iheanacho, Enes Unal, Wilfried Bony, Fernando, Samir Nasri, Jesus Navas, Pablo Zabaleta, Willy Caballero, Gael Clichy, hingga Bacary Sagna. Untuk mendapatkan skuat yang ideal, perlahan-lahan Pep membeli pemain-pemain anyar yang sesuai kriterianya.
Sebenarnya City, khususnya sang pemilik klub, Syeikh Mansour, punya dana melimpah. Namun aturan Financial Fair Play yang berlaku di Eropa membuat pemilik klub tak bisa serta merta mengeluarkan kocek pribadinya untuk kepentingan klub. Apalagi City pernah terkena hukuman FFP karena neraca keuangan mereka melewati batas FFP sehingga jatah pemain mereka di Liga Champions 2015/2016 dikurangi. Oleh karenanya Pep saat ini sangat berhati-hati dalam membeli pemain.
"Tentu, bahkan untuk City pun ada batasan gaji dan batasan uang transfer yang tidak bisa kami penuhi. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi kami tidak akan membeli pemain dengan harga lebih dari 100 juta, 90 juta atau 80 juta untuk satu orang pemain," tutur Pep.
Mungkin karena alasan ini pula City yang awalnya dikaitkan dengan perekrutan Alexis Sanchez dari Arsenal mundur dari perburuan secara perlahan. Alexis akhirnya pindah ke Manchester United. United mendapatkannya terbilang murah karena adanya pertukaran Henrikh Mkhitaryan dalam transfer tersebut. Sementara jika City ingin mendapatkan Alexis, The Citizens kemungkinan harus mengeluarkan nilai transfer yang cukup besar (karena tidak ada pemain yang bisa ditawarkan untuk United), selain harus membayar gaji pemain asal Cile tersebut yang kabarnya sangat tinggi, yang kabarnya mencapai 500 ribu paun per pekan, tertinggi di Liga Primer.
Berbicara soal tuntutan tinggi, Manchester City sebenarnya masih berlaga di empat kompetisi berbeda, satu-satunya di Liga Inggris. Pep punya kesempatan untuk meraih trofi perdananya di Inggris jika mampu menumbangkan Arsenal di ajang Piala Liga. Untuk mewujudkan itu, Pep tampaknya tidak ingin para pemain andalannya di Liga Primer harus ia turunkan karena banyaknya pemain cedera.
Baca juga: Mourinho: 300 Juta Paun Tak Cukup untuk Saingi Man City
Komentar