Peter Stoger melepas topi berhias lambang FC Koln yang ia kenakan. Ia melambai dan membungkuk kecil, memberi hormat kepada para pendukung setia timnya. Matanya berkaca-kaca.
Hari itu 2 Desember 2017. Pekan ke-14 Bundesliga 1 2017/18. Stoger dan Koln-nya baru meraih dua poin dari 13 pertandingan pertama, dari hasil imbang melawan Hannover 96 pada pekan keenam dan Werder Bremen pada pekan kesembilan -- keduanya berakhir tanpa gol.
Sesaat sebelum pertandingan dimulai, Stoger membentuk lingkaran bersama para pemainnya di dekat lingkaran tengah. Ia menyampaikan beberapa hal. Hidungnya merah. Beberapa pemain Koln bergantian memeluknya dengan mata berkaca-kaca.
Hari itu 2 Desember 2017. Pekan ke-14 Bundesliga 1 2017/18. Stoger dan Koln-nya bertandang ke Veltins-Arena, berhadapan dengan Schalke 04. Pekan sebelumnya, tuan rumah secara dramatis mengejar ketinggalan 0-4, dalam pertandingan Revierderby di kandang Borussia Dortmund, untuk memaksa pertandingan berakhir imbang.
Semangat Schalke sedang tinggi-tingginya. Setelah pertandingan gila melawan Dortmund, laga melawan Koln semacam penyegaran saja. Pertandingan mudah melawan juru kunci, yang semangatnya terbenam seperti posisi mereka di tabel klasemen.
Guido Burgstaller membenarkan anggapan tersebut di menit ke-36. Koln membawa ketinggalan satu gol ke ruang ganti. Lima menit babak kedua berjalan, Sehrou Guirassy menyamakan kedudukan.
Amine Harit tampil seperti singa di pertandingan melawan Dortmund. Pada menit ke-72 di laga melawan Koln, ia mengembalikan timnya ke posisi unggul. Lima menit berselang, Guirassy mencetak gol keduanya.
Laga berakhir 2-2. Stoger mempersembahkan satu poin tambahan, namun keputusan telah diambil dan salam perpisahan telah disampaikan. Empat setengah tahun kebersamaan -- yang diwarnai promosi ke Bundesliga 1 di musim pertama dan kembali ke kejuaraan Eropa (setelah 25 tahun absen) di musim keempat -- selesai sudah.
Stoger pamit dan berkemas. Tujuh hari setelah pertandingan ke-168 dan terakhirnya bersama Koln, ia pulang ke Wina, kota kelahirannya. Belum lagi sehari sejak tiba di Wina, Stoger sudah mempersiapkan penerbangan kembali ke Jerman.
“Saya terbang pulang ke Wina dari Koln kemarin, dan sorenya saya mendapat telepon dari Dortmund, menanyakan apakah saya bersedia mengambil alih posisi pelatih kepala,” ujar Stoger dalam jumpa pers perkenalan dirinya sebagai pengganti Peter Bosz. “Ini mengejutkan, tapi saya rasa mereka benar-benar ingin saya menerima tantangan ini karena mereka membutuhkan bantuan. Saya langsung terbang ke Dortmund pagi ini juga.”
Saat diumumkan sebagai pelatih kepala baru Dortmund, Stoger bahkan belum menandatangani kontrak. Pengambilan keputusan diambil serba cepat. Dortmund membutuhkan stabilitas dan Stoger membangun suksesnya di Koln -- menjadi pelatih kepala tersukses Koln -- dengan itu.
Tuah Stoger langsung terasa di pertandingan pertama. Bertandang ke FSV Mainz 05, Dortmund menang dua gol tanpa balas. Dari peringkat keenam, die Schwarzgelben naik ke peringkat ketiga.
Tugas kedua Stoger adalah mengatasi TSG Hoffenheim dan Julian Nagelsmann di Signal Iduna Park. Dortmund menang lagi. Dua pertandingan sebagai pelatih kepala Dortmund, Stoger mempersembahkan dua kali lipat raihannya bersama Koln dalam 14 pertandingan.
Januari, walau demikian, terbukti tak ramah. Pertama: Januari membuka pintu kepergian Pierre-Emerick Aubameyang dan Marc Bartra. Kedua: Dalam tiga pertandingan, tiga kali Dortmund dan Stoger bermain imbang -- melawan Wolfsburg, Hertha BSC, dan SC Freiburg. Dortmund kembali turun ke peringkat keenam.
Itu membuat siapa pun lawan berikutnya, Dortmund harus menang. Tiga poin tak bisa ditawar. Dan lawan Dortmund berikutnya adalah Koln.
Koln sudah mendapat tambahan sepuluh poin sejak berpisah dengan Stoger. Dua pertandingan pertama bersama Stefan Ruthenbeck memang tak menghasilkan poin, namun sepuluh poin diraih dari empat pertandingan terbaru -- dengan sembilan di antaranya dari tiga kemenangan beruntun.
Walau demikian, Koln masih menempati dasar klasemen. Tiga poin jarak mereka dari Hamburger SV di peringkat ke-17, dan empat poin dari Bremen di peringkat ke-16. Sama seperti Dortmund, Koln membutuhkan tiga poin yang tak bisa ditawar.
Lawatan ke Koln akan menjadi momen emosional dan Stoger tidak membantahnya. Ia menciptakan dan meninggalkan terlalu banyak kenangan di kota yang mengangkatnya sebagai anak.
“Ini bukan pertandingan biasa. Saya di Koln begitu lama, saya nyaman di Koln,” ujar Stoger dalam jumpa pers pra pertandingan.
“Saya hanya fokus ke bagaimana kami akan bermain dan bagaimana caranya menang di Koln. Saya ingin menang! Di titik ini, penting bagi kami meraih tiga poin. Itu akan memberi kami kesempatan bernapas setelah pekan-pekan yang bergolak.”
Sepatutnya Stoger mengincar kemenangan; ia bekerja untuk Dortmund. Namun apa pun hasilnya nanti, pertandingan akan dibuka atau ditutup seperti ini: Peter Stoger melepas topi berhias lambang Borussia Dortmund yang ia kenakan. Ia melambai dan membungkuk kecil, memberi hormat kepada para pendukung setia bekas timnya.
Komentar