Pertengahan Maret 1910, awan hitam menyelimuti Woolwich Arsenal FC. Faktor dominan yang membuat klub berjuluk The Gunners itu mengalami krisis finansial adalah penyusutan jumlah penonton di Manor Ground, kandang Woolwich Arsenal sejak 1893.
Pendapatan terbesar klub pada saat itu berasal dari penjualan tiket pertandingan kandang. Apalagi, kapasitas Manor Ground mencapai 33 ribu kursi – terbilang besar untuk ukuran stadion sepakbola di era tersebut.
Di periode awal penggunaan Manor Ground, Woolwich Arsenal mampu meraup keuntungan besar dari hasil penjualan tiket pertandingan kandang. Setiap pertandingan, stadion hampir selalu dipenuhi suporter. Namun semua berubah sejak tahun 1904. Seiring dengan performa Woolwich Arsenal yang semakin menurun, penyusutan jumlah penonton terjadi.
Puncaknya terjadi pada 1910. Rata-rata penonton yang hadir di Manor Ground hanya mencapai 11 ribu penonton. Penyusutan tersebut pun berimbas pada pendapatan klub yang semakin menurun. Sialnya, pengeluaran operasional tim terus membengkak.
Pada 18 Maret 1910, para petinggi klub mengadakan pertemuan tertutup. Dalam pertemuan tersebut, Dewan Direksi menyepakati bahwa Woolwich Arsenal harus mendapatkan investor baru, sebagai langkah penyelamatan dari krisis finansial yang mendera. Pencarian investor baru bagi Woolwich Arsenal nyatanya tak semudah membalikkan telapak tangan.
Titik terang akhirnya muncul, setelah Sir Henry Norris mengajukan diri menjadi investor baru Woolwich Arsenal pada pertengahan April 1910. Kedatangan Norris disambut hangat para petinggi klub. Di London, sosok Norris dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses bidang properti.
Selain itu, kemampuannya dalam mengelola bisnis sepakbola pun sudah tak diragukan lagi. Saat membeli saham terbesar Woolwich Arsenal, Norris masih tercatat sebagai pemegang saham terbesar Fulham. Dalam empat tahun kepemimpinannya di Fulham, Norris mampu membuat The Cottagers menjadi kesebelasan mapan. Di bawah kendalinya pula, Fulham promosi dari Kompetisi Wilayah Selatan ke Divisi Dua.
Setelah resmi memegang kendali kepemilikan Woolwich Arsenal, Norris langsung menyusun rencana untuk menyelamatkan klub dari keterpurukan finansial. Salah satunya, mengusulkan The Gunners merjer dengan Fulham. Tujuan Norris menggabungkan Woolwich Arsenal dengan Fulham bukan semata karena ia ingin membentuk klub super London. Tapi, ia ingin menggiring masa Woolwich Arsenal ke Craven Cootage – markas Fulham – yang letaknya jauh lebih strategis.
Norris menyadari faktor dominan yang membuat Woolwich Arsenal mengalami keterpurukan adalah menyusutnya pendapatan klub dari hasil penjualan tiket pertandingan. Norris sadar bahwa letak Manor Ground yang tak strategis membuat okupansi stadion semakin berkurang. Manor Ground terletak di kawasan industri yang relatif terisolasi. Selain karena populasi penduduk yang sedikit, transportasi umum menuju stadion tersebut pun sulit diakses.
Rencana Norris menggabungkan Woolwich Arsenal dengan Fulham tak kesampaian. Aturan Football League menjegal ambisi tersebut. Proses merger sejatinya akan menjadikan Woolwich Arsenal dan Fulham sebagai klub baru. Sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh Football League, setiap klub baru harus memulai kompetisi dari divisi terbawah.
Gagal dengan rencana menggabungkan Woolwich Arsenal dengan Fulham, Norris tak patah arang. Melalui koneksinya yang luas, ia akhirnya menemukan tanah seluas enam hektar di St John`s College of Divinity, Highbury, London Utara.
Norris menganggap bahwa Highbury merupakan kawasan strategis untuk dijadikan markas baru Woolwich Arsenal. Letaknya berada dekat dengan stasiun bawah tanah, yang akan memudahkan akses transportasi para penggemar menuju stadion.
Namun rencana perpindahan kandang Woolwich Arsenal dari Manor Ground ke Highbury mendapat pertentangan hebat dari kelompok suporter klub. Norris bahkan sempat mendapat ancaman pembunuhan karena rencananya itu. Para pendukung menganggap perpindahan markas klub dari Woolwich ke Highbury akan mengaburkan identitas sebagai klub asal London Tenggara.
Namun Norris tak terpengaruh dengan penentangan para pendukung Woolwich Arsenal terhadap rencananya. Pada 22 Februari 1913, secara resmi Norris mengumumkan perpindahan kandang Woolwich Arsenal ke Highbury. Pertandingan terakhir Woolwich Arsenal di Manor Ground berlangsung pada pada 26 April 1913, melawan Middlesbrough.
Woolwich Arsenal resmi menggunakan Stadion Highbury pada 6 September 1913. Laga pertama yang dimainkan Woolwich Arsenal di markas barunya adalah pertandingan melawan Leicester Fosse.
Kepindahan Woolwich Arsenal, selain ditentang kelompok suporternya sendiri, juga ditentang kelompok pendukung Tottenham Hostpur dan Clapton Orient, yang merupakan klub asli kawasan London Utara. Di antara keduanya, kelompok suporter Tottenham Hotspur yang lebih vokal menentang. Alasannya, letak Stadion Arsenal di Highbury, jaraknya hanya 6,2 km dari letak berdirinya White Hart Lane, markas Tottenham. Kondisi diperparah setelah Woolwich Arsenal mampu menguasai stasiun Gillespie Road.
Penguasaan Gillespie Road sangat menguntungkan bagi pendukung Woolwich Arsenal. sebab stasiun tersebut menghubungkan beberapa wilayah strategis di kawasan London Utara, terutama Stadion Highbury. Bahkan, Norris berhasil melobi pemerintah setempat untuk mengubah nama stasiun menjadi stasiun Arsenal. Semakin beranglah para pendukung Tottenham karena ulah si pendatang.
Selepas kejadian tersebut, Woolwich Arsenal dan Tottenham terlibat dalam rivalitas panas. Laga yang mempertemukan Arsenal dan Tottenham selalu berlangsung dalam tensi tinggi, dalam balutan pertandingan bertajuk derbi London Utara.
***
Setahun setelah menempati Stadion Arsenal di Highbury, Woolwich Arsenal pun mengubah nama menjadi Arsenal FC, yang bertahan hingga saat ini. Selain itu, sejarah mencatat bahwa kejayaan Arsenal di sepakbola Inggris terjadi setelah mereka pindah markas ke Highbury. Total, dari tahun 1913 hingga 2006, 76 trofi diberbagai ajang diraih The Gunners saat bermarkas di Highbury. Sementara di Manor Ground, tidak ada satu pun gelar major yang didapatkan Arsenal.
Pada Agustus 2006, Arsenal pindah ke stadion Ashburton Grove atau lebih dikenal sebagai Emirates Stadium; Highbury kini telah beralih fungsi menjadi flat mewah.
Komentar