Jika sepakbola adalah tentang siapa yang menang dan kalah, maka Antonio Conte pada laga antara Chelsea melawan Manchester City yang digelar Minggu (4/3) sepertinya sedang melupakan hal itu. Conte tidak mencari kemenangan pada laga tersebut. Ia hanya ingin timnya tidak kalah dengan skor besar. Karena itulah Chelsea bermain tanpa ambisi berlebih.
Saat melawan Barcelona strategi Chelsea nyaris sempurna. Para pemain Chelsea memanfaatkan betul setiap celah yang ada, setiap momen yang ada, dan setiap waktu yang tersedia. Kehilangan bola berarti menekan untuk mengganggu serangan lawan. Menguasai bola berarti menekan lawan juga – dengan mengirim bola secepat mungkin ke kotak penalti lawan. Tapi melawan City tidak demikian.
Melawan City, kehilangan bola berarti menunggu. Menguasai bola untuk melancarkan serangan pun mau tak mau. Bahkan ketika situasi kalah 0-1 di babak kedua, hal itu tetap berlaku. Tak heran cibiran akan strategi Conte ini datang dari segala penjuru.
https://twitter.com/90thMin/status/970371573298450432
"Saya pikir Chelsea telah memberi kita 90 menit yang tidak dapat terima," kata Gary Neville yang ketika itu menjadi komentator Sky. "Ya, Anda melawan Manchester City dan mencoba untuk tetap rapat untuk menghentikan Kevin De Bruyne dan David Silva. Anda ingin membuat bola dikembalikan pada bek tengah dan bek sayap. Mereka melakukannya."
"Caranya sendiri tidak buruk. Tapi minim intensitas dan operan pada penampilan mereka karena pasifnya penampilan mereka, sehingga membosankan untuk disaksikan. Saya tidak yakin bagaimana laga ini terus berjalan, berjalan, berjalan selama 90 menit tanpa ada reaksi dari pinggir lapangan (pelatih)," sambungnya.
Neville benar soal tidak adanya upaya dari Chelsea, Conte khususnya, untuk mengubah situasi yang membosankan tersebut. Dalam ketinggalan 0-1 lewat gol cepat Bernardo Silva setelah babak kedua dimulai, Chelsea baru memasukkan pemain pengganti pada menit ke-78, alias 12 menit waktu tersisa, dengan memasukkan Olivier Giroud untuk Willian. Empat menit berikutnya Pedro diganti Emerson Palmieri. Sementara itu Eden Hazard yang tak bisa berbuat apa-apa baru ditarik keluar pada menit ke-90, gigantikan Alvaro Morata.
Conte sendiri pasca pertandingan buka suara terkait strateginya ini. Ia tidak berkelit atas cibiran yang mengarah padanya. Justru Conte mengakui bahwa dirinya memang menyiapkan anak asuhnya untuk tidak kalah besar. Bisa dibilang, ia pasrah menghadapi Manchester City yang tampil superior sepanjang musim ini.
"Ya, mereka mengikuti instruksi saya," kata Conte usai laga. "Kami menyiapkan strategi seperti ini; untuk tidak menciptakan ruang di antara barisan pertahanan. Melawan City, Anda harus menggunakan otak Anda daripada mengambil risiko dengan cara yang buruk, dan kalah 3-0 atau 4-0."
"Saya menerima kritikan itu tapi saya tidak bodoh untuk bermain terbuka melawan Man City dan kalah 3-0 atau 4-0. Saya ingat beberapa hari lalu Arsenal bermain dua kali melawan mereka dan media-media mengkritik Wenger karena mereka kebobolan tiga gol dalam 20 menit (karena bermain terbuka)," sambungnya.
Chelsea disiapkan Conte untuk terus bertahan sepanjang pertandingan. Lalu ketika menjelang akhir pertandingan, Conte berharap anak asuhnya bisa menyengat lewat satu atau dua serangan untuk bisa mengubah keadaan. Tapi strategi itu buyar setelah Bernardo mencetak gol di awal babak kedua.
"Saya pikir tujuannya adalah tetap solid sampai akhir, kemudian mencoba melancarkan satu serangan di akhir," kata Giroud. "Hari ini sangat menyulitkan. Saya bukan pelatih dan pelatih yang membuat tim seperti ini. Kami perlu menghormati itu dan memberikan yang terbaik tak peduli siapa pun yang ada di lapangan."
Pada babak pertama, City berhasil melepas 8 tembakan, sementara Chelsea 0. Di babak kedua dengan pertahanan yang semakin rapat, City hanya menambah lima tembakan, sementara Chelsea tiga kali mengancam. Chelsea kalah penguasaan bola 28% berbanding 72%. Tapi yang paling mengenaskan, Chelsea hanya melakukan 390 operan sementara Manchester City mencapai 973 operan. City seolah mengajarkan Chelsea bagaimana caranya menguasai pertandingan.
Dalam beberapa waktu terakhir, Conte sendiri tampak kehilangan sifat ambisiusnya di lapangan. Bahkan komentar-komentarnya di luar lapangan lebih banyak mengeluhkan keadaannya sendiri, seperti yang terjadi jelang lawan City. Karenanya strategi defensif yang dianggap keterlaluan dari Conte ini membuat cibiran semakin deras dialamatkan padanya.
Komentar