Gegap gempita menyelimuti seisi kota Cardiff di awal tahun 1970. Para pemuda di ibu kota Wales itu larut dalam kegembiraan, menyambut hasil undian pertandingan perempat final Piala Winners 1970/71.
Saat itu, luapan kegembiraan tak hanya dirasakan segenap publik sepakbola Cardiff. Para pemain Cardiff City FC juga tak luput dalam euforia menyambut hasil undian pertandingan yang mempertemukan mereka dengan Real Madrid. Apalagi, dalam pertandingan yang digelar dalam dua leg itu, Cardiff City berkesempatan menjadi tuan rumah lebih dulu.
Bagi Cardiff City dan para pendukungnya, menjamu Real Madrid merupakan sebuah kehormatan besar. Mereka bersiap menyambut kedatangan raja sepakbola Eropa.
Status Real Madrid tersohor sebagai kesebelasan tersukses di Eropa. Di pentas Piala Champions (Liga Champions), yang merupakan ajang paling prestisius di kompetisi Eropa, Madrid berstatus sebagai pengoleksi gelar terbanyak dengan enam trofi. Madrid kemudian dipandang sebagai raja sepakbola Eropa kala itu.
“Saya bisa mengingat euforia di antara para pemuda dan masyarakat kota saat undian pertandingan diumumkan. Untuk saya, ini merupakan momen terbaik, karena Real Madrid tidak hanya bermain di Ninian Park (kandang Cardiff City), tapi kami juga berkesempatan bermain di Santiago Bernabeu. Menarik sekali. Aku pernah melihat mereka di televisi, tapi bahkan tidak pernah bermimpi bermain melawan mereka,” Kenang pemain Cardiff City saat itu, Gerry Bell, dilansir dari Wales Online.
Pada musim 1970/71, Madrid sejatinya tengah mengalami masa sulit. Di pentas La Liga, Los Blancos terseok di urutan empat. Di Piala Champions, mereka sama terseoknya. Bahkan, sejak musim 1965/66, Madrid belum pernah lagi juara di ajang tersebut.
Namun siapa peduli, Madrid tetaplah raja sepakbola Eropa. Antusiasme publik sepakbola Cardiff menyaksikan laga tersebut tetaplah tinggi. Bagi mereka, ini merupakan kesempatan besar untuk melihat aksi Amancio Amaro dan kawan-kawan secara langsung.
Baca juga: Hanya Ada Tiga Kesebelasan Besar di Dunia, Salah Satunya Real Madrid
Sepekan sebelum pertandingan, terjadi kekacauan kecil di beberapa lokasi penjualan tiket. Antrean panjang mengular, sesekali beberapa penggemar terlibat dalam kericuhan kecil. Bell mengatakan bahwa mereka semua ingin melihat Real Madrid yang hebat itu.
Di tengah kekacauan yang terjadi di tempat penjualan tiket, di kamp pelatihan, para pemain Cardiff City berupaya semaksimal mungkin mempersiapkan diri agar tak dipermalukan sang raja. Ketegangan dirasakan seluruh pemain. Berhadapan melawan Madrid, layaknya menghadapi pertandingan final.
Jimmy Scoular, Manajer Cardiff City kala itu, menyadari bahwa ketegangan hebat yang dirasakan anak asuhnya jelang pertandingan bukan situasi yang bagus. Ia terus memberikan stimulus agar para pemainnya bisa lebih tenang menghadapi pertandingan. Kepada para pemainnya, Scoular menyerukan bahwa melawan Madrid sama dengan pertandingan lainnya yang tak perlu ditanggapi berlebihan.
Upaya Scoular meredam ketegangan para pemainnya tak sia-sia. Lambat laun, suasana di ruang ganti Cardiff City mulai mencair. Para pemain bisa mengontrol diri mereka sendiri. Tidak ada lagi ketegangan, yang ada hanya motivasi untuk memenangkan pertandingan melawan Real Madrid, Kaisar sepakbola Eropa.
“Seminggu sebelum pertandingan, kondisinya benar-benar gila, tapi saat pertandingan semakin dekat, kami merasa lebih baik. Jimmy Scoular menahan kaki semua orang di tanah. Dia memastikan pertandingan itu adalah pertandingan biasa. Jimmy mengatakan bahwa kami bisa mengalahkan Real Madrid,” sambung Gerry Bell.
***
Pada Rabu, 10 Maret 1970, puluhan ribu orang berbondong-bondong pergi menuju Ninian Stadium. Tujuan mereka, menyaksikan pertandingan besar antara Cardiff City FC melawan Real Madrid.
Beberapa saat sebelum laga dimulai, Ninian Park semakin sesak dipenuhi penonton. Markas Cardiff City itu sejatinya memiliki kapasitas 47.500 kursi, tetapi saat pertandingan, jumlah penonton yang hadir melebihi kapasitas.
Diperkirakan lebih dari 55 ribu orang berada di tribun penonton menyaksikan pertandingan Cardiff City FC melawan Real Madrid. Kelebihan kapasitas penonton di Ninian Park kala itu, disebabkan banyaknya penonton tak bertiket memaksa masuk, dengan memanjat tembok stadion. Beruntung, tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Saat pertandingan dimulai, para suporter dibuat kaget dengan permainan bertahan yang diterapkan Madrid. Kendali permainan pun menjadi milik Cardiff City. Saat pertandingan memasuki menit 31, Ninian Park bergemuruh, menyambut gol Cardiff City yang dicetak Brian Clark. Clark, berhasil mengonversi umpan silang Nigel Rees dengan sundulan yang langsung merobek gawang Madrid.
“Tidak ada gol yang pernah memberi saya kesenangan yang lebih besar dan saya kira saya tidak akan pernah mendapatkannya lagi. Mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan adalah hal yang menyenangkan. Namun untuk mencetaknya ke gawang Real Madrid, itu adalah sesuatu yang hanya saya impikan sebelumnya,” kenang Clark.
Cardiff terus menggempur pertahanan Madrid, tapi tidak ada gol tambahan yang dicetak hingga laga usai. Saat wasit meniup peluit tanda berakhirnya laga, para penonton yang awalnya duduk di tribun stadion berlari ke lapangan, menyambut kemenangan tersebut. Atmosfer setelah pertandingan, tak ubahnya perayaan juara.
Para pemain Cardiff merayakan kemenangan dengan pesta sampanye di ruang ganti. Selain itu, beberapa pemain juga menyambangi ruang ganti Madrid untuk sekadar bercengkerama dengan pemain idola dan meminta jersey sebagai kenang-kenangan.
***
Cardiff City, tampil luar biasa di Ninian Park. Pelatih Real Madrid, Miguel Munoz, memuji pola permainan menyerang yang diusung Cardiff. Munoz menyebut The Bluebirdssejatinya bisa menang dengan skor lebih besar.
Namun Cardiff gagal mempertahankan performa impresif di pertandingan leg kedua. Bertandang ke Santiago Bernabeu, Cardiff takluk dua gol tanpa balas. kekalahan tersebut membuat mereka gagal mencapai babak semifinal karena kalah agregat 1-2.
Meski begitu, kekalahan di Bernabeu tak mereduksi kegembiraan para pemain dan suporter Cardiff City saat mengalahkan Madrid di pertandingan leg pertama. Mereka menganggap kemenangan tersebut sebagai momentum paling membanggakan. Kemenangan atas Madrid di Ninian Park, dipandang sebagai kemenangan terbesar dalam sejarah perjalanan Cardiff City.
***
Perayaan Cardiff atas Real Madrid pada 1971 masih terawat hingga saat ini. Namun 46 tahun kemudian, Real Madrid yang bergantian melakukan perayaan di kota Cardiff. Pada Juni 2017, Real Madrid berhasil menjadi juara Liga Champions setelah mengalahkan Juventus dengan skor meyakinkan, 4-1. Pertandingan final tersebut berlangsung di kota Cardiff.
Komentar