Sir Alex Ferguson, manajer asal Skotlandia kenamaan itu, punya satu ungkapan yang cukup melekat bagi para pencinta sepakbola di seluruh dunia. Kutipan itu berbunyi, "Attack wins you games, defense wins you title" yang kurang lebih berarti "menyerang membuat Anda memenangi pertandingan, bertahan membuat Anda memenangi gelar."
Pro dan kontra lahir atas pernyataan Fergie tersebut. Walaupun begitu, sebagai salah satu manajer legendaris, yang berhasil mempersembahkan kejayaan untuk Manchester United selama lebih dari 20 tahun, ucapan Fergie tersebut tak bisa dianggap angin lalu saja.
Di Indonesia saat ini, yang mungkin mengamini betul pernyataan Fergie di atas adalah pelatih Persija Jakarta, Stefano Cugurra Teco. Sejak menangani Persija pada 2017 silam, Persija mulai dikenal sebagai kesebelasan dengan pertahanan terbaik. Setidaknya hal itu sudah terbukti pada gelaran Liga 1 2017. Menempati posisi keempat, Persija hanya kebobolan 24 kali saja dari 34 pertandingan; jumlah tersedikit di liga.
Pertahanan yang solid Persija berlanjut jelang Liga 1 2018 bergulir dengan menjuarai Piala Presiden 2018. Ya, Marko Simic menjadi bintang baru Persija karena berhasil menjadi top skorer. Tapi, setidaknya bagi saya, skema pertahanan Persija adalah bintang utama keberhasilan Persija menjuarai Piala Presiden, juga kandidat juara di Liga 1 mendatang karena lini pertahanan mereka memang spesial.
Memangnya se-spesial apa sih, skema pertahanan Persija? Jika kalian familiar dengan gegenpressing yang populer bersama melonjaknya nama Juergen Klopp, kurang lebih skema itulah gambaran permainan Persija musim lalu, juga musim ini, di bawah asuhan Teco.
Press.. Press.. Press.. Persija!
Sama seperti Klopp, Teco adalah pelatih yang tak nyaman dengan bangku cadangan. Ia terbiasa berdiri sambil berteriak-teriak untuk menginstruksikan anak asuhannya bermain sesuai keinginannya. Dari yang terlihat (saya tidak mendengarnya karena belum pernah berada dekat dengannya), mungkin ia lebih sering berteriak,"Press! Press! Press!".
Dari beberapa rekaman pertandingan Persija pada Piala Presiden 2018, pertandingan final melawan Bali United adalah pertandingan yang benar-benar menunjukkan kesempurnaan gegenpressing Persija. Hampir di 90 menit pertandingan, para pemain Persija membuat lini belakang Bali United tak bisa membangun serangan.
Pada laga tersebut mungkin semua mata tertuju pada Marko Simic yang mencetak dua gol, satu di antaranya dengan tendangan salto, atau secara umum pada Persija yang mampu mencetak tiga gol. Tapi yang jauh lebih menarik sebenarnya cara mereka membuat Bali United tak berdaya saat membangun serangan hampir di sepanjang pertandingan.
Ketika itu Persija bisa menekan Bali United baik ketika masih di area defensive third (area pertahanan) maupun ketika hendak memasuki area middle third. Saat Wawan Hendrawan, kiper Bali United, menguasai bola, para pemain Persija berani langsung menaikkan garis pertahanan mereka dan berusaha merebut bola. Begitu juga ketika bola bergulir ke pemain belakang yang hendak masuk area lingkar lapangan tengah, baru para pemain Persija melakukan zonal marking.
Tekanan dilakukan ketika bola diarahkan pada satu area. Marko Simic bertugas mengarahkan build-up serangan Bali United yang dibangun oleh Demerson Bruno atau Ahn Byung-keon, dua bek tengah Bali United. Begitu bola dioper, barulah para pemain Persija yang lain datang menekan atau mencuri bola. Bola akan diikuti ke mana pun arahnya untuk menggagalkan serangan Bali United. Untuk lebih jelasnya simak video di bawah ini:
https://twitter.com/ardynshufi/status/974891887168339968
Dari video di atas terlihat jika pressing Persija ini bisa berhasil berkat kecepatan dan ketepatan (membaca serangan lawan) yang dimiliki oleh lima gelandang mereka; Novri Setiawan, Rohit Chand, Ramdani Lestaluhu, Riko Simanjuntak dan Sandi Sute. Kelima pemain ini memang tidak hanya eksplosif pada saat menyerang, tapi juga saat bertahan. Kelima pemain ini begitu disiplin dalam melakukan covering area dan pertukaran penjagaan pemain.
Sejatinya, pada pola 4-3-3, mungkin lebih tepatnya 4-5-1, yang diterapkan Persija, Ramdani dan Rohit menjadi pemain tengah yang dibebaskan bergerak mengikuti arah bola. Maka meski posisi keduanya adalah gelandang tengah, tapi kita bisa melihat salah satu di antara keduanya berada di kiri atau kanan pertahanan lawan. Bahkan tak jarang juga keduanya berada di sisi yang sama.
Semua itu dilakukan untuk mendukung serangan Persija di kedua sayap. Cairnya pergerakan Rohit dan Ramdani ini tak lain agar para pemain Persija tak kalah jumlah saat menguasai bola di sayap. Lebih tepatnya, keduanya bisa memberikan opsi pada pemain sayap Persija, baik itu Ismed Sofyan atau Riko di kanan, serta Novri atau Rezaldi Hehanusa di kiri, saat mereka menguasai bola.
Bersambung ke halaman berikutnya
Komentar