Nama Vincenzo Alberto Annese teramat kurang familier di telinga pencinta sepakbola Indonesia. Wajar memang, karena pelatih baru PSIS Semarang pengganti Subangkit tersebut bukanlah sosok terkenal bahkan di negara asalnya, Italia. Wajar juga ia tidak terlalu terkenal karena Italiano (orang Italia) ini baru berusia 33 tahun, terbilang muda untuk seorang pelatih.
Tapi jangan remehkan soal rekam jejak kariernya. Meski masih muda, Annese sudah mencicipi berbagai kompetisi di berbagai negara dan benua dalam karier kepelatihannya yang dimulai pada 2010.
Setelah empat tahun mengawali kariernya di Italia dengan melatih tim muda Fidelis Andria dan menjadi pelatih fisik di Foggia (divisi 3), Annese menjadi asisten pelatih di kesebelasan Lithuania bernama Dainama Alytus. Pelatih kelahiran Bisceglia (daerah selatan Italia) ini baru menjadi pelatih kepala saat menangani kesebelasan Estonia, Paide Linnameeskond, pada 2015, di usia 30 tahun.
Karier Annese berlanjut dengan menjadi pelatih teknik di timnas junior Armenia pada 2016. Namun tak bertahan lama ia hijrah ke Latvia untuk melatih JFK Saldus. Akan tetapi ia gagal mengangkat Saldus lolos dari jeratan degradasi setelah dalam 28 pertandingan, menurut catatan Transfermarkt, hanya meraih satu kemenangan saja (serta 27 kalah).
Seperti pengembara, Annese melanjutkan kariernya dengan melatih kesebelasan asal Ghana, Bechem United. Tak seperti di Saldus, kali ini kariernya membaik. Dari 15 pertandingan yang dipimpin, Bechem berhasil menang enam kali, seri empat kali, dan kalah empat kali dan membuat Bechem berada di posisi lima klasemen sementara.
Tapi berada di posisi lima klasemen tak membuat Alberto betah, di mana ia memilih untuk hengkang ke Palestina untuk menangani Ahli Al-Khaleel pada pertengahan 2017 lalu. Padahal saat itu Alberto belum lama mendapatkan hadiah mobil Toyota Land Cruiser dari presiden klub Bechem karena penampilan impresif anak asuhnya.
Di Al-Khaleel pun sebenarnya timnya tampil luar biasa. Bahkan saat ini, kesebelasan asal kota Hebron tersebut menempati posisi puncak klasemen. Dari 16 laga, Al-Khaleel tak sekalipun meraih kekalahan dengan delapan kali menang dan delapan kali imbang. Al Khaleel juga tercatat mencetak 36 gol (terbanyak) dan hanya kebobolan 13 kali (tersedikit). Tapi lagi-lagi, peringkat di klasemen tak membuatnya bertahan di mana tawaran PSIS Semarang membuatnya cukup tergiur untuk pindah melanjutkan kariernya di Indonesia.
***
Annese sebenarnya sempat memiliki karier yang cukup menjanjikan sebagai pemain. Pada usia 16 tahun dan 17 tahun, ia sempat masuk tim junior Venezia Calcio. Ketika itu karier profesional terasa dekat untuknya karena Venezia merupakan salah satu kesebelasan yang berlaga di Serie A. Belum lagi pemain yang berposisi sebagai gelandang ini sempat terpanggil ke skuat timnas Italia U-17.
Akan tetapi setelah itu kariernya menukik tajam. Karier profesionalnya hanya mentok di divisi tiga dan empat Italia seperti Martina Franca, Termoli Calcio, Noicatarro Calcio, Mestre, San Marino, Leonessa Altamura, dan Sporting Modugno. Akhirnya ia memutuskan untuk pensiun pada usia 23 tahun dan lebih memilih untuk menekuni dunia kepelatihan.
Setelah pensiun sebagai pemain, Annese menghabiskan waktunya untuk belajar. Selain mengikuti kursus kepelatihan, ia juga mengejar sarjana Ilmu Olahraga di Universitas Foggia. Ia pun melanjutkan pendidikannya dengan bersekolah di Universitas Verona dan mendapatkan gelar Master Pendidikan Olahraga di Universitas Bari pada 2009.
Dua tahun setelah itu, Annese menjadi dosen Pendidikan Olahraga di universitas tersebut. Sementara itu sejak 2008 hingga 2014, ia juga mengajar di salah satu sekolah menengah atas di Bari sebagai guru olahraga. Pria kelahiran 22 September 1984 ini sendiri menjadi salah satu ahli pendidikan olahraga di CONI (Komite Olimpiade Nasional Italia).
Annese juga tercatat memiliki lisensi sebagai pelatih renang level 2, yang ia dapatkan pada 2005 dari Federasi Renang Italia (FIN). Selain renang, ia juga merupakan pelatih atletik bersertifikat nasional.
Sebagai pendidik, Annese juga telah menelurkan dua buku sepakbola berjudul The Secret to Win in Football: Tactical Exercises with Small Sided Games dan Win in Football With 1-4-3-3: An Illustrated Strategy Guide System. Kedua karyanya tersebut lahir setelah dirinya berhasil mendapatkan lisensi pelatih UEFA Pro, lisensi kepelatihan tertinggi di Eropa.
Dengan rekam jejak seperti ini, menarik menantikan Annese menjalani kariernya di Indonesia yang terbilang baru untuknya. Meski ia sebelumnya pernah menjadi pelatih di Tiongkok pada 2016 dengan menangani kesebelasan universitas, namun sepakbola Indonesia tentu punya atmosfer berbeda. Terlebih, PSIS yang ia tukangi berkompetisi di divisi teratas.
Walau begitu, latar belakangnya dan pengalamannya melatih di beberapa negara dan benua akan banyak memengaruhi kualitas taktikalnya bersama PSIS. Tapi jangan sampai ia meninggalkan PSIS saat menorehkan sejumlah hasil positif seperti yang terjadi saat ia menukangi Bechem United dan Al-Khaleel, yang ditinggalkan saat masih sayang-sayangnya padahal cukup berprestasi.
Komentar