Barcelona datang ke Stadion Roman Sanchez Pizjuan untuk menghadapi tuan rumah Sevilla, dengan membawa catatan rekor belum terkalahkan di La Liga musim ini. Rekor tersebut tentunya menjadi tambahan motivasi tersendiri bagi Barca, di tengah buruknya kondisi kebugaran Lionel Messi yang tengah dibekap cedera hamstring dan kemungkinan besar tidak dapat diturunkan di laga ini. Ditambah lagi sebelumnya, Messi absen dalam dua pertandingan yang dilakoni tim nasional Argentina karena cedera tersebut.
Dan benar saja, nama Lionel Messi tidak muncul dalam starting eleven Barcelona. Posisi pemain bernomor punggung 10 tersebut diganti oleh Ousmane Dembele.
Walau tanpa Messi, Barcelona tetap tampil tajam di awal laga. Setidaknya tercatat ada dua peluang yang berhasil didapat anak asuh Ernesto Valverde tersebut di awal-awal pertandingan. Saat pertandingan baru berjalan tiga menit, Blaugrana sudah membuka peluang lewat tembakan kaki kiri Luis Suarez yang langsung bisa diamankan oleh kiper Sevilla, Sergio Rico.
Pada menit ke-9, Suarez kembali menciptakan ancaman di mulut gawang Sevilla. Umpan Jordi Alba berhasil diteruskan dengan sepakannya, namun peluang tersebut gagal berbuah gol karena sepakan Suarez masih sedikit melebar.
Usai dua peluang tersebut, Barca balik ditekan oleh Sevilla. Sisi kanan pertahanan Barcelona yang dikawal oleh Sergio Roberto, menjadi sektor yang paling sering dieksploitasi Sevilla. Peluang-peluang sering didapat Sevilla melalui akselerasi yang dilakukan Joaquin Correa di sektor tersebut.
Dan pada menit ke-36, upaya yang dilakukan Sevilla akhirnya membuahkan hasil. Diawali dengan permainan umpan satu-dua di sektor kanan pertahanan Barcelona, Correa yang berhasil lolos dari kawalan langsung memberikan umpan mendatar kepada Franco Vazquez yang berdiri di mulut gawang Barcelona tanpa kawalan. Dengan mudah Vazquez meneruskan operan Correa tersebut dengan sepakan pelan untuk membobol gawang Barcelona yang dikawal Ter Stegen.
Gerard Pique tampak menyadari kesalahannya. Gol Vazquez adalah buah dari keteledorannya yang membiarkan Vazquez bisa berdiri bebas di kotak penalti. Sorot kamera tertuju pada Pique yang sedang berkacak pinggang sambil menatap nanar seakan tak percaya; Messi tampak murung di bangku pemain pengganti dengan tangan menopang dagunya yang ditumbuhi jambang.
Baca juga: Jangan Lupa, Ia adalah Lionel Messi
Tak ada ancaman berarti yang ditebar Barcelona usai gol tersebut. Malah di awal babak kedua, tepatnya pada menit ke-50, Barca harus kembali kebobolan. Lagi-lagi sektor kanan Barca yang menjadi tempat segalanya bermula. Umpan terobosan salah satu pemain Sevilla di sektor itu berhasil diterima Escudero yang lolos dari perangkap offside. Ia lantas melepaskan tembakan keras ke arah gawang. Ter Stegen mampu menghalau tembakan itu, namun bola jatuh di kaki Muriel. Dengan plastis, Muriel langsung mengarahkan tembakan ke sudut kiri gawang Barca. Gol kedua tercipta, Sevilla semakin di atas angin.
Saat gol kedua ini tercipta, Messi tengah melakukan pemanasan di sisi lapangan. Sorot kamera lagi-lagi menangkap momen dramatis. Adalah ketika Muriel berselebrasi di dekat tempat Messi melakukan pemanasan. Messi kembali murung; kali ini ia menyusut dagunya dengan rompi hijau yang ia kenakan.
Tampaknya Barca memang membutuhkan kehadiran Messi untuk memecah kebuntuan serangan yang selalu gagal mereka upayakan. Entah itu dipaksakan atau tidak, Messi akhirnya masuk menggantikan Dambele pada menit ke-58. Dan memang, segalanya berubah saat Messi masuk; serangan Barcelona jadi lebih hidup dan berkembang.
Para pemain Barca seperti mendapat tambahan darah ketika Messi masuk. Peluang-peluang berbahaya tercipta, hingga akhirnya Barca mampu mengejar ketertinggalan dan membuat pertandingan berakhir imbang, dengan salah satu gol dicetak oleh Messi di menit ke-89.
Rekor tak terkalahkan Barcelona yang nyaris pecah itu akhirnya tetap terjaga. Di tengah kondisinya yang sedang cedera, Messi berhasil menyelamatkan Barcelona dari kekalahan. Messi bagaikan tokoh bernama Melos yang—di tengah kondisi fisiknya yang lemah, Melos berhasil menyelamatkan nyawa sahabatnya yang hendak digantung oleh seorang raja jahat bernama Dyonisius. Cerpen tersebut berjudul “Run Melos!” karya sastrawan Jepang, Osamu Dazai.
Baca juga: Semakin Melibatkan Messi, Semakin Efektif Serangan Barcelona
Seperti Messi yang berusaha menyelamatkan Barcelona dari kekalahan di tengah kondisinya yang dibekap cedera hamstring, Melos pun demikian. Melos mati-matian menyelamatkan sahabatnya yang tengah disandera oleh seorang raja yang jahat di kota, dalam keadaan tubuhnya yang dipenuhi luka.
Sebelumnya, Melos lah yang sebenarnya akan dibunuh oleh raja jahat tersebut. Namun ia meminta izin untuk pulang terlebih dahulu ke kampung halamannya untuk menyaksikan pernikahan adik kesayangannya. Sebagai garansi, Melos mengucap janji kepada raja jahat itu: jika Melos tidak kembali ke kota sesudah tiga hari, sebagai gantinya Melos mengizinkan sang raja untuk membunuh sahabatnya yang bernama Selinuntius. Raja menyetujuinya.
Di hari ketiga, usai menghadiri pernikahan adiknya, Melos sudah berangkat ke kota sedari pagi buta. Melos tak ingin ingkar janji kepada sahabatnya sendiri bahwa ia akan kembali ke kota. Bagi Melos, menepati janji adalah harga diri. Melos berlari penuh semangat menuju kota, dalam hati ia berkata, “Anak muda, kehormatan itu harus dijaga!”
Di perjalanan Melos menemukan banyak aral melintang. Hujan deras mengguyur, menyebabkan sungai yang harus disebrangi Melos meluap, dan banjir besar terjadi. Melos nyaris menyerah, sedang matahari sudah mulai condong ke barat pertanda hari akan berakhir. Dengan segala keberanian dan tekad, ia memutuskan untuk tetap menyebrangi sungai. Ia nyaris hanyut terbawa arus, puluhan batang pohon menghantamnya, sebelum akhirnya ia berhasil memeluk satu batang pohon besar di tepi sungai. Napasnya tersengal-sengal dengan tubuh yang dipenuhi luka.
Itu belum selesai. Selanjutnya dengan tubuh yang semakin melemah, Melos dihadang oleh tiga orang rampok di perjalanan. Melos berhasil mengatasinya. Ketika sudah semakin dekat ke kota, kelelahan luar biasa dirasakan Melos. Namun di tengah kelelahan fisiknya, tekadnya yang menggebu untuk menyelamatkan nyawa sahabatnya lebih kuat.
Melos akhirnya kembali berlari, dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya. Sambil menahan nyeri atas tubuh yang dipenuhi luka, Melos tetap berlari berusaha menyelamatkan kawannya. Ia sempat sempat kesulitan bernapas dan mulutnya mengeluarkan darah saat berlari, namun Melos sudah tak peduli. Yang penting, nyawa sahabatnya bisa terselamatkan.
Ia akhirnya berhasil tiba di kota saat matahari sudah hampir terbenam. Selinuntius, sahabatnya, sudah berada di panggung dengan algojo yang siap mengeksekusinya. Namun Melos tiba sebelum semuanya terlambat.
“Terpujilah, bebaskan dia!” Ucap seorang penonton yang berada di tengah kerumunan penonton yang hendak menyaksikan eksekusi itu.
Sang raja jahat akhirnya luluh hatinya menyaksikan Melos yang tidak mengingkari janjinya, dan berani mengambil segala risiko hanya untuk menyelamatkan nyawa sahabatnya. Akhirnya, kedua sahabat itu dibebaskan oleh sang raja; tidak ada satu pun dari mereka yang jadi dibunuh.
***
Seperti Melos yang tak ingin menyerah dengan rasa sakitnya selama perjuangan menyelamatkan kawannya, Messi pun demikian. Ia tidak ingin menyerah dengan rasa sakit di pahanya untuk menyelamatkan Barca dari kekalahan.
Gol Messi yang berhasil ia cetak di penghujung laga dan menyelamatkan Barca dari kekalahan, bagaikan Melos yang berhasil tiba di kota saat waktu yang disediakan untuknya sudah hampir habis. Dan seperti halnya Melos yang berpelukan dengan Selinuntius atas keselamatan mereka berdua, malam itu, di Stadion Roman Sanchez Pizjuan, Messi pun merayakan golnya dengan berpelukan bersama kawan-kawannya—merayakan keselamatan mereka dari kekalahan.
Messi berhasil menjaga rekor Barca dengan menyelamatkan Barca dari kekalahan atas Sevilla; Melos berhasil menjaga kepercayaan sahabatnya dengan menyelamatkannya dari ancaman pembunuhan sang raja.
Komentar