Jelang Bayern Muenchen melawan Real Madrid pada leg pertama babak semifinal Liga Champions 2017/18, Toni Kroos antusias. Gelandang Real Madrid tersebut kembali bertemu dengan mantan kesebelasan yang membesarkan namanya. Kroos memang pemain lulusan akademi Bayern.
"Tentu laga ini menjadi spesial karena aku akan bermain melawan tim yang sebelumnya merepresentasikan diriku untuk enam hingga tujuh tahun," kata Kroos pada UEFA.com. "Masih banyak pemain Bayern yang sebelumnya bermain dengan saya, atau pemain yang masih bermain bersama di timnas (Jerman)."
Walau begitu, perpisahan Kroos dan Bayern sebenarnya tidak terlalu baik. Kroos meninggalkan kesebelasan asal Jerman tersebut dengan kekecewaan. Gelandang berusia 28 tahun ini meninggalkan Bayern setelah pihak klub merendahkan kemampuannya. Hal itu diungkapkan oleh rekan dekatnya yang pernah bermain bersama di Bayer Leverkusen (Kroos pernah dipinjamkan ke Leverkusen semasa masih menjadi pemain Bayern), Stefan Reinartz.
"Toni [Kroos] teman saya, saya tahu kisah yang sebenarnya. Ini sedikit tentang uang,” kata Reinartz kepada Bleacher Report. "Saat itu Bayern berencana memberikan kontrak baru pada Toni. Ia tahu besaran gaji Mario Goetze di Bayern dan keduanya memiliki umur yang hampir sama. Tapi Bayern tidak mau membayar Toni lebih dari 10 juta euro per tahun.”
"CEO Bayern, Karl-Heinz Rummenigge, bilang kepada Toni: `Kami tidak akan menggajimu 10 juta euro karena kamu bukan pemain kelas dunia`. Jika Anda mengenal Toni, ini bukan masalah uang. Dia butuh rasa percaya dari orang di sekitarnya. Dia tahu bahwa dia adalah pemain yang sangat bagus, pemain kelas dunia. Itulah yang menjadi awal dari perpecahan ini," sambung Reinartz.
Sebenarnya manajer Bayern saat itu, Pep Guardiola, berusaha mempertahankan Kroos karena lini tengah Bayern memang menjadi lebih kuat berkat kehadirannya. Tetapi Pep gagal membujuk manajemen Bayern untuk menuruti apa yang diminta Kroos, sehingga Pep harus merelakan kepergian salah satu pemain terbaiknya.
"Guardiola melakukan segala cara untuk mempertahankannya. Ia bahkan sangat frustrasi karena Bayern tidak memperpanjang kontraknya. Situasinya memang buntu karena Rummenigge tetap kukuh pada pendiriannya,” tambah Reinartz.
Kroos sendiri mengakui ia tidak memiliki masalah dengan manajer-manajer Bayern. Bukan kepercayaan manajer yang membuatnya hengkang dari die Roten. Karenanya, ketika ia pindah ke Real Madrid dengan nilai transfer sekitar 25 juta euro, ia tak sedikit pun menyesali keputusannya untuk meninggalkan kesebelasan yang telah membesarkannya.
"Keputusan saya untuk berganti tim sudah tepat," kata Kroos pada laman resmi DFB. "Faktanya, dari sudut pandang saya tidak ada keraguan akan hal tersebut. Maksudnya, jika Anda pergi ke luar negeri untuk bergabung dengan klub top, itu berarti ada langkah maju dalam perkembangan Anda. Carlo Ancelotti menginginkan saya bergabung dengan Madrid, dan ia telah berjudi dengan keputusan tersebut."
"Saya mengapresiasi tahun saya bersama Pep Guardiola karena saya merasa telah melakukan lompatan besar di tahun tersebut," lanjut Kroos. "Saya melihat kembali karier saya dalam sebuah fase: Jupp [Heynckes] adalah pelatih terpenting dalam fase awal karier saya, baik di Bayer Leverkusen dan juga di Muenchen. Pep melihat saya sebagai figur sentral di sistemnya, yang memang cocok dengan gaya bermain saya."
Apa yang dikatakan Kroos memang tak berlebihan. Di Real Madrid yang ia bela setelah Piala Dunia 2014, Kroos meraih rentetan kesuksesan. Tiga musim pertamanya sudah dihiasi oleh 9 trofi, di antaranya satu trofi La Liga, satu Piala Super Spanyol, dua Liga Champions, dua Piala Super Eropa, dan tiga trofi Piala Dunia Antar Klub.
Matthias Sammer, mantan direktur olahraga Bayern, mengatakan bahwa Bayern pun memang menyesali keputusan menjual Kroos ke Madrid pada 2014. Sammer, yang ketika diwawancarai baru saja melepas jabatan di Bayern, mengatakan bahwa Bayern mungkin bisa lebih berprestasi di Liga Champions, kejuaraan yang terakhir kali mereka menangi pada 2012/13, jika Kroos tak meninggalkan tim. Sammer pun mengatakan bahwa sebelumnya ia sudah menyarankan manajemen Bayern untuk mempertahankan Kroos.
"Terkadang kita akan bertemu dengan situasi yang membuat kita menganalisis dengan berbagai perspektif. Siapa bilang mereka [Bayern] sudah melakukan semuanya dengan baik? Mungkin Bayern Muenchen akan menjuarai Liga Champions lebih sering bersama Toni, atau setidaknya mencapai babak final," kata Sammer kepada Sport Bild.
"Sekarang saya bisa mengatakan, dalam peran saya, kesalahan saya saat itu adalah membiarkan Toni pergi. Saya sebenarnya sudah duduk bersamanya dan mencoba mengubah keputusan Toni karena saya tahu betul dirinya. Saya sudah bekerja dengannya untuk waktu yang lama dan sudah mengenalnya sejak ia masih berusia 16 atau 17 tahun," sambung Sammer.
Kini Kroos telah memiliki kehidupan baru bersama Madrid. Ia telah menjelma menjadi salah satu gelandang terbaik dunia bersama raksasa asal Spanyol tersebut. Pemain kelahiran 4 Januari 1990 tersebut pun semakin menikmati masa-masanya di Ibu Kota Spanyol tersebut dengan sejumlah tantangan besar di hadapannya.
"Tahun 2014 menjadi waktu yang tepat bagi saya untuk mencoba sesuatu yang baru. Sejak hari pertama di Madrid, semuanya berjalan dengan baik. Tantangan terbesar adalah membesarkan diri saya sendiri karena Madrid adalah kesebelasan dengan pemain-pemain besar. Untungnya saya bisa melakukannya. Saya di sini hampir empat musim dan sudah mendapatkan banyak trofi, yang menjadi jawaban seberapa hebatnya diri secara individu maupun kolektif. Saya bahagia mengambil jalan ini," kata Kroos jelang lawan mantan timnya, Kamis (26/4) dini hari WIB nanti.
Komentar