Pada Desember 2017 lalu, Presiden Federasi Sepakbola Mesir –Hany Abo Rida– menyuarakan kekhawatirannya terkait efektivitas persiapan Tim Nasional Mesir di Piala Dunia FIFA 2018. Seperti yang diketahui, Piala Dunia 2018 ditetapkan berlangsung pada 15 Juni 2018, atau bertepatan dengan berakhirnya Bulan Suci Ramadan.
Merunut waktu penyelenggaraannya, Piala Dunia 2018 sebenarnya cukup menguntungkan bagi negara peserta yang mayoritas penduduknya beragama Islam, termasuk Mesir. Sebab, mereka tidak perlu menghadapi situasi dilematis karena para pemainnya menjalankan kewajiban ibadah puasa selama tampil di Piala Dunia.
Tapi bagi Rida, itu tetap mengkhawatirkan. Menurutnya, persiapan Mesir akan meningkat saat memasuki Bulan Ramadan. Ia khawatir, kewajiban berpuasa di Bulan Ramadan akan menghambat persiapan Mesir di Piala Dunia 2018. Jika para pemain berpuasa, peluang timnya kalah dalam pertandingan akan meningkat secara substansial.
Selain itu, Mesir juga berencana datang satu pekan lebih awal sebelum turnamen dimulai. Apalagi sebelum Piala Dunia digelar, Timnas Mesir dijadwalkan melakoni dua laga persahabatan menghadapi Kuwait pada 26 Mei dan Belgia pada 7 Juni.
"Anda harus mengerti gaya hidup mereka akan benar-benar berubah selama Ramadan, mereka tidak akan tidur di malam hari dan tidak akan makan pada siang hari. Apakah ini persiapan yang produktif?” katanya kepada TASS.
Mengenai permasalahan tersebut, Rida meminta keringanan bagi para pemain Muslim Mesir untuk menunda kewajiban puasanya selama masa persiapan Piala Dunia 2018. Dikatakan Rida, kehadiran Mesir di Rusia bukan untuk menjadi tim penghibur. Setidaknya, Mohamed Salah dan kawan-kawan ditargetkan bisa lolos ke fase gugur di turnamen empat tahunan itu.
Baca juga: Dampak Berpuasa untuk Kegiatan Olahraga Menurut Sains
Keinginan Rida, kemudian mendapat respons positif dari Mufti Besar Mesir –Syeikh Shawki Ibrahim Abdel-Karim Allam. Dilansir dari Egyptian Independent, pada Senin (23/4) Allam telah mengeluarkan fatwa, terkait diizinkannya para pemain The Pharaohs untuk menunda kewajiban berpuasa di Bulan Ramadan selama persiapan tampil di Piala Dunia 2018. Menurut Allam, hal tersebut dilakukan agar para pemain mencapai kondisi optimal sebelum dimulainya turnamen.
“Diperbolehkan bagi muslim yang bepergian untuk menunda puasa mereka sampai mereka kembali. Menunda kewajiban puasa di Bulan Ramadan juga diperbolehkan bagi muslim yang pekerjaannya menuntut secara fisik, asalkan pekerjaan itu adalah sumber pendapatan mereka satu-satunya dan bahwa mereka merasa sulit untuk melakukan tugas-tugas mereka saat berpuasa,” terangnya.
Namun, Allam tetap menganjurkan bahwa penundaan puasa di Bulan Ramadan dilakukan hanya dalam kondisi terdesak. Artinya, ketika mereka sudah tidak lagi kuat menahan lapar dan haus lantaran intensitas latihan yang berat. Tapi jika mereka sanggup bermain dan berlatih sambil berpuasa, mereka harus menjalankan kewajiban tersebut.
Meski begitu, munculnya fatwa yang ditelurkan Mufti Besar Mesir itu bukan berarti mendapat persetujuan dari pemuka agama Islam Mesir lainnya. Mantan Ketua Komite Fatwa Universitas al-Azhar, Abdel Hamid Al-Atrach misalnya, tidak setuju dengan fatwa tersebut. Menurut Abdel, beberapa pakar agama menuturkan bahwa memang diperbolehkan bagi para pelancong menggugurkan kewajiban puasanya di Bulan Ramadan, namun dengan syarat tujuan bepergiannya itu adalah ibadah.
“Berpelancong yang tergolong beribadah misalnya seseorang yang pergi bekerja untuk mendapatkan uang yang ia gunakan memberi makan anak-anaknya, seseorang yang berpelancong untuk belajar atau seseorang yang berpelancong untuk berdakwah, atau berpelancong untuk berjihad. Begitu pun jika ia melakukan perjalanan 85 km atau lebih, maka ia dipersilakan untuk tak berpuasa Ramadan meski ia melakukan perjalanan tersebut dengan pesawat.”
“Namun apakah para pemain sepakbola diperbolehkan membatalkan puasa Ramadan mereka? Sepakbola bisa ditunda setelah Ramadan selesai. Kita bisa menunda Piala Dunia sampai setelah Ramadan, kenapa tidak? Apa yang bisa kita dapatkan dari Piala Dunia? Jihad?”
“Kita harus mengobservasi alasan kita bepergian, dalam hal ini adalah untuk bermain sepakbola,” kata Al-Atrach.
Sementara pandangan lainnya disuarakan Dr. Sooad Saleh, seorang profesor fiqih, saat diwawancara oleh Amr Abdel Hamid dalam acara televisi "Ra`ay `Am". Dalam pandangannya, Dr. Saleh sepakat dengan fatwa yang dikeluarkan Mufti Besar Mesir terkait penundaan kewajiban puasa kepada Mohamed Salah dkk.
"Di dalam Alquran, Tuhan berkata bahwa siapapun yang merasa kesulitan saat berpuasa maka diharuskan memberi makan fakir miskin (fidiah). Tuhan bukan berkata jangan puasa, tapi memberikan makan fakir miskin."
Baca juga: Tips Berolahraga Saat Puasa Ramadan
Terkait perdebatan menyoal fatwa penundaan puasa bagi para pemain Timnas Mesir selama Ramadan, semua tentu dikembalikan kepada masing-masing individu untuk mengikutinya atau tidak. Seperti yang diungkapkan Mufti Besar Mesir, bila memang memungkinkan bagi pemain menjalani ibadah puasa di masa persiapan Piala Dunia, mereka dianjurkan untuk menjalankan kewajiban tersebut. Namun mereka boleh menundanya jika kondisinya memang tidak memungkinkan bagi mereka berpuasa.
Lagi pula, pada Maret lalu, Pelatih Mesir Hector Cuper menegaskan bahwa dirinya tidak akan melarang pemainnya untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan selama masa persiapan Piala Dunia 2018. Ia mengatakan bahwa sejak Maret lalu, dirinya sudah berkonsultasi dengan dengan asosiasi sepak bola Mesir terkait hal tersebut.
Hingga disepakati bahwa The Pharaohs akan menyewa pakar kesehatan dan kebugaran untuk memastikan para pemainnya tetap fit meski berlatih keras dalam kondisi sedang berpuasa.
"Asosiasi Sepakbola Mesir telah menyewa spesialis untuk membantu saya dan para pemain selama bulan puasa Ramadan. Kami akan mengatur dan memantau pola makan dan tidur mereka, sehingga puasa tak akan berpengaruh buruk pada mereka," kata pelatih asal Argentina itu, dilansir dari BBC.
Cuper melanjutkan, sebagai pelatih dirinya akan dituntut untuk bisa memberikan program latihan yang sesuai agar anak asuhnya tetap fit berlatih, sambil menjalankan ibadah puasa. Namun baginya itu bukan menjadi soal. Semaksimal mungkin dirinya akan membuat program latihan yang bisa disesuaikan dengan anak asuhnya yang menjalankan ibadah puasa.
"Hal ini mungkin akan berpengaruh pada pelatih, karena para pemain akan berpuasa dari subuh hingga matahari terbenam. Jadi latihan tak akan mudah, tetapi memang demikianlah agama dan saya tak bisa mencegah mereka untuk berpuasa. Saya menghormati Islam dan semua agama," tukas mantan Manajer Internazionale Milan itu.
Di Mesir, perdebatan ini masih terus berlanjut hingga sekarang. Padahal (untungnya) penyelenggaraan Piala Dunia tak bertepatan langsung dengan Ramadan. Bisa dibayangkan jika yang terjadi sama seperti Piala Dunia 2014 di mana Piala Dunia bertepatan dengan Ramadan, apalagi jika ini sudah menyangkut "tugas negara". Atau, coba bayangkan jika Indonesia masuk Piala Dunia tapi kemudian menghadapi masalah seperti ini. Bisa repot media sosial kita.
Komentar