Malam itu Atletico Madrid menjalani laga final Liga Europa 2011/12. Lawan mereka di Arena Nationala, Bukares, adalah Athletic Bilbao. Baru tujuh menit laga berjalan, Radamel Falcao sudah membawa Atletico unggul.
Penyerang berkebangsaan Kolombia itu mencetak gol keduanya di menit ke-34. Gol Diego Ribas da Cunha di menit ke-85 membawa Bilbao semakin jauh tertinggal.
Unggul tiga gol dengan lima menit tersisa membuat Diego Simeone leluasa. Pelatih kepala Atletico tersebut menarik Adrian Lopez di menit ke-88, menggantinya dengan Eduardo Salvio. Memasuki masa injury time, giliran Diego Ribas yang ditarik. Penggantinya seorang gelandang muda bernama Koke.
Koke tidak banyak membantu. Durasi penampilannya saja hanya semenit. Alasan Simeone memainkan Koke pun agaknya bukan pertimbangan taktis. Sekadar mengulur waktu saja.
Selepas final 2011/12 Koke semakin dipercaya Simeone. Permainannya pun berkembang pesat. Musim 2013/14, Koke memainkan peran besar dalam keberhasilan Atletico menjuarai La Liga dan melenggang ke final Liga Champions.
Atletico mengalahkan Barcelona di perempatfinal. Chelsea ditumbangkan di semifinal. Koke pemain kunci di keduanya.
“Dia [Koke] pemain yang sangat penting untuk kami,” ujar Simeone kepada Sky Sports. “Caranya bermain, caranya memahami taktik. Sejak tiba di sini, dia berkembang sangat pesat. Hari ini dia salah satu pemain terbaik La Liga. Segala yang diraihnya sekarang adalah hasil dari segala usaha dan kerja kerasnya. Itu kabar baik untuk semua orang.”
Xavi Hernandez, gelandang senior Barcelona, turut mengutarakan kekagumannya terhadap Koke.
“Koke pemain yang luar biasa. Dia memiliki segalanya: talenta, kemampuan fisik. Dia adalah pesepakbola masa kini dan masa depan. Dia akan menjadi pemimpin orkestra lapangan tengah Spanyol dalam 10 tahun ke depan. Aku punya hubungan yang spesial dengannya karena kami bermain di posisi yang sama,” ujar Xavi.
Sampai sekarang Koke masih sanggup menjaga kegemilangan yang dia tunjukkan pada musim 2013/14. Dia tetap pemain andalan. Posisinya belum tergantikan.
Di ajang Liga Europa musim ini misalnya. Menit bermain Koke paling banyak di antara para pemain Atletico. Durasi penampilannya dalam 8 pertandingan mencapai 665 menit.
Banyaknya kesempatan berbanding lurus dengan besarnya kontribusi yang Koke persembahkan. Jumlah golnya memang hanya 2 dan asisnya 1 saja, tapi peran Koke sebagai pembagi bola sangat vital. Per pertandingan Liga Europa, Koke melepas 69,4 umpan. Sebagai perbandingan: Koke hanya melepas 57,6 umpan per pertandingan di La Liga.
Akurasi umpan Koke per pertandingan juga baik. Di Liga Europa persentasenya 85,6%. Di La Liga 85,2%.
Menyoal umpan kunci, lagi-lagi statistik Koke di Liga Europa lebih baik dari La Liga: 1,8 umpan kunci di pertandingan antarklub Eropa dan 1,5 di pertandingan liga domestik.
Catatan statistik lain menunjukkan Koke lebih agresif di Liga Europa ketimbang La Liga. Rata-rata 1 tembakan Koke lepaskan di Liga Europa. Di La Liga hanya 0,8.
Angka-angka tersebut menunjukkan Koke lebih impresif di Liga Europa. Hal itu tidak lepas dari keinginannya untuk menjuarai kompetisi tersebut, karena Atletico gagal menjuarai La Liga dan Copa del Rey musim ini.
“Kami ingin gelar itu [Europa League] untuk memberi pendukung kami sesuatu untuk dirayakan. Kami harus menjuarainya karena para pendukung kami sangat sedih ketika kami melewatkan dua trofi lain (La Liga dan Copa del Rey). Sejak itu, kami belum lagi memenangi apa pun,” tuturnya kepada Mundo Deportivo.
Atletico akan menghadapi Olympique de Marseille di laga puncak Liga Europa musim ini. Terlepas dari hasil pertandingan nantinya, satu yang pasti adalah: kali ini Koke akan dipersiapkan Simeone sebagai pemain penting. Tentu jika tidak ada aral melintang, Koke akan bermain penuh di final—tidak lagi sekadar pengulur waktu seperti enam tahun lalu.
Komentar