Seperlima kekuatan kepolisian nasional Denmark dikerahkan di ibu kota negara pada 17 Mei 2000. Stadion Parken di Kopenhagen menggelar pertandingan final Piala UEFA yang mempertemukan Arsenal melawan Galatasaray.
Denmark mengerahkan 2000 polisi karena laga tersebut mempertemukan kesebelasan Inggris dan Turki. Situasi panas ini merupakan dampak dari dua pendukung Leeds United yang tewas ditusuk pada 5 April 2000. Keduanya berada di Istanbul untuk memberi dukungan kepada Leeds United di leg pertama semifinal.
Buntutnya, pendukung Galatasaray dilarang bertandang ke Leeds untuk leg kedua. Karena kejadian di Istanbul itu pula Arsenal memperingatkan kemungkinan sejumlah kecil pendukung berkebangsaan Inggris datang ke Kopenhagen untuk misi balas dendam.
Media Inggris ramai memberitakan Galatasaray menjual tiket final lima kali lipat dari harga yang ditentukan UEFA sebagai ajang “seleksi” agar biang onar tak datang ke Kopenhagen.
Pemberitaan keliru. Para pembeli tiket final Galatasaray memang mengeluarkan uang lebih, tapi dalam bentuk sumbangan sukarela. Penerimaan sumbangan sendiri merupakan praktik biasa di Galatasaray. Uang sumbangan digunakan untuk perawatan stadion dan kegiatan lain.
“Itu konyol,” kata Sinan Kalpakcioglu, Sekjen Galatasaray. “Para pendukung kami bukan biang onar. Kami tidak perlu melakukan hal semacam itu.”
Kalpakcioglu nyatanya keliru. Sekitar pukul 1 dini hari di hari pertandingan, pendukung Galatasaray menyerang bar tempat pendukung Arsenal berkumpul. Tawur berlangsung kurang lebih satu jam sebelum polisi berhasil mengontrol situasi. Seorang pendukung Arsenal bernama Paul Dineen tertusuk dan dilarikan ke rumah sakit.
Beberapa kerusuhan lain menyusul di hari yang sama. Lokasinya di pusat kota dan luar stadion. Total empat orang menderita luka tusuk. Tidak ada korban jiwa.
Bukan Tanggal Baik
Stadion Parken bukan tempat asing untuk Arsenal. Pada 1994 The Gunners menjuarai Piala Winners di sana. Enam tahun berselang, pada 17 Mei, Arsenal kembali untuk memainkan final Piala UEFA pertamanya.
Pertandingan ini menjadi kesempatan Galatasaray mencatatkan nama di buku sejarah sepakbola Turki. Mereka kesebelasan pertama Turki yang mencapai final kejuaraan Eropa. Avrupa Fatihi juga menyambut pertandingan melawan Arsenal sebagai kesempatan meraih treble. Gelar juara Liga Turki dan Piala Turki musim itu sudah dalam genggaman.
Waktu normal berakhir tanpa gol. Pertandingan berlanjut ke babak tambahan dengan aturan golden goal lalu berlanjut ke adu penalti karena masih tanpa gol.
Ergun Penbe maju sebagai penendang pertama. Keberhasilan Penbe menempatkan Galatasaray di posisi unggul. Dari Arsenal, Davor Suker yang maju sebagai penendang pertama. Sepakannya membentur tiang. Berikutnya Hakan Sukur dan Ray Parlour yang maju. Keduanya mencetak gol. Kedudukan sementara 2-1 untuk Galatasaray.
Umit Davala menjadi penendang berikutnya. Gol. Selepas Davala majulah Patrick Vieira. Sepakannya keras namun membentur mistar. Galatasaray unggul 3-1 dan itu berarti kemenangan mereka bisa ditentukan oleh penendang berikutnya. Dan penendang berikutnya adalah Gheorghe Popescu, eks pemain Tottenham Hotspur.
Tiga penendang pertama Galatasaray mengincar sisi yang sama, sebelah kiri David Seaman. Popescu memilih sisi yang berbeda. Seaman menerka arah bola dengan benar namun bola tetap bersarang di gawangnya.
Galatasaray menang; Arsenal kalah di final kejuaraan Eropa pertamanya bersama Arsene Wenger. Enam tahun berselang Arsenal dan Wenger kembali tampil di final Eropa. Kali ini Liga Champions, di Paris, melawan Barcelona. Pertandingan digelar di tanggal yang sama, 17 Mei. Gol Juliano Belleti pada menit ke-81 membuat 17 Mei kembali dikenang sebagai tanggal sial untuk Arsenal.
Komentar