"Saya sekarang akan memberi tahu dia (Helenio Herrera) bagaimana Celtic akan menjadi tim pertama yang membawa trofi European Cup ke Britania." Dengan lantang Jock Stein, manajer Celtic FC, berucap di hadapan awak media dalam sesi jumpa pers jelang final European Cup (sekarang Liga Champions) 1967, antara timnya dan FC Internazionale Milan.
Para jurnalis mungkin berpikir komentar Stein terlalu berani dan sembrono. Lawan yang akan mereka hadapi adalah kesebelasan besar sarat prestasi. Dalam tiga tahun terakhir penyelenggaraan European Cup, Inter dua kali menjadi kampiun. Inter juga merupakan kesebelasan bertabur bintang yang ditangani pelatih terbaik pencetus catenaccio. Di bawah arahan Herrera, Giacinto Facchetti dkk. menjelma menjadi kesebelasan dengan pertahanan tersolid di benua biru.
Status Celtic di European Cup 1967 hanya kesebelasan debutan. Walau mampu menapak final, tetap saja mereka kuda hitam yang tak diunggulkan. Namun Stein tidak peduli. Ia percaya diri karena merasa tahu cara mengacaukan sistem pertahanan gerendel.
Beberapa tahun sebelumnya, Stein mendapat undangan ke Milan untuk melihat metode pelatihan yang diterapkan Herrera. Sedikit banyak, Stein tahu bagaimana Herrera menerapkan catenaccio kepada anak asuhnya. Ia pun lantas meyakini konsep sepakbola menyerangnya bisa memporak-porandakan pertahanan solid Inter.
Stein bilang pasukannya akan bermain menyerang. "Piala tidak dimenangi oleh individu, tetapi oleh orang-orang dalam tim yang menempatkan klub mereka di depan prestise pribadi. Saya beruntung karena memiliki pemain yang melakukan itu untuk Celtic,” tegasnya.
***
Final European Cup 1967 digelar pada 25 Mei sore, di Estadio Nacional, Lisbon. Sebelum pertandingan, Stein memerintahkan anak asuhnya pergi dan bersenang-senang. Tujuannya agar para pemain tidak gugup di pertandingan.
Namun harapan Stein tak berbuah nyata. Di awal laga, para pemain Celtic malah gugup. Beberapa kesalahan elementer terjadi hingga pada menit kedelapan, pergerakan Renato Cappellini dihentikan Jim Craig dengan tekel keras di kotak penalti sendiri. Wasit Kurt Tschenscher menunjuk titik putih, dan Sandro Mazzola yang menjadi eksekutor memperdaya penjaga gawang Celtic Ronnie Simpson.
Situasi Celtic tidak menguntungkan. Mencetak satu gol ke gawang Inter yang pertahanannya super rapat bukan perkara mudah; dua gol apa lagi. Stein menginstruksikan pasukannya untuk menggempur Inter dari segala penjuru. Serangan demi serangan Celtic dipatahkan. Kalaupun Celtic bisa menendang bola ke gawang Inter, mereka masih harus menghadapi penjaga gawang Inter, Giuliano Sarti.
Skor 1-0 bertahan hingga jeda, tetapi Stein tahu Celtic mampu mencetak gol dari posisi apa pun di lapangan. Tak lama setelah turun minum, kebuntuan Celtic pecah. Tommy Gemmell berhasil membobol gawang Sarti dengan tendangan kerasnya di menit ke-63.
Celtic menyamakan kedudukan dan berada di atas angin untuk memenangi pertandingan karena setelah gol tersebut, Celtic makin liar menggempur pertahanan Inter. Enam menit sebelum waktu habis, Thomas Chalmers membawa Celtic memimpin 2-1. Chalmers berhasil mengelabui Sarti setelah ia membelokkan bola tembakan jarak jauh Bobby Murdoch.
Ketika wasit Techenscher meniup peluit akhir, sekitar 12 ribu pendukung Celtic yang berada di stadion pun menggila, larut dalam kegembiraan menyambut kemenangan. Maklum, Celtic baru saja menorehkan nama mereka dalam sejarah sebagai tim Britania Raya pertama yang memenangi European Cup.
Yang membuatnya lebih spesial, Celtic meraih keberhasilan tersebut dengan skuat yang seratus persen berisi pemain lokal. Semuanya dari Glasgow, namun mereka dikenang hingga saat ini sebagai sekumpulan Singa Lisbon.
Komentar