Anton Miranchuk berusia sepuluh menit lebih muda dari Aleksei. Kembar Miranchuk, yang lahir dan besar di Slavyansk-on-Kuban, menggemari sepakbola. Pada masa kanak-kanak Anton dianggap lebih berbakat walau kemampuan Aleksei tidak jauh di belakangnya. Anggapan tersebut bertahan sampai keduanya pindah ke Moskwa di usia 15, memenuhi undangan Spartak.
Ibu kota lebih keras kepada keduanya. Setahun saja Kembar Miranchuk menimba ilmu di akademi Spatrak. Anton dan Aleksei dilepas di usia 16. Banyak yang tak bangkit dari penolakan macam ini, namun Anton dan Aleksei langsung berdiri dan berlari berkat kehadiran sang ibu.
Yelena Miranchuk adalah seorang guru. Ia ikut pindah ke Moskwa bersama kedua putranya. Yelena mendapat pekerjaan di sekolah asrama tempat Anton dan Aleksei disekolahkan.
“Bahwa Ibu ikut dengan kami tidak bisa dikompromikan,” ujar Anton kepada AFP.
“Belia kepala keluarga kami—beliau selalu bersama kami, mengawasi dan mendukung kami sepanjang waktu,” tambah Aleksei. “Segalanya pasti berjalan berbeda tanpa pengawasan beliau.”
Yang juga membuat Kembar Miranchuk langsung bangkit adalah penerimaan Lokomotiv Moskwa. Keduanya langsung menjadi andalan di tim muda Lokomotiv yang memenangi gelar juara liga Rusia level usia muda tiga musim berturut-turut.
Di Lokomotiv, malah Aleksei yang lebih sukses. Pada April 2013, Aleksei dipercaya Slaven Bilic menjalani debut Liga Primer Rusia. Usianya baru 17 tahun saat itu. Anton sendiri tak lebih dari pemain tim muda.
Aleksei tak langsung menjadi pemain utama. Perannya, bahkan sampai musim 2014/15, tak lebih dari pemain pelapis. Namun itu jauh lebih baik dari Anton yang tak kunjung dipromosikan ke tim utama. Nasib Aleksei dan Anton semakin kontras saat pada Juni 2015, Aleksei dipercaya Fabio Capello menjalani debut di tim nasional.
Aleksei pun naik statusnya di musim 2015/16. Dia menjadi gelandang serang andalan Lokomotiv. Anton, sementara itu, masih terus dan terus berjuang dalam latihan walau kepala pelatih Lokomotiv tak lagi Bilic. Pada Februari 2016, Anton dipinjamkan ke Levadia Tallinn, kesebelasan Estonia.
Baca juga: Rusia Masih Dihantui Rasisme
“Tidak ada yang kembali dari sana,” kata para kritikus sepakbola Rusia saat itu. Anton pergi untuk hilang selamanya dari ingatan kolektif para pelaku sepakbola Rusia.
“Kami selalu bersama sejak lahir,” kata Anton kepada AFP. “Aku merasakan hubungan yang terus menerus dengan saudaraku dan aku merindukannya hanya beberapa hari sejak berpisah.”
Tinggal jauh dari Aleksei dan Yelena memaksa Anton tumbuh dewasa. Ia memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri, dan bekerja sendiri. Hasil kerjanya di Levadia tak buruk-buruk amat: 15 gol dan 10 asis dalam 35 pertandingan.
“Namun aku tidak menyesali masa-masa di Estonia,” tambah Anton. “Tampil bertanding dan mendapat pengalaman secara reguler sangat berguna. Itu sangat membantuku meraih tempat di susunan pemain Lokomotiv begitu aku kembali.”
Anton pulang ke Moskwa pada Desember 2016. Yuri Semin, yang kembali menduduki jabatan kepala pelatih Lokomotiv sejak Agustus 2016, memberi Anton kesempatan membuktikan diri di Liga Primer Rusia pada April 2017. Usia Anton 21 tahun saat itu.
Dua penampilan lain mengikuti kemudian. Anton menutup musim 2016/17 dengan 3 penampilan di divisi tertinggi; Aleksei 29. Nasib keduanya masih kontras, tetapi tak lagi demikian di musim berikutnya.
Anton dan Aleksei sama-sama berstatus pemain utama di musim 2017/18, walau tak selalu bermain berdampingan. Ini lebih karena Aleksei telah berubah menjadi seorang penyerang di mata Semin, sementara Anton tetap gelandang serang.
Penampilan impresif di Lokomotiv membuahkan panggilan ke tim nasional. Oktober 2017, Stanislav Cherchesov memberi Anton kesempatan menjalani debut. Sejak menit pertama pula.
“Kami memberi kesempatan kepada para pemain baru untuk membuktikan mutu mereka di tim yang sudah lolos ke putaran final Piala Dunia 2018,” ujar Cherchesov sebagaimana dikutip dari Strait Times. Kesempatan yang tidak disia-siakan Anton, karena sejak saat itu ia berulang kali dipanggil ke tim nasional bersama Aleksei.
“Dipanggil ke tim nasional sangat memotivasi kami,” kata Anton kepada AFP. “Aku tidak bisa menggambarkan perasaanku dengan kata-kata.”
“Tentu ini tanggung jawab yang sangat besar,” Aleksei menambahkan. “Bergabung dengan tim nasional berarti pengalaman baru, perasaan baru, dan kesempatan baru. Ini keren.”
Panggilan timnas membuat keduanya semakin mantap. Anton menutup musim lalu dengan 29 penampilan, 4 gol, dan 7 asis di Liga Primer Rusia saja; Aleksei 30 penampilan, 7 gol, dan 4 asis. Keduanya membantu Lokomotiv mengakhiri 14 tahun puasa gelar liga.
Tarik mundur ke saat Anton dipinjamkan ke Estonia, Aleksei berujar: “Bagiku sangat sulit bermain dan berkembang tanpa saudaraku. Namun kini aku merasa perpisahan itu adalah untuk yang terbaik. Sekarang semuanya sudah kembali normal dan aku rasa kami berua siap naik ke level berikutnya.”
Level berikutnya yang paling dekat adalah Piala Dunia 2018. Dengan penampilan bersama yang luar biasa sepanjang musim 2017/18, Anton dan Aleksei Miranchuk pantas menjadi andalan tim nasional Rusia seperti kembar pendahulu mereka, Vasili dan Alexey Berezutsky. Bersama Aleksandr Golovin, Anton bertanggung jawab mengatur serangan dan menciptakan peluang. Bersama Fedor Smolov, Aleksei memimpin dari depan.
Komentar