Piala Dunia adalah ajang empat tahunan yang paling ditunggu oleh para pencinta sepakbola di seluruh dunia. Meriahnya ajang ini bahkan melebihi ajang Olimpiade yang mempertemukan negara-negara melebihi Piala Dunia yang hanya mempertemukan 32 negara saja.
Dari babak kualifikasi tentu para pencinta sepakbola selalu mengharapkan akan menyaksikan pertandingan yang menghibur dan melihat banyak terjadi gol di setiap pertandingan.
Seperti yang terlihat pada final Piala Dunia 2002 ketika Brasil mengalahkan Jerman dengan skor 2-0, kedua kesebelasan sama-sama bermain dengan luar biasa saling bergantian menyerang.
Tapi para pencinta sepakbola pernah dikecewakan Piala Dunia 1990 di Italia. Piala Dunia dengan miskin gol, permainan yang membosankan dari mayoritas tim dan kurangnya kejutan berarti. Italia yang pada saat itu ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah edisi ke-14 seolah menebarkan virus catenaccio atau permain bertahan kepada 23 negara yang pada saat itu menjadi peserta.
Piala Dunia 1990 pada saat itu hanya mencatatkan 115 gol sepanjang turnamen (52 pertandingan) atau apabila dirata-ratakan hanya 2,2 gol saja tercipta setiap pertandingannya. Rataan gol tersebut merupakan terendah sepanjang sejarah Piala Dunia sejak 1930.
Jumlah gol yang minim sudah terlihat dari fase grup dan berlanjut hingga babak semi final yang hingga waktu normal belum bisa menemukan pemenang hingga akhirnya harus dilanjutkan ke babak penalti. Kekecewaan para penonton karena minim gol mencapai puncaknya ketika partai final berlangsung yang mempertemukan Jerman Barat dengan Argentina-nya Diego Maradona.
Jerman dan Argentina pada saat itu memiliki sejarah sebagai negara yang banyak membuat perubahan untuk sepakbola dunia. Banyak yang berharap dan mengira bahwa partai final akan menyajikan pertandingan yang ketat dan luar biasa atau bisa saja mengakhiri minim gol yang terjadi dari fase grup hingga babak semi final.
Tapi hanya satu gol yang tercipta di final Piala Dunia 1990, padahal mempertemukan dua negara yang menjadi poros sepak bola dunia. Dianggap lebih tidak menghibur karena satu-satunya gol dicetak melalui titik putih alias tendangan penalti ketika Juergen Klinsmann yang pada saat itu dilanggar oleh Pedro Pazon dan menyebabkan ia harus keluar lapangan. Dan berkat gol itu Jerman Barat keluar sebagai juara.
Satu gol itu kembali menegaskan bahwa Piala Dunia 1990 menjadi Piala Dunia yang membosankan karena gol yang sangat minim. Pertandingan yang digelar pada 8 Juli 1990 itu juga tercatat sebagai pertandingan final pertama yang terdapat satu negara tidak mencetak gol satu gol pun. Sebelumnya di laga final Piala Dunia, negara yang bermain selalu mampu mencetak gol.
Salah satu penyebab hanya ada satu gol yang tercipta adalah strategi Argentina yang bisa dibilang mencari aman. Argentina disebut-sebut ingin mengincar babak adu penalti. Rencananya gagal karena kartu merah yang didapat Pazon.
Taktik yang dilakukan Jerman juga mendapat perhatian. Mereka sangat berhati-hati sepanjang pertandingan berlangsung karena enggan termakan strategi Argentina. Ini buka seperti Jerman yang biasanya dan seolah bukan jati diri Jerman sesungguhnya. Di fase grup padahal Jerman tercatat sebagai salah-satu negara yang produktif dengan mencetak 10 gol.
Dengan strategi Argentina yang seolah bermain aman dan Jerman yang bermain saat hati-hati, final pada Piala Dunia itu pun hanya tercipta satu gol. Final Piala Dunia 1990 pun dinobatkan sebagai final paling membosankan.
Suka untuk Jerman tapi duka untuk Argentina. Selain gagal meraih juara, Argentina menjadi negara pertama yang gagal mencetak gol di partai final.
Komentar