Donald George Revie dihadapkan pada situasi tak menyenangkan ketika menjabat posisi Manajer Leeds United untuk kali pertama, Maret 1961. Selain terpuruk di papan bawah klasemen, Leeds juga sedang dirundung utang yang cukup besar kala itu.
Situasi menjadi lebih tak menyenangkan baginya ketika ia mengetahui markas Leeds berada di lingkungan yang sangat menggilai Rugby. Sepakbola hampir tak punya tempat di sana. Ketika Leeds memainkan pertandingan kandang terakhir musim 1960/61, jumlah penonton yang hadir tak lebih dari 7 ribu orang. Kontras dengan situasi pertandingan rugby, yang selalu bisa menyedot puluhan ribu penonton.
Revie pun berpikir satu-satunya cara membuat sepakbola bergaung di Leeds adalah dengan membawa Leeds United berprestasi. Di tengah situasi tim yang serba tak kondusif, Revie memulai perubahan.
Revie mulai memberi perhatian lebih kepada para pemain Leeds. Ia selalu memastikan bahwa setiap pemain mendapat fasilitas hotel yang menunjang selama bermain untuk Leeds. Selain itu, dan ini yang terpenting, Revie menanamkan semangat kekeluargaan dan keharmonisan dalam tim. Dari petugas kebersihan hingga pemain bintang Revie perhatikan sama baiknya. Ia ingin memastikan tak ada satu pub pribadi yang memiliki ego besar di Leeds.
Upayanya pelan-pelan membuahkan hasil. Tiga tahun berselang, Leeds United menjuarai Divisi Dua Liga Inggris dan lolos ke Divisi Utama musim selanjutnya. Selama masa baktinya hingga musim 1973/74, Revie membawa Leeds dua kali menjuarai Divisi Utama. Selama era Revie pula Leeds tak pernah terlempar dari empat besar klasemen Divisi Utama.
Gagal Mengulang di Timnas Inggris
Suksesnya membawa Leeds United naik ke Divisi Utama dan menorehkan banyak prestasi di sana membuat publik sepakbola Inggris terkagum-kagum kepada Revie. Maka ketika pelatih timnas Inggris, Alf Ramsey, habis masa tugas pada 1974, FA langsung menunjuk Revie sebagai suksesor.
Salah seorang pejabat FA, Ted Croker, mengaku terkesan dengan kepribadian dan gagasan yang dibawa Revie. Banyak suporter dan media Inggris juga antusias menyambut Revie. Jurnalis sepakbola Inggris, Brian Glanville, menyebut Revie sebagai pilihan yang jelas untuk membesut The Three Lions.
Di timnas Inggris, Revie mengulang tradisi yang ia terapkan di Leeds: memupuk semangat kekeluargaan dan keharmonisan dalam tim.
Pada suatu hari, Revie mengundang para pemain senior dan pemain muda potensial Inggris untuk bertemu di Manchester. Sebanyak 81 pemain menghadiri undangan itu. Di sana Revie mengajak mereka bercerita, memperkenalkan diri masing-masing. Tujuannya agar hubungan antarpemain semakin erat.
Namun respons beberapa pemain berbanding terbalik dengan harapan Revie. Salah seorang pemain, Colin Todd, menganggap inisiatif Revie mengumpulkan begitu banyak orang hanya untuk acara kumpul-kumpul sangat tidak masuk akal.
“Mengundang begitu banyak orang hanya demi kumpul-kumpul sangatlah aneh,” ucapnya dikutip dari Yorkshire Evening Post. “Saya bisa mengerti bahwa Don ingin mengenal timnya. Tapi dengan membawa 80 orang berkumpul bersama, justru akan semakin membingungkannya untuk menentukan siapa yang pantas masuk ke dalam skuat.”
Trevor Brooking punya pandangan lain dari Todd. Ia menganggap pertemuan itu sangat berarti karena bisa menjadi kesempatan untuk menonjolkan diri kepada pelatih baru.
“Sebagai pesepakbola, kamu tak akan pernah tahu apakah kamu ada di dalam rencana pelatih baru atau tidak. Jadi dengan seluruh rasa hormat, pertemuan itu sangatlah berharga. Sangat banyak orang di sana, namun Don bisa menyempatkan waktu untuk berdiskusi dengan masing-masing orang,” tuturnya.
Tak seperti di Leeds, Revie gagal membawa seluruh pemain timnas Inggris berada dalam semangat yang sama. Dari 81 orang yang menghadiri pertemuan itu, sebanyak 47 orang tak pernah muncul lagi di kemudian hari.
Tak ayal dampak buruk dari keretakan hubungan internal itu mulai terasa di kemudian hari: Inggris gagal lolos kualifikasi Piala Eropa 1976 dan Piala Dunia 1978.
Kritik keras mulai berdatangan menghampiri Revie. Ditambah lagi, Revie semakin merasakan bahwa Ketua FA, Sir Harold Thompson, mulai tak menyukai keberadaannya di Timnas Inggris. Revie tak nyaman dengan keadaan itu dan memohon agar FA memberhentikannya sebagai manajer tim nasional. Permohonan Revie tidak dikabulkan.
Ketika Timnas Inggris melakukan tur ke Amerika Selatan untuk melakoni serangkaian uji coba, Revie tak ikut serta. Ia beralasan bahwa FA sedang memberinya tugas pemanduan bakat di Italia. Akan tetapi pada kenyataannya, Revie terbang ke Dubai untuk melakukan negosiasi kontrak dengan tim Uni Emirat Arab.
Tak ada yang mengetahui tentang hal itu, sampai akhirnya Revie menyingkapnya sendiri. Pada 11 Juli 1977, dalam wawancara khusus bersama Daily Mail, Revie menyatakan mundur dari kursi kepelatihan Inggris untuk menjadi pelatih Uni Emirat Arab. Dengan keputusannya itu, Revie menjadi pelatih timnas Inggris pertama yang mengundurkan diri.
“Aku duduk bersama istriku pada suatu malam, dan kami sepakat bahwa pekerjaan sebagai pelatih Inggris tidak lebih dari hanya menimbulkan kejengkelan belaka. Terlalu banyak perasaan sakit hati yang telah dibawa oleh mereka yang berada di sekitar kami,” ujar Revie dalam wawancara itu.
FA yang terkejut dengan sikap Revie kemudian memberikan hukuman dengan melarangnya terlibat dalam sepakbola selama 10 tahun. Revie yang tak terima menggugat keputusan FA di pengadilan. Pengadilan pun membatalkan hukuman dari FA kepada Revie, dengan pertimbangan bahwa FA telah mengeluarkan keputusan yang melebihi wewenangnya.
Komentar