Perancis melangkah ke final Piala Dunia 2018 setelah mengalahkan Belgia dengan skor tipis, 1-0. Satu-satunya gol pada laga yang digelar Rabu (11/7) dini hari WIB tersebut dicetak oleh bek Barcelona, Samuel Umtiti.
Perancis betul-betul mengendalikan jalannya pertandingan. Skuat asuhan Didier Deschamps kalah secara penguasaan bola (36% berbanding 64%). Tapi dari jumlah tembakan, Les Blues mencatatkan 19 tembakan, sementara Belgia hanya sembilan. Kalah penguasaan bola Perancis ini merupakan bagian dari strategi yang diterapkan Deschamps.
Solidnya pertahanan menjadi kunci kemenangan Perancis atas Belgia. Belgia bukan tanpa upaya. Sejumlah perubahan dilakukan untuk membongkar pertahanan Perancis. Namun Eden Hazard dan kawan-kawan gagal menaklukkan lini tengah.
Skema Empat Bek Belgia Tak Berjalan Sesuai Rencana
Absennya Thomas Meunier membuat pelatih Belgia, Roberto Martinez, mengubah strategi. Skema 3-4-3 diubah menjadi 3-6-1 yang dimantapkan dengan pola 4-2-3-1 saat bertahan. Martinez memainkan Marouane Fellaini, Mousa Dembele, dan Nacer Chadli sejak babak pertama, menyisihkan Yannick Carrasco, Dries Mertens, dan mengisi kekosongan Meunier.
Saat menguasai bola, Martinez ingin anak asuhnya bermain seperti biasanya. Menyerang lewat sayap dengan skema 3-6-1. Belgia hanya menyisakan Jan Vertonghen, Vincent Kompany, dan Toby Alderweireld di belakang. Chadli, sama seperti Meunier, membantu lini serang.
Saat menyerang, Chadli dan Hazard begitu diandalkan di kedua sisi. Tapi saat bertahan, Hazard tak mendapatkan tugas untuk turun atau membantu pertahanan. Sebagai gantinya, Dembele dan Witsel fokus menjaga area depan tiga bek tengah dalam transisi dari menyerang ke bertahan. Chadli, sementara itu, akan berusaha kembali ke pos bek kanan sehingga Belgia membentuk pola 4-2-3-1 saat bertahan.
Yang menarik dari strategi Martinez melawan Perancis adalah keputusannya memainkan Fellaini dan mencadangkan Mertens. Tugas Fellaini sendiri sebagai pengganggu build-up serangan Perancis saat memasuki area tengah dan menambah opsi operan di kotak penalti bersama Romelu Lukaku.
Sampai batas tertentu, Fellaini cukup berhasil memainkan perannya. Paul Pogba tidak banyak terlibat membangun serangan dari bawah. Namun N’Golo Kante mampu menjadi alternatif serangan Perancis saat lini belakang membutuhkan jembatan ke lini depan. Kante menjadi pemain Perancis terbanyak kedua dalam hal operan setelah Benjamin Pavard.
Hal inilah yang kemudian membuat Perancis tetap bisa mengalirkan bola ke depan dan serangan-serangan balik bisa dilancarkan. Pavard dan Kylian Mbappe jadi momok bagi pertahanan Belgia. Fokusnya Hazard sebagai pemain dengan tugas utama menyerang membuat Vertonghen kerap menghadapi situasi satu lawan satu melawan Mbappe. Sial bagi Vertonghen karena Mbappe sedang dalam penampilan terbaik.
Mbappe mencatatkan 15 kali dribel pada laga ini (7 berhasil). Jumlah tersebut lebih dari setengah jumlah dribel yang ditorehkan Perancis pada laga ini. Akselerasi dan visi bermainnya yang cemerlang itu pun membuatnya mencatatkan enam umpan kunci.
Namun Vertonghen bukannya tampil buruk. Cela justru lahir di area kanan pertahanan, area bermain Chadli. Gol Samuel Umtiti memang merupakan hasil skema sepak pojok. Tapi sepak pojok tersebut terjadi ketika serangan Perancis masuk dari kanan pertahanan Belgia. Lucas Hernandez memberkan umpan terobosan ke area di belakang Chadli, yang disambut Matuidi. Matuidi meneruskannya pada Giroud. Tendangan Giroud mampu diblok sehingga berbuah sepak pojok.
Perancis pun sedari awal memang hendak memanfaatkan “kelemahan” Belgia di sisi kanan pertahanan. Itu terlihat saat di awal-awal laga Perancis bermain dengan pola dasar 4-3-3 dengan Antoine Griezmann yang banyak berada di sisi sebelah kiri. Tapi Chadli bermain disiplin di awal laga sehingga tak mudah menembus pertahanan Belgia lewat build-up yang mengarah ke kanan pertahanan.
Menaklukkan Belgia Lewat Transisi Bertahan ke Menyerang
Perancis asuhan Deschamps selalu reaktif pada strategi lawan. Meski punya pemain mumpuni di setiap lini, Perancis tidak terlalu bernafsu dalam mendominasi laga lewat penguasaan bola. Saat tak banyak menguasai bola, di situlah Perancis bisa memiliki serangan mematikan.
Transisi bertahan ke menyerang adalah senjata utama Perancis. Kunci utamanya ada di kemampuan trio gelandang tengah mereka, Kante-Pogba-Matuidi, dalam merebut bola. Matuidi meski pada beberapa laga ditempatkan sebagai winger kiri berperan penting juga dalam merebut kembali penguasaan bola lalu melancarkan serangan balik.
Pada transisi inilah Belgia tidak dalam bentuk pertahanan terbaiknya: pola 4-2-3-1. Saat menyerang, seperti yang sudah disebutkan di atas, Belgia bermain dengan pola 3-6-1. Saat situasi seperti ini, sisi kanan pertahanan Belgia menjadi paling rentan diserang karena Chadli akan agresif membantu lini serang. Berbeda dengan sisi kiri, meski Hazard tidak membantu pertahanan, Vertonghen benar-benar difokuskan menjaga kedalaman pertahanan sebelah kiri.
Melawan Belgia, trio gelandang Perancis bermain impresif dalam menghentikan serangan. Dari total 33 tekel, 17 kali dilakukan oleh Kante-Pogba-Matuidi. Pogba jadi pemain terbanyak dalam melancarkan tekel, tujuh kali. Tapi Matuidi punya catatan tekel terbaik karena dari enam upaya merebut bola, enam kali juga bola berhasil direbutnya. Pogba empat kali, Kante dua dari empat kali.
Ketangguhan trio gelandang Perancis ini praktis membuat Belgia tak punya banyak opsi menyerang di tengah. De Bruyne lima kali kehilangan bola di tengah. Fellaini tiga kali. Dembele tiga kali. Sementara itu Chadli jadi pemain yang paling sering kehilangan bola, tujuh kali.
Serangan Belgia bisa dikatakan berhasil dipatahkan sejak di lini tengah. Empat gelandang Belgia tak mampu menaklukkan trio gelandang Perancis. Hal ini tak lepas dari strategi Martinez dalam memainkan Fellaini tidak berjalan baik saat menguasai bola.
Perancis pun sebenarnya cukup sering kehilangan bola. Tapi kehilangan bola Perancis terjadi setelah serangan mereka berhasil menembus ke kotak penalti. Olivier Giroud menjadi pemain dengan peluang terbanyak pada laga ini. Ia juga jadi pemain dengan jumlah kehilangan bola terbanyak Perancis, delapan kali. Jika Giroud tajam di lini depan, bukan tak mungkin Perancis bisa mencetak lebih dari satu gol.
Otak-atik Belgia
Kesulitan mencetak gol jelas membuat Martinez berbenah. Setiap pergantian yang dilakukan lantas mengubah pola permainan Belgia.
Dries Mertens menggantikan Dembele pada menit ke-60. Pergantian ini membuat De Bruyne ditarik lebih mundur untuk membangun serangan. Mertens, sementara itu, mengisi sayap kanan. Martinez tampaknya ingin Chadli tidak terlalu naik sehingga menjaga keseimbangan pertahanan.
Tak berhasil, Yannick Carrasco dimasukkan menggantikan Fellaini. Carrasco menghuni sisi kiri, Hazard didorong lebih ke tengah untuk menaklukkan trio gelandang Perancis. Terakhir Michy Batshuayi dimainkan mengggantikan Chadli untuk menambah pemain depan.
Namun semua upaya Martinez tersebut nihil. Perancis yang sejak awal bermain compact defense dan tidak mengincar unggul penguasaan bola bisa membangun organisasi pertahanan dengan baik. Pavard dan Lucas Hernandez tetapi solid meski dicecar oleh Chadli dan Hazard. Setidaknya Pavard dan Hernandez membuat umpan silang Belgia yang datang tidak terlalu akurat karena mendapatkan gangguan.
Duet Umtiti dan Raphael Varane pun handal di udara dengan total mencatatkan 15 unggul duel. Ditambah lagi penampilan gemilang Hugo Lloris yang mencatatkan tiga penyelamatan penting pada laga ini untuk menghindarkan Perancis dari kebobolan. Beberapa faktor di atas membuat Belgia gagal mencetak gol sampai akhir laga.
Komentar