Satu bulan sebelum Benjamin Davis menginjakkan kaki di London, Ryan Sessegnon menandatangani kontrak profesional bersama Fulham FC. Walau Sessegnon masih berusia 17 tahun, Fulham tak ragu memberinya kontrak profesional berkat penampilan memukaunya selama membela Fulham di Divisi Championship 2016/17.
Davis, yang baru mendapat kontrak beasiswa dari Fulham pada Juli 2017, mengetahui berita mengenai Sessegnon. Ia pun terinspirasi dan bertekad mengikuti jejak Sessegnon.
"Aku ingin mendapatkan kontrak profesional dan bermain untuk tim utama Fulham U-23 di Divisi Championship atau Liga Primer," sebut Davis kepada The Strait Times.
Perjuangan Davis Meraih Kontrak Profesional Fulham
Davis lahir di Thailand pada 24 November 2000. Ia kemudian dibawa orang tuanya pindah ke Singapura saat usianya menginjak lima tahun, dan baru mendapat status warga negara Singapura pada 2009. Davis bersekolah di Singapore Sport School pada 2013-2015, kemudian melanjutkan pendidikan di Harrow High School, London, sejak 2016.
Setahun kemudian Davis mengikuti tes masuk akademi Fulham untuk menyalurkan minatnya pada sepakbola. Kemampuannya mengolah si kulit bundar membuat para penguji terkesan. Ia akhirnya dinyatakan lolos serta mendapatkan kontrak beasiswa dua tahun dari Fulham.
Berhasil menembus akademi Fulham adalah prestasi yang membanggakan bagi seorang pesepakbola muda. Melansir FourFourTwo, akademi Fulham merupakan satu dari 24 akademi terbaik yang ada di Inggris. Akademi tersebut berkompetisi di Liga Primer U-18 South League bersama akademi dari klub-klub besar seperti Arsenal, Chelsea, Tottenham Hotspur, hingga West Ham United.
Davis pun berbangga, namun hanya untuk sementara. Ia langsung mengalihkan perhatiannya untuk fokus bersaing dengan para pemain lain, agar bisa meraih kontrak profesional seperti Sessegnon.
“Tidak ada yang meremehkanku hanya karena aku dari Singapura. Aku sangat termotivasi untuk bisa lebh baik dari yang lain, karena aku tahu mereka pun tak akan mengendurkan fokusnya untuk menjadi yang terbaik,” ujar Davis kepada FourFourTwo. “Tujuanku saat ini adalah untuk mendapatkan kontrak profesional musim depan.”
Davis menghadapi berbagai rintangan sulit untuk mencapai tujuannya itu. Selain dituntut untuk bisa bersaing, ia juga harus beradaptasi dengan gaya bermain akademi Fulham yang banyak mengandalkan kekuatan fisik. Davis pun rela menambah porsi latihannya di gym untuk semakin mengencangkan otot-otot tubuhnya.
“Segalanya sangat sulit bagiku pada awalnya. Terasa sangat berbeda saat bagaimana mereka memanfaatkan kekuatan fisik untuk merebut bola. Aku banyak menghabiskan waktu di gym untuk menumbuhkan otot,” papar Davis.
Perjuangan yang dilakukannya tak sia-sia. Davis berhasil menembus tim utama dan diturunkan pada beberapa pertandingan persahabatan. Ketika bertanding melawan klub asal Portugal, Boavista U-19, Davis sukses mencetak satu gol untuk timnya.
Berkat penampilan menjanjikan yang ditunjukkannya di pertandingan-pertandingan persahabatan, Davis dimasukkan ke dalam skuat Fulham U-18 yang akan berkompetisi di Liga Primer Inggris U-18 musim 2017/18. Davis bermain reguler di posisi gelandang, dan sangat cakap dalam mendistribusi bola lewat umpan-umpan yang ia lepaskan.
Berita tentang Davis yang mendapatkan menit bermain reguler di tim muda Fulham sampai ke telinga pelatih Tim Nasional Singapura, Varadaraju Sundramoorthy. Sundram pun tak ragu memanggil Davis untuk bergabung bersama Timnas Singapura senior, kendati usia Davis baru 17 tahun. Maret 2018, Davis menjalani latihan perdananya bersama Timnas Singapura dalam rangka persiapan pertandingan persahabatan melawan Maladewa.
“Awalnya aku merasa canggung karena aku yang paling muda, sementara mereka [pemain Singapura lain] berbadan lebih besar dibandingkan aku,” kata Davis dikutip dari Channel News Asia. “Tetapi ketika sudah berada di atas lapangan, aku mulai merasa nyaman. Aku hanya tinggal berusaha membangun chemistry dengan pemain lainnya.”
Di sisi lain, Sundram sangat terkesan dengan debut Davis bersama Timnas Singapura. Ia justru sama sekali tak melihat kesan canggung dari Davis.
“Di latihan, kita bisa melihat bagaimana kualitas teknik yang dimilikinya dalam menguasai bola. Dari segi taktikal maupun fisikal, kita benar-benar bisa bekerja dengannya,” kata Sundram. “Aku tak merasa ia [Davis] canggung. Terus saja libatkan ia di beberapa sesi latihan, maka ia pun akan baik-baik saja.”
Konsistensinya dalam menyuguhkan penampilan terbaik bagi tim muda Fulham berbuah pencapaian yang selama ini didambakan Davis. Pada 13 Juli 2018, Fulham menawari Davis kontrak profesional. Dalam pengumumannya di laman resmi klub, Fulham menyebut Davis sebagai gelandang yang akurasi umpannya mencapai 90 persen.
Pemain berpostur 1,72 meter itu pun senang bukan kepalang mendengar kabar itu. Davis menjadi pemain asal Singapura pertama yang dikontrak secara profesional oleh salah klub Liga Primer Inggris. Ia tak menyangka bahwa mimpinya akan datang lebih cepat dari yang diperkirakan.
“Aku sangat senang dan berdebar. Sungguh aku tak menyangka, mengingat aku baru menjalani satu dari dua tahun masa kontrak beasiswa di sini,” ujar Davis.
Davis mengaku bahwa target terdekatnya saat ini adalah untuk mengukuhkan posisinya di tim Fulham U-18, sembari terus berjuang untuk meraih tujuan tertinggi: membela tim senior Fulham di Liga Primer Inggris.
Terhambat Wajib Militer di Singapura
Di tengah kebahagiaan yang sedang dirasakan Davis karena baru saja mendapat kontrak profesional dari Fulham, Davis langsung dihadapkan dengan permasalahan lain. Sebagai penduduk laki-laki Singapura yang sudah berusia 17 tahun, ia diharuskan mengikuti wajib militer di negaranya selama dua tahun. Kewajiban ini tentu akan menghambat perkembangan karier Davis bersama Fulham.
Menyikapi hal ini, Davis dengan didampingi orang tuanya mengajukan permohonan penangguhan wajib militer kepada Kementerian Pertahanan Singapura. Akan tetapi Kementerian Pertahanan Singapura tak mengabulkan permohonan tersebut. Mereka beralasan permohonan Davis didasari oleh kepentingan pribadi, bukan demi kepentingan negara.
“Permohonan penangguhan dari Tuan Davis dimaksudkan untuk mengembangkan karier pribadinya, bukan karena kepentingan nasional,” sebut Kementerian Pertahanan Singapura dikutip dari Reuters. “Di bidang olahraga, permohonan penangguhan hanya akan dikabulkan bagi mereka yang mewakili Singapura di kompetisi internasional seperti Olimpiade.”
Sikap dari Kementerian Pertahanan Singapura sangat disayangkan oleh ayah Davis, Harvey Davis. Menurutnya, bukan maksud Davis untuk mengorbankan kewajiban negara demi meraih mimpinya menjadi pesepakbola.
Sementara itu, masyarakat Singapura juga bereaksi atas penolakan penangguhan yang diberikan Kementerian Pertahanan Singapura untuk Davis. Seperti dilaporkan Reuters, sebanyak 20.000 orang telah menandatangani sebuah petisi yang menyatakan dukungan untuk Davis agar bisa mendapatkan penangguhan wajib militer, demi meraih mimpinya.
“Aku rasa Ben Davis adalah salah satu anak muda yang harus kita rangkul dan dukung,” kata salah seorang warga Singapura, Olivia Choong. “Jika tidak, ini akan menjadi hal yang menyedihkan karena kesempatan emas yang dimiliki oleh seseorang, terancam hilang. Dan ini juga akan menjadi pertanda buruk bagi atlet lain karena menyebarkan sebuah pesan bahwa mimpi dan ambisi di bidang olahraga tidak layak untuk diperjuangkan.”
Dalam 15 tahun terakhir, penangguhan wajib militer hanya diberikan kepada tiga orang: perenang Joseph Schooling dan Quah Zheng Wen (masing-masing untuk keikutsertaan di Olimpiade 2016 dan Olimpiade Musim Panas 2020) serta atlet layar Maximillian Soh. Kementerian Pertahanan berkeras Davis harus kembali ke Singapura pada Desember tahun ini untuk menjalani wamil.
Komentar