Jose Luis Chilavert dikenal sebagai sosok eksentrik. Bekas penjaga gawang Tim Nasional Paraguay itu terkenal temperamental. Ia pernah bersitegang dengan Diego Armando Maradona dan berkelahi dengan Faustino Asprilla. Tak sampai di situ, Chilavert juga pernah mendapat sanksi larangan bertanding di dua laga Piala Dunia 2002 karena meludahi Roberto Carlos.
Meski punya emosi yang meledak-ledak, tetap saja Chilavert adalah salah satu penjaga gawang terbaik yang pernah ada di muka bumi. Sosok kelahiran 27 Juli 1965 itu pernah tiga kali dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik dunia versi International Federation of Football History & Statistics (IFFHS). Itu membuatnya setara dengan Walter Zenga (Italia) dan Oliver Kahn (Jerman).
Chilavert punya semua kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi penjaga gawang tangguh. Ia punya refleks yang baik dan kemampuan membaca arah bola yang akurat. Ia juga cekatan dalam mengantisipasi peluang lawan.
Kemampuan-kemampuan tersebut juga dimiliki para penjaga gawang top. Namun Chilavert istimewa karena ia mengusai keahlian yang langka di kalangan para penjaga gawang: kemampuan menjebol gawang lawan.
Chilavert kerap dipercaya menjadi eksekutor penalti dan tendangan bebas jarak dekat. Beberapa orang bahkan menyejajarkan namanya dengan David Beckham, Roberto Carlos, atau Michel Platini yang pada masanya dikenal sebagai maestro tendangan bebas.
Sepanjang 23 tahun kiprahnya sebagai pesepakbola, 62 gol dicetak Chilavert. Jumlah tersebut menjadikannya penjaga gawang paling produktif di dunia—hingga rekornya dipatahkan Rogerio Ceni.
***
Sebagian besar karier Chilavert dihabiskan di Amerika Selatan. Chilavert memulai kariernya pada 1980 di Sportivo Luqueno, klub asal Luque, Paraguay, yang merupakan kota kelahirannya. Setelahnya Chilavert pindah ke Club Guarani lalu San Lorenzo.
Di San Lorenzo bakat Chilavert sebagai eksekutor bola mati mulai terlihat. Di klub Argentina itu Chilavert membukukan gol pertamanya melalui eksekusi penalti. Setelah itu ia terus mengasah kemampuan tendangan bebasnya. “Kemudian, saya mulai berlatih penalti dan tendangan bebas sampai mereka memberi saya kepercayaan,” katanya, dilansir dari laman web FIFA.
Setelah sesi latihan reguler berakhir, Chilavert tak pernah langsung berbenah untuk pulang. Ia memilih untuk tetap berada di lapangan, melatih kemampuannya menembak. Dalam porsi latihan tambahan itu Chilavert bisa melakukan 100 kali percobaan tembakan bebas dan penalti.
Pada 1988 Chilavert pindah ke Real Zaragoza. Ini merupakan momentum pertamanya mencicipi persaingan di kompetisi Eropa. Datang ke Spanyol dengan status sebagai jagoan tendangan bebas dan penalti tak lantas membuatnya langsung menjadi idola publik La Romareda.
Para pendukung Zaragoza tidak sepenuhnya suka dengan gaya main Chilavert yang kerap nekat maju ke area pertahanan lawan untuk mengeksekusi tendangan bebas atau penalti. Setiap kali Zaragoza mendapat kesempatan mencetak gol melalui tendangan bebas atau penalti, para penggemar selalu menampakkan ekspresi yang berbeda. Bukannya harapan yang muncul, tapi kepanikan.
Wajar, karena bagi seorang kiper, meninggalkan sarangnya hingga area pertahanan lawan adalah sebuah perjudian. Sebaik apa pun dia dalam mengeksekusi peluang yang dimiliki, tetap saja ada kemungkinan upaya tersebut gagal berbuah gol.
"Para fans biasanya panik dan berteriak kepada saya untuk kembali ke gawang. Tapi saya melihatnya sebagai cara membantu tim Anda untuk menang. Jika Anda Memiliki kiper dengan tembakan yang bagus, Anda harus memanfaatkannya. Saya tidak pernah memikirkan apa yang dikatakan orang lain. Saya hanya mengandalkan kemampuan saya.”
Di Zaragoza, Chilavert bertahan selama tiga musim. Setelah itu, ia kembali ke Argentina untuk membela Atletico Velez Sarsfield. Bersama Velez, Chilavert membuat dampak terbesarnya, karena dalam sepuluh musim (1991-2001), Chilavert meraih kejayaan dengan membantu klub Argentina itu meraih empat gelar Primera Division, serta Copa Libertadores dan Piala Interkontinental pada 1994. Ia juga membukukan beberapa momentum yang membuat kelihaiannya mengeksekusi bola mati kian dikenal luas.
Pada 1996, saat membela Atletico Velez Sarsfield, Chilavert pernah menjebol gawang River Plate dari jarak 60 meter. Kejadiannya bermula saat salah satu pemain River Plate melanggar pemain Velez di area tengah lapangan. Wasit pun meniup peluit tanda pelanggaran. Tanpa basa-basi, Chilavert keluar dari sarangnya dan langsung menembak bola tersebut hingga masuk ke gawang German Burgos.
"Saya pikir bola melambung terlalu tinggi, tetapi kemudian bola turun dengan cepat. Ketika Burgos berusaha bereaksi, segalanya sudah terlambat,” kata Chilavert, dilansir dari FourFourTwo.
“Beberapa pemain pernah mencetak gol dari jarak jauh, tetapi biasanya itu hanya kebetulan. Tapi ini berbeda. Saya melihat Burgos berada di luar kotak penaltinya, dan malah melihat burung-burung bukannya berkonsentrasi pada pertandingan. Jadi saya mulai berlari dan menembak bola.”
Sensasi Chilavert tak berhenti sampai di sana. Pada 28 November 1999, Chilavert pernah mencatatkan pencapaian mengagumkan setelah mencetak hat-trick ke gawang Ferro Carril Oeste, dalam kemenangan 6-1 Velez atas Ferro. Pencapaian tersebut membuatnya masuk dalam buku rekor sebagai kiper pertama yang mencetak hat-trick di ranah sepakbola profesional.
Setelah 10 tahun mengecap kejayaan bersama Velez, Chilavert kembali ke Eropa untuk memperkuat RC Strasbourg di Ligue 1 Perancis pada 2002. Sayangnya, ia tak menorehkan pencapaian indah. Alih-alih berprestasi, Chilavert malah merasakan getirnya degradasi. Setelahnya ia pulang ke Paraguay untuk memperkuat Penarol. Ia pensiun pada 2004 di Velez Sarsfield, tanpa memainkan satu pun laga.
***
Meski di Eropa karier Chilavert tidak terlalu mentereng, tapi kiper Paraguay tersebut tetap dikenang sebagai salah satu kiper terbaik sepanjang masa. Bahkan berkat kehebatannya, saat gim Bakuretsu Soccer (Super Shot Soccer) rilis pada 2002, Chilavert -dalam gim tersebut disebut sebagai "Jolovort"- menjadi salah satu kiper yang punya jurus. Lewat kepalan tangannya, ia bisa mencetak gol dari gawangnya sendiri. Ini menunjukkan bahwa Chilavert memang kiper spesial.
Komentar