Kuat karena Mampu Beradaptasi di Chelsea

Backpass

by Redaksi 21

Redaksi 21

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kuat karena Mampu Beradaptasi di Chelsea

Musim panas 2006, Chelsea bisa dibilang sedang berada di bawah kendali ambisi Jose Mourinho. Dalam dua musim sebelumnya, Mourinho membawa Chelsea merusak dominasi Manchester United dan kesebelasan Big Four lainnya. Ketika jendela transfer dibuka, Chelsea yang saat itu berstatus salah satu kesebelasan kaya di Inggris mulai mendatangkan para pemain dengan nama besar dan harga tinggi.

Michael Ballack dan John Obi Mikel didatangkan meramaikan lini tengah Chelsea. Ashley Cole didaratkan dari Arsenal. Andriy Shevchenko didatangkan dari Milan. Tapi ada satu rekrutan yang pamornya tidak terlalu populer, yaitu Salomon Kalou.

Kebanyakan penggemar Liga Inggris saat itu tidak mengenal sang pemain berkebangsaan Pantai Gading. Namun tidak demikian dengan para penggemar Liga Belanda. Kalou adalah perain Johan Cruijff Prijs, trofi untuk pemain muda terbaik di Belanda.

Dalam sesi foto yang digelar untuk mengabarkan kedatangannya di Chelsea, Kalou terlihat bingung saat sekumpulan cahaya lensa menyala seiring dengan kerja kamera mengambil gambarnya. Matanya sesekali berkedip seolah terlihat kaget.

Pembawaannya yang lugu memang tak memperlihatkan dirinya seorang pesepakbola dengan kualitas yang baik. Ia bahkan tak merasa menjadi seorang bintang lapangan.

Kepindahan Kalou ke Chelsea diawali kunjungan Jose Mourinho ke Belanda, untuk melihat penampilan sang pemain. Sebelum Mourinho datang, Kalou sebenarnya akan pindah dan melanjutkan karier di Valencia. Bahkan ia sempat mengatakan telah belajar bahasa Spanyol.

Beberapa pertandingan sebelum akhir musim, Mourinho datang sendiri untuk menonton pertandingan Kalou. Dan hari itu Kalou mencetak dua gol dan satu asis.

Pada saat itu Kalou tidak sempat sedikit pun berbicara dengan Mou, bahkan ia tidak tahu bahwa pelatih asal Portugal itu datang untuk melihatnya bermain. Mourinho pada saat itu terlihat seperti sedang menyamar dengan menggunakan topi dan kaca mata hitam.

Ketika ditanya oleh wartawan mengenai kedatangan Mourinho, ia hanya menjawab,”Saya tidak tau dia datang, mungkin hanya untuk berlibur bukan untuk melihat saya.”

Satu bulan kemudian, agen Kalou mengajak Kalou untuk pergi ke London. Sesampainya di bandara, ia dan agennya langsung menuju rumah Mourinho.

Keduanya langsung membicarakan masa depan Kalou. Mourinho mencoba meyakinkan Kalou bahwa ia harus pindah ke Chelsea. Saking meyakinkannya perkataan Mourinho, Kalou sempat tak mengingat bahwa sebenarnya Valencia sebelumnya sudah sangat menginginkan Kalou untuk datang ke Spanyol.

"Saya mendengarkan apa yang Mourinho katakan, ia sangat mengetahui cara bermain saya. Dia tahu apa yang bisa saya lakukan aga bisa menjadi lebih baik. Dia juga tahu di mana posisi saya untuk bermain lebih baik," ungkap Kalou.

Mourinho mengatakan kepada Kalou bahwa betapa pentingnya bermain secara tim. Mou mengatakan satu-satunya cara Kalou untuk meraih piala adalah bermain secara tim.

Dan benar saja. Ketika bermain di Chelsea, Kalou tidak bermain secara individu yang sering ia lakukan di Feyenoord. Kalou benar-benar bermain untuk tim. "Di Feyenoord saya bermain sebagai penyerang mematikan tapi di Chelsea saya bermain di posisi sayap di mana saya tidak pernah bermain di posisi itu. Saya harus bermain di situ karena itu adalah kepentingan tim."

Adaptabilitas (kemampuan beradaptasi) yang ia lakoni di Chelsea bukan pengalaman pertamanya. Ia telah melakukannya ketika datang ke Rotterdam tahun 2003, ia pindah ke Belanda bersama keluarga dan beruntung bisa dekat dengan teman-temannya. Tidak seperti para imigran Afrika yang datang ke Eropa merasa terkucilkan, Kalou bersikap dewasa dan langsung beradaptasi.

"Dalam setiap situasi saya ingin belajar dan saya tidak ingin mengatakan saya tidak melakukan ini karena saya dari Afrika. Saya akan belajar bagaimana melakukan banyak hal di sini, saya ingin beradaptasi secara cepat karena tidak banyak anak berusia 18 tahun bisa melakukan itu di benua baru," ungkap Kalou.

Dengan begitu banyaknya bintang pada saat itu di Chelsea dengan gaya kehidupan yang glamor, Kalou lebih terlihat rendah hati dan bersahaja beradaptasi dengan kehidupan barunya di London. Sikap Kalou itu tak membuatnya tersingkir dari Chelsea, bahkan malah membuatnya memiliki peran tersendiri dalam kesuksesan Chelsea dan mampu bersaing dengan para pemain hebat seperti Didier Drogba, Nicolas Anelka, Fernando Torres, Joe Cole, Florence Malouda, dan Arjen Robben.

"Jika Anda ingin tinggal lebih lama di Chelsea, ikutilah cara pemain pemain itu, Anda masih muda, anda tidak dapat bersaing dengan mereka, mereka adalah pemain berpengalaman, jadi coba ubah cara bermain Anda, buatlah gol dan jadilah penentu," ucap Mourinho kepada Kalou mengenai apa yang harus ia lakukan untuk beradaptasi dengan Chelsea pada saat itu. Dan dia melakukannya.

Dalam beberapa pertandingan, Kalou tampil memainkan peran itu dan membantu Chelsea meraih trofi.

Masih diingat tendang voli di menit ke-86 yang ia lakukan di perempat final Piala FA ketika melawan Spurs, yang memaksa pertandingan replay digelar. Chelsea memenanginya dan lolos ke final. Di final mereka mengalahkan Manchester United.

Umpan silang dari pergerakannya di sayap kiri untuk gol kaki kanan Anelka di semifinal Liga Champions 2008 ketika menghadapi Liverpool tentu juga teringat. Tanpa umpan itu, Chelsea tidak akan bisa melaju ke final Moskwa untuk menghadapi Manchester United walaupun di partai final mereka kalah akibat terpelesetnya John Terry. Namun pada kesempatan menendang, Kalou berhasil melakukannya dengan baik.

Kekalahan di Moskwa sedikit memberikan tekanan kepada dirinya. Tapi sikap Kalou yang kala itu cukup dingin dan juga tidak terlalu menonjolkan diri seolah menunjukkan bahwa ia akan berubah dan akan menunjukkan yang lebih baik lagi.

“Sebagai pemain muda saya tidak pernah berpikir `Saya ingin mencapai ini, ini dan ini`. Saya hanya berpikir, percaya pada proses, belajar dan terus maju. Ke mana pun Anda pergi jika Anda belajar, Anda akan baik-baik saja.”

Dia melanjutkan,“ Saya tahu saya akan tiba di musim yang baik di musim yang saya tahu saya akan tiba pada saat-saat buruk di musim ini, tetapi saya harus menyeimbangkan itu dan menjadi penentu, menjadi lebih penting bagi tim. Apa pun yang dibutuhkan tim, apakah itu tujuan penting atau bantuan penting, saya harus menjadi bagian dari momen itu, karena momen itu dapat mengubah musim, dan itulah janji saya.”

Semua yang dikatakan Kalou pada saat itu akhrinya terbukti. 27 Maret 2012 di Estádio Da Luz, ia mencetak gol untuk Chelsea ketika menghadapi Benfica di babak delapan besar lewat umpan Torres dari sisi kanan setelah menerima operan dari pergerakan Ramires sebelumnya. Hasil itu terus membawa Chelsea melaju ke final hingga meraih trofi Liga Champions setelah mengalahkan Bayern Munchen lewat babak adu penalti.

Bagi seorang pesepakbola, mental adalah hal yang paling utama harus dimiliki. Salomon Kalou telah menunjukkan mental itu. Datang ke Chelsea dengan bukan status bintang dan hanya seorang pemain muda yang harus menirukan para pemain bintang yang ada di dalam klub. Bersaing dengan cara yang berbeda.

Dan di situlah letak penjelasan tentang bagaimana Kalou mampu berkembang di Chelsea selama beberapa periode. Berbagai perubahan rezim yang memusingkang datang untuk mengkarakterisasi ruang ganti di Stamford Bridge, di sana dia tetap; mencetak gol-gol penting, menjadi penentu.

Komentar