Axel Witsel akhirnya tiba juga di liga top. Sudah 12 musim Witsel berkarier di level senior, dan 11 di antaranya dia habiskan di liga minor; satu sisanya pun di liga yang hanya terbilang lumayan, Liga Portugal. Untuk seorang pemain yang sangat diandalkan di Tim Nasional Belgia, keputusan Witsel dalam memilih klub seringnya menimbulkan pertanyaan.
Tumbuh di Vottem, pinggiran kota Liege, Witsel memulai karier sepakbolanya bersama tim muda Standard Liege. Kecakapannya sebagai pemain sayap membawa Witsel menjalani debut di level senior saat usianya baru 17 tahun.
Memasuki musim 2007/08, Witsel sudah menjadi pemain utama Standard Liege. Sang pemuda tampil gemilang sepanjang musim, membawa timnya menjadi juara Jupiler League serta meraih penghargaan pemain muda terbaik musim itu dan Pemain Terbaik Belgia 2008.
Musim 2008/09, Witsel kembali juara liga. Setiap keberhasilan menjuarai liga selalu diikuti kemenangan di Piala Super Belgia.
Gelar terakhir yang dipersembahkan Witsel kepada Standard Liege adalah Piala Belgia 2010/11. Dia pindah ke Benfica setelahnya. Di Benfica Witsel berubah. Posisinya tidak lagi pemain sayap, tetapi gelandang tengah. Dengan kemampuannya memainkan peran nomor 6, Witsel membawa Benfica menjuarai Piala Portugal 2011/12.
Itu satu-satunya piala yang Witsel menangkan untuk Benfica. Per musim 2012/13 dia sudah menjadi pemain Zenit St. Petersburg. Semakin matang di Rusia membuat Juventus tertarik merekrutnya, tapi Witsel lebih memilih pindah ke Tiongkok pada Januari 2017. Witsel memilih untuk bermain bersama Alexandre Pato dan Anthony Modeste di Tianjin Quanjian.
Witsel membantu klub promosi itu menduduki peringkat ketiga dan lolos ke kualifikasi Liga Champions AFC untuk pertama kali, sebelum bertolak ke Rusia—kali ini untuk menjalankan tugas negara. Setelah Piala Dunia Witsel tak pulang ke klubnya, karena memang begitu rencananya.
“Setelah Piala Dunia, tujuanku adalah kembali ke Eropa dari Tiongkok,” ujar Witsel. “Aku sangat bahagia dan bangga dibolehkan bermain untuk Dortmund. Aku tidak harus berpikir dua kali setelah perbincangan pertama, karena menurutku Dortmund adalah salah satu klub terbesar di benua ini. Sejujurnya, aku tidak sabar berlari di hadapan 81 ribu orang.”
https://twitter.com/axelwitsel28/status/1026473572179566593
Tianjin sempat mempersulit kepindahan Witsel ke Borussia Dortmund. Menurut klub kota pelabuhan tersebut, release clause Witsel—yang hanya 20 juta euro—tak bisa diaktifkan karena bursa transfer Tiongkok sudah ditutup. Transfer, toh, tetap terlaksana karena aturan FIFA menegaskan transfer tetap dapat terlaksana sampai bursa transfer di negara klub pembeli ditutup.
Kedatangan Witsel membuat nasib Julian Weigl tak pasti. Nomor 6 andalan Dortmund di era Thomas Tuchel tersebut kini terancam tak punya tempat di dalam rencana Lucien Favre. Terlebih, hanya ada tiga slot di lini tengah Dortmund dan Schwarzgelben masih punya Thomas Delaney, Mahmoud Dahoud, Mario Gotze, Shinji Kagawa, Sebastian Rode, dan Nuri Sahin.
Komentar