Krisis finansial tak dimungkiri menjadi masalah laten Parma Calcio 1913. Setidaknya sejak musim 2004/05, mereka kerap kali berhadapan dengan situasi pelik yang menyerang finansial klub.
Puncak dari krisis finansial yang menyerang Parma terjadi pada Maret 2015. Mereka terlilit hutang yang cukup besar, total kewajiban yang harus dibayar adalah sebesar 218 juta euro, termasuk 63 juta euro yang merupakan gaji pemain, pelatih, dan staff klub yang belum dibayar. Pada akhir musim 2014/15, Parma dinyatakan bangkrut dan terdegradasi dari Serie A. Lewat ketuk palu Federasi Sepakbola Italia (FIGC) Parma pun terpaksa terjun bebas ke Serie D yang merupakan kompetisi semi-profesional.
Terdegradasinya Parma ke Serie D tentu sangat memprihatinkan, mengingat pada dekade awal 1990-an, Parma memegang status sebagai tim papan atas Italia, dengan segudang prestasi yang diraihnya. Selain itu pada masa jayanya, mereka pun banyak dihuni pemain berkualitas sekaliber Gianluigi Buffon, Hernan Crespo, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Juan Sebastian Veron, hingga Gianfranco Zola.
Meski begitu, perlahan namun pasti Parma bisa mengatasi berbagai masalah yang mendera. Kiprah Ducali di kompetisi bawah Italia menanjak, pelan-pelan, hanya dalam kurun waktu tiga tahun mereka bisa kembali berkompetisi di Serie A. Di Serie B musim 2016/17, Parma berhasil menjadi runner-up, yang membuat mereka mendapat tiket promosi ke Serie A musim ini.
Pencapaian Parma terbilang mengagumkan, pujian pun banyak dialamatkan kepada mereka. Sambutan selamat datang kembali ke level tertinggi sepakbola Italia pun layak didapatkan The Crusaders.
Akan tetapi keberhasilan Parma promosi ke Serie A musim 2018/19 tersandung skandal pengaturan skor. Skandal tersebut terungkap setelah pemain Parma, Emanuele Calaio, mengirimkan pesan singkat pada dua pemain Spezia, Filippo de Col dan Alberto Masi, untuk mengalah. Ada kaitannya atau tidak, saat laga digelar Parma menang 2-0. Kemenangan tersebut yang kemudian mengantar mereka promosi ke Serie A.
FIGC yang mencium adanya gelagat pengaturan skor dari kemenangan Parma atas Spezia pun melakukan investigasi. Pada Juli 2018 FIGC lantas menjatuhkan vonis bersalah kepada Parma. Parma dijatuhi sanksi pengurangan lima poin di Serie A musim ini sementara Calaio dihukum tak boleh berpartisipasi di sepakbola Italia selama 2 tahun.
Parma keberatan karena menganggap apa yang dilakukan Calaio hanya sekadar lelucon terlebih mereka pun tak tahu menahu apa yang dilakukan pemainnya itu. Mereka pun mengajukan banding, yang kemudian hukuman pengurangan poin untuk Parma dicabut. Parma akan memulai Serie A dengan jumlah poin yang sama dengan kontestan lainnya. Kendati demikian mereka tetap dikenakan sanksi administratif dengan kewajiban membayar denda sebesar 20.000 ribu euro. Kemudian Calaio juga mendapat pengurangan hukuman, dari yang asalnya dua tahun larangan bermain menjadi empat bulan saja.
Harapan Baru Parma
Masalah sanksi pengurangan poin selesai, Parma bisa berkonsentrasi mengonsolidasi kekuatan menghadapi musim 2018/19. Tekad mereka jelas tidak hanya ingin numpang lewat di Serie A. Target yang bisa dibilang tak muluk-muluk, tapi bukan berarti akan mudah dicapai.
Setidaknya mereka akan menghadapi persaingan ketat dengan tim lainnya untuk merealisasikan target bertahan di Serie A. Apalagi diprediksi bahwa di musim 2018/19 persaingan di Serie A akan lebih menggigit, setelah kedatangan megabintang sekaliber Cristiano Ronaldo ke Juventus.
Parma yang bukan tim baru di Serie A pastilah paham bahwa tingkat persaingan di Serie A berbeda dengan di Serie B, C, atau D. Maka dengan segala upaya, mereka pun berusaha keras untuk mencapai target bertahan di Serie A. Salah satunya, dengan aktif di bursa transfer musim panas ini.
Beberapa pemain yang memiliki kontribusi besar membawa Parma promosi ke Serie A seperti Calaio hingga Antonio Barilla dipertahankan. Menambah kekuatan, tim asuhan Roberto D`Aversa itu juga sukses menggaet beberapa pemain berpengalaman seperti Bruno Alves dari Rangers, Jonathan Biabany, Federico Dimarco, dan Alessandro Bastoni dari Inter Milan.
Dalam daftar rekrutan lain, Parma juga meminjam Luigi Sepe (Napoli) dan Amato Ciciretti (Benevento). Selain itu mereka sukses mendatangkan Giuseppe Carriero (Casertana), Emanuelle Matino (Latina), Massimo Gobbi (Chievo), Luca Rigoni (Genoa), dan Cristian Galano (Bari) secara cuma-cuma.
Pergerakan Parma di jendela transfer musim panas belum berhenti. Kabar terbaru menyebutkan bahwa kini mereka tengah bernegosiasi untuk mendapatkan Yann Karamoh dari Inter Milan. Tak hanya itu, Gervinho juga masuk dalam daftar beli Parma. Dikabarkan bahwa Parma sudah semakin dekat meminang mantan pemain Arsenal dan AS Roma itu ke Stadio Ennio Tardini.
Memang tidak banyak nama tenar yang didatangkan Parma, namun dari sederet pemain baru yang mereka datangkan sebagian besar merupakan pemain yang punya pengalaman bermain di level tertinggi sepakbola Italia. Setidaknya, itu menjadi modal berharga bagi Ducali untuk bertahan menghadapi persaingan ketat di Serie A musim ini.
Modal berharga lain yang dimiliki Parma adalah kehadiran Jiang Lizhang, sebagai bos baru yang pada 2017 lalu membeli 60 persen saham klub. Kehadiran Jiang memang belum sepenuhnya membuat ketakutan para pendukung akan bayang-bayang kebangkrutan kembali mendera klub. Tapi setidaknya dengan investasi yang diberikan Jiang membuat finansial Parma lebih stabil.
Selain dana segar yang digelontorkan untuk belanja pemain, kehadiran Jiang juga membuat Parma bisa menebus beberapa aset yang digadaikan. Baru-baru ini, Parma baru saja membeli kembali pusat pelatihan mereka seharga 3,2 juta euro. Kemudian satu hal juga yang menjadikan kembalinya Parma ke Serie A menjadi ikonik, yaitu tiga seragam mereka untuk musim 2018/19: berkelas.
Baca Juga: Menyambut Renaisans Serie A
Foto: Twitter @1913parmacalcio
Parma akan memulai perjalanannya di Serie A 2018/19 dengan menghadapi Udinese di Stadio Ennio Tardini, Senin (20/8) dini hari WIB.
Komentar