Pembaca artikel ini, dan pembaca setia Panditfootball, saya yakin merupakan para penggila sepakbola. Namun dengan dimulainya Asian Games 2018, ada beberapa hal yang wajib kalian ketahui tentang ajang olahraga multi-cabang terbesar di Asia ini.
Meski cabang sepakbola putra sudah dimulai sejak 10 Agustus lalu, Asian Games 2018 baru secara resmi dibuka per Sabtu, 18 Agustus 2018. Perhelatan akbar multi-cabang antar negara Asia pun akan berlangsung hingga 2 September mendatang. Kali ini, Indonesia, negara kita, menjadi tuan rumah.
Status Indonesia sebagai tuan rumah inilah yang tidak boleh diabaikan oleh masyarakat Indonesia. Maka penting bagi kita mengubah persepsi tentang Asian Games kali ini. Kalimat ini perlu kalian garis bawahi: Asian Games 2018 sebaiknya tidak hanya dijadikan ajang mengikuti perjuangan Timnas U23 pada cabang sepakbola saja.
Asian Games adalah ajang olahraga multi-cabang terbesar di Asia. Bahkan karena ajang ini diakui oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC), Asian Games berstatus ajang olahraga multi-cabang terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade. Maka menjadi sebuah kehormatan bagi Indonesia menjadi tuan rumah salah satu ajang bergengsi di dunia.
Perlu diketahui, tidak banyak negara yang siap menjadi tuan rumah Asian Games 2018, yang seharusnya digelar pada 2019.
Myanmar tidak mencalonkan diri sebagai tuan rumah Asian Games 2019 karena merasa tidak punya cukup orang ahli untuk menyiapkan ajang sebesar Asian Games. Thailand tidak mencalonkan diri karena merasa lima tahun untuk persiapan Asian Games 2019 terlalu pendek. Malaysia ragu-ragu mengajukan diri sebagai tuan rumah dan lebih siap jika berduet dengan Singapura untuk menghemat anggaran pembangunan. Bahkan Vietnam, yang awalnya akan menjadi tuan rumah Asian Games 2019, memutuskan untuk mundur sebagai tuan rumah karena tidak memiliki anggaran yang cukup dan persiapan mereka tidak berjalan dengan baik.
Hanya ada dua negara yang benar-benar siap menjadi tuan rumah Asian Games 2019 menggantikan Vietnam: Indonesia dan Filipina. India juga sebenarnya bersedia menjadi tuan rumah, namun kisruh di pemerintahan membuat mereka melewati tenggat pendaftaran tuan rumah.
Dewan Olimpiade Asia (OCA) akhirnya harus memilih di antara Indonesia dan Filipina. Melihat kesiapan kedua negara, OCA akhirnya memilih Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2019. Akan tetapi karena adanya Pemilihan Presiden pada 2019, Indonesia meminta Asian Games digelar setahun lebih cepat. OCA menyetujuinya.
Dari sini kita bisa melihat bahwa Indonesia benar-benar sangat siap menjadi tuan rumah Asian Games. Bahkan ketika Thailand merasa waktu lima tahun terlalu pendek untuk persiapan, Indonesia bisa mengerjakannya dalam empat tahun. Meski masih ada sejumlah infrastruktur yang belum siap, upacara pembukaan yang megah menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar mempersiapkan diri dengan matang.
Suasana upacara pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno
***
Banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan Indonesia dengan menjadi tuan rumah Asian Games. Para atlet Indonesia akan bertanding di tempat mereka bertanding bahkan berlatih, sehingga tidak sulit dalam beradaptasi. Para atlet Indonesia bisa mendapatkan dukungan lebih banyak karena bermain di rumah sendiri.
Untuk hal kedua, ini yang patut disadari oleh para pencinta sepakbola. Dukungan kalian sebaiknya diberikan juga untuk atlet-atlet lain yang bertanding di Asian Games 2018, tidak hanya untuk timnas asuhan Luis Milla saja. Ada beberapa faktor yang membuat kalian sebaiknya mendukung atlet Indonesia lain, selain tentunya membuat para atlet lebih bersemangat karena mendapatkan banyak dukungan.
Menonton cabang olahraga lain akan membuat kita banyak belajar hal baru. Dimulai dari aturan-aturan olahraga yang sebelumnya kalian tidak ketahui, merasakan atmosfer "stadion" selain stadion sepakbola, hingga berkesempatan menyaksikan dan terlibat langsung saat Indonesia Raya berkumandang, yang tentunya akan menjadi pengalaman luar biasa dan membuat bulu kuduk merinding.
Dibanding sepakbola, banyak cabang olahraga lain yang paling berpotensi meraih emas seperti paralayang, jet ski, bridge, pencak silat, dayung, bulu tangkis, angkat besi, panjat tebing, taekwondo, dan wushu. Saat artikel ini ditulis, taekwondo dan wushu masing-masing sudah meraih satu emas, dan tentunya Indonesia Raya sudah berkumandang.
Atlet wushu Indonesia, Lindswell Kwok, langsung menyumbang emas di Asian Games 2018 ini
Cabang-cabang olahraga yang disebutkan di atas memang merupakan cabang olahraga unggulan Indonesia. Pada cabang paralayang misalnya, atlet-atlet Indonesia baru saja mendominasi Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) alias Piala Dunia-nya paralayang pada Mei lalu. Kala itu Indonesia juara di tiga kategori: individual putra, individual putri, dan beregu. Bahkan pada kategori beregu, peringkat 1, 2, dan 3 diborong oleh Tim Indonesia.
Begitu juga dengan cabang bridge. Salah satu atletnya, Bambang Hartono, merupakan salah satu atlet bridge terbaik dunia. Pada 2009 dan 2011 ia meraih perunggu pada ajang Kejuaraan Dunia Bridge. Di Kejuaraan Asia, pada 2009 dan 2011, ia meraih emas. Pada 2017, meski sudah berusia 77 tahun, salah satu orang terkaya di Indonesia itu meraih perak pada ajang yang sama.
Sementara itu cabor pencak silat menjadi cabor yang paling berpotensi mendulang emas terbanyak. Dari tujuh kategori, di lima kategori Indonesia berpeluang meraih emas. Tak heran karena pencak silat berasal dari Indonesia.
Paralayang, bridge, dan pencak silat memang menjadi cabor baru pada Asian Games 2018. Selain itu, cabor panjat tebing pun menjadi cabor baru lainnya, yang diusulkan Indonesia untuk dipertandingkan, pada Asian Games 2018 ini. Pada cabor-cabor itulah Indonesia Raya berpotensi berkumandang.
Sementara itu, di cabor sepakbola, baik putra maupun putri, Indonesia tidak termasuk unggulan. Timnas Putri Indonesia sempat absen tiga tahun dan tak berdaya di Piala AFF 2018 lalu dengan menelan dua kalah dan dua imbang.
Untuk Timnas Putra, PSSI hanya menargetkan posisi empat yang artinya tidak meraih medali. Terbilang wajar PSSI tidak muluk-muluk dalam memasang target di Asian Games 2018. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, Thailand, Tiongkok, hingga Korea Utara lebih berpeluang melangkah ke semi-final. Pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, semi-finalis sepakbola putra adalah Thailand, Irak, Korea Utara, dan Korea Selatan. Korea Selatan keluar sebagai juara dengan mengalahkan Korea Utara di final.
Untuk cabor sepakbola, keuntungan menjadi tuan rumah adalah kita bisa menyaksikan langsung pesepakbola Asia yang bermain di Eropa. Dimulai dari Dastonbek Khamdamov (Uzbekistan) yang bermain di Anzhi, Zhang Yuning (Tiongkok) yang bermain di ADO Den Haag, hingga Hwang Hee-chan (Red Bull Salzburg), Lee Seung-woo (Hellas Verona), dan Son Heung-min (Tottenham Hotspur) yang dibawa Korea Selatan.
***
Hanya mendukung Timnas Indonesia pada cabor sepakbola putra pada Asian Games 2018 sah-sah saja. Namun di saat bersamaan, dengan Indonesia sebagai tuan rumah, ada kesempatan bagi kita semua melihat atlet lain, keseruan lain, atmosfer lain, hingga kebanggaan lain, di cabor-cabor selain sepakbola.
Menjadi tuan rumah tidak gampang. Memang Asian Games 2018 merupakan kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah. Tapi sebelumnya, Indonesia menjadi tuan rumah pada 1962, alias 46 tahun yang lalu. Bedanya lagi, pada 1962, Asian Games hanya diikuti 12 negara sementara sekarang hampir empat kali lipatnya.
Kita tidak tahu kapan lagi Indonesia bisa menjadi tuan rumah. Untuk 2022 dan 2026, IOC sudah menentukan Tiongkok dan Jepang menjadi tuan rumah. Bahkan menunggu 12 tahun lagi untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2030 pun belum tentu bisa. Sejak 1986 termasuk hingga 2028, Asian Games lebih sering digelar di Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok. Sebelum Indonesia, terakhir kali negara Asia Tenggara menjadi tuan rumah Asian Games terjadi pada 1998, 20 tahun yang lalu.
Asian Games 2018 adalah momen langka bagi masyarakat Indonesia bisa terlibat langsung dalam gelaran multi-cabang terbesar kedua di dunia. Mari kita sukseskan Asian Games 2018 ini dengan tidak hanya mendukung cabor sepakbola pria saja, karena semua atlet Indonesia pun membutuhkan dukungan dari kita.
Komentar