Keith Peacock dikenal sebagai legenda Charlton Athletic. Dalam karier profesionalnya, Charlton adalah satu-satunya kesebelasan yang ia bela. Selama 17 tahun, Peacock bermain dalam lebih dari 500 pertandingan. Walau begitu, ia menorehkan sejarah bukan karena prestasi yang telah ia berikan pada Charlton, melainkan karena sebuah kebetulan yang terjadi pada 21 Agustus 1965.
Saat itu Charlton Athletic dijadwalkan menghadapi Bolton Wanderers. Peacock kecewa berat karena ia tidak masuk starting line-up setelah kalah oleh pemain yang lebih muda darinya. "Saya kecewa ketika saya diberi tahu saya tidak akan bermain dan lebih kecewa lagi karena pengganti saya lebih muda dari saya, Alan Campbell," ujar Peacock kepada Telegraph.
Peacock yang kecewa pun hendak melepas kembali seragamnya dan bergegas meninggalkan lapangan pertandingan. Akan tetapi pada menit kesebelas, penjaga gawang Charlton, Mike Rose, cedera dan tak bisa melanjutkan pertandingan. Saat itu aturan pergantian belum seperti sekarang.
Namun setelah laga berhenti sejenak, akhirnya Charlton dibolehkan mengganti Rose yang cedera. Peacock adalah pemain yang dipilih menggantikan sang penjaga gawang. Namun ia tidak menjadi kiper, tetapi bek kiri. Pemain yang sebelumnya ditempatkan sebagai bek kiri, John Hewie, diperintahkan menjadi kiper.
"Tiba-tiba saya disuruh berganti pakaian dan bersiap menggunakan seragam. Setelah 11 menit, saya bermain, itu di luar dugaan," kata Peacock.
Insiden itu ternyata langsung mengubah aturan sepakbola di Liga Inggris. Awalnya setiap kesebelasan tidak dibolehkan mengganti pemain. Setelah kejadian yang dialami Charlton tersebut, aturan pemain pengganti hanya boleh bermain ketika ada pemain yang cedera mulai diberlakukan.
Namun aturan kembali diubah setelah banyaknya pemain yang mengalami cedera karena memaksakan diri bermain hingga pertandingan berakhir. Akhirnya mulai 1967 aturan pergantian pemain untuk mengganti pemain yang kelelahan hingga untuk perubahan strategi boleh dilakukan di Liga Inggris.
Pergantian pemain pertama di sepakbola sebenarnya sudah terjadi pada 1889. Pergantian tersebut bukan terjadi lantaran ada pemain yang cedera, melainkan karena penjaga gawang salah satu kesebelasan saat itu terlambat datang ke pertandingan.
Di masa sekarang, pergantian pemain adalah sesuatu yang biasa. Pergantian pemain bukan saja dilakukan untuk mengantisipasi pemain yang cedera atau mengubah taktik, melainkan juga sebagai aktivitas simbolik seperti mendapatkan minimal jumlah pertandingan untuk pemain tertentu sebagai syarat mendapatkan medali, appearance fee, atau penghormatan kepada pemain, terutama pergantian pemain yang dilakukan di menit-menit akhir.
Aturan pergantian pemain pun berbeda-beda di beberapa negara. Bangku pemain pengganti (bench) Inggris yang sebelumnya hanya boleh diisi lima pemain, sekarang sudah ditempati tujuh pemain pemain pengganti (maksimal tiga pemain yang bermain). Di beberapa negara lain, salah satunya Italia, pemain pengganti boleh mencapai 12 pemain, walau tetap yang bermain maksimal tiga pemain.
Sementara itu, pada Piala Dunia 2018 lalu, pergantian pemain keempat mulai diberlakukan. Pergantian keempat sendiri baru boleh dilakukan setelah pertandingan memasuki babak tambahan waktu alias telah melewati 90 menit pertandingan dan laga berlanjut ke 2 x 15 menit.
Jika pergantian pemain ketiga saat ini adalah mainstream, sementara pergantian pemain keempat juga sudah mulai diberlakukan di babak tambahan waktu, Liga 1 Indonesia pernah melakukan yang anti-mainstream karena membolehkan satu kesebelasan melakukan lima kali pergantian pemain dalam satu pertandingan.
Komentar