Ashkan Dejagah dipanggil menghadap Komite Etik Federasi Sepakbola Iran karena unggahannya di Instagram. Yang bermasalah (menurut Komite Etik) dari unggahan wakil kapten Tim Nasional Iran tersebut tidak hanya fotonya, tetapi juga teks pengiringnya.
Di Iran, tokoh publik seperti Dejagah tidak bisa seenaknya berpenampilan. Bahwa dirinya adalah sayap kiri terbaik Iran sepanjang masa tidak membuat Dejagah diperlakukan istimewa oleh Komite Etik. Menurut Komite Etik, memiliki tato adalah tindakan tidak profesional dan menunjukkannya di ruang publik bertentangan dengan agenda Komite Etik, yang menginginkan para atlet menjadi teladan nilai-nilai Islam untuk generasi muda.
Ini bukan kali pertama Dejagah bermasalah dengan Komite Etik akibat tato. Bukan pula dia satu-satunya pemain yang gerak-geriknya diperhatikan Komite Etik. Pada September 2015, Dejagah dan Sardar Azmoun dipanggil menghadap Komite Etik karena keduanya tidak menyembunyikan tato mereka dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan India di Bangalore.
Banyak pemain Iran selain Dejagah dan Azmoun yang memiliki tato. Para pemain dengan lukisan di tubuhnya ini biasanya mengenakan kaus lengan panjang atau tape untuk menutupi tato mereka di pertandingan kandang atau kompetisi dalam negeri. Jika tidak, mereka berurusan dengan Komite Etik.
Warga Iran yang bukan pesepakbola pun tidak bisa leluasa menunjukkan ekspresi mereka lewat tato. Di kota-kota besar di Iran, polisi moral menghentikan dan menanyai orang-orang bertato (juga mereka yang ketahuan tak mengenakan kerudung) adalah pemandangan yang tidak jarang.
Baca juga: Sampai Kapan Perempuan Iran Dilarang ke Stadion?
Menurut Mohammad Nasl, seorang kriminolog Iran, tidak ada hukum yang mengatur tato. Walau demikian, masih kepada surat kabar Shahrvand, Nasl berkata bahwa aturan yang berlaku bisa ditafsirkan bermacam-macam dan digunakan untuk menghukum pemilik tato.
Kedua lengan Dejagah dipenuhi tato. Berlin menghiasi satu lengan dan Teheran lengan lainnya. Dejagah yang lahir di Iran dibawa mengungsi ke Jerman pada usia setahun, dan baru kembali ke Iran awal awal Agustus lalu, untuk bergabung dengan Tractor Sazi Tabriz.
Semua gelar yang pernah diraih Dejagah—Bundesliga U17 bersama Hertha Berlin (2002/03), Bundesliga 1 bersama VfL Wolfsburg (2008/09)—diraihnya di Jerman. Dejagah juga bagian dari Tim Nasional Jerman U21 yang menjuarai Piala Eropa U21 pada 2009. Di level senior Dejagah memilih Iran. Pada pertandingan debutnya, melawan Qatar dalam ajang kualifikasi Piala Dunia 2014, Dejagah mencetak dua gol.
Sosha Makani, seperti Dejagah, juga berurusan dengan Komite Etik. Masalahnya bukan tato, melainkan celana. Makani, penjaga gawang yang menjalani debutnya di Tim Nasional Iran pada awal masa kepelatihan Carlos Queiroz seperti Dejagah, dijatuhi enam bulan larangan bertanding di kompetisi dalam negeri karena celana yang dikenakannya.
Makani mengenakan celana panjang berwarna kuning dengan motif SpongeBob SquarePants. Fotonya saat mengenakan celana tersebut di ruang publik tersebar di internet. Komite Etik menilai celana yang dikenakan Makani flamboyan dan tidak pantas.
https://twitter.com/photosofootball/status/740856165752541184
“Kami mengambil keputusan ini karena penampilannya dan pengaruh dari penampilannya terhadap masyarakat,” ujar seorang anggota Komite Etik yang tidak disebutkan namanya, sebagaimana dikutip dari Guardian.
Komentar