Tidak bisa dimungkiri, kepergian Cristiano Ronaldo ke Juventus berdampak signifikan terhadap Real Madrid. Lini depan Los Blancos tak setajam sembilan musim sebelumnya. Saat artikel ini ditulis, Real Madrid sedang tak mencetak gol dalam empat laga terakhir. Padahal lawannya "sekelas" Alaves dan CSKA Moskwa, di samping melawan tim kuat macam Atletico Madrid dan Sevilla.
Para pemain Real Madrid boleh berkilah bahwa biasanya mereka pun mengalami awal musim yang sulit. Tapi sebelumnya, meski mendapatkan rentetan hasil kurang memuaskan di awal musim, gol tetap mengalir. Saat ini, tak mencetak gol di empat laga terakhir merupakan catatan merah karena terakhir kali Madrid mandul seperti ini adalah pada 1985—ketika itu sampai lima pertandingan. Di La Liga, tiga laga tanpa gol, sudah menyamai catatan terburuk sepanjang sejarah, sama seperti pada musim 2001/02. Artinya catatan-catatan tersebut terjadi sebelum Ronaldo bergabung ke Real Madrid.
Tak mencetak gol di empat laga terakhir berarti Madrid tak menang di empat laga terakhir. Tiga laga bahkan berakhir kekalahan, melawan Sevilla, CSKA dan Alaves. Ini menunjukkan ada yang tak beres di skuat Real Madrid. Tapi apakah kehilangan Ronaldo jadi satu-satunya alasan mandulnya lini depan Real Madrid?
Adaptasi dengan Skema Julen Lopetegui
Bukan hanya Ronaldo, musim 2018/19 ini juga Real Madrid tak lagi ditukangi Zinedine Zidane, pelatih yang mempersembahkan tiga gelar juara Liga Champions beruntun. Zidane mengundurkan diri. Penggantinya adalah eks pelatih Timnas Spanyol, Julen Lopetegui.
Adaptasi para pemain Real Madrid dengan skema Julen Lopetegui boleh jadi salah satu masalah utama anjloknya permainan Real Madrid. Ada perbedaan cara bermain Real Madrid asuhan Zidane dengan Madrid asuhan Lopetegui saat ini.
Lopetegui bermain dengan skema dasar 4-3-3. Ia sempat bermain dengan pola dasar 4-2-3-1 ketika Luka Modric belum fit usai mengantarkan Kroasia ke final Piala Dunia 2018. Zidane di akhir musimnya bersama Real Madrid memaksimalkan pola 4-4-2 atau 4-3-1-2. Walaupun begitu, pelatih asal Perancis itu juga beberapa kali memainkan pola dasar 4-3-3.
Perubahan pola dari skema dua penyerang ke tiga penyerang inilah yang mungkin menjadi salah satu problem Lopetegui memaksimalkan para pemainnya. Dalam skema 4-3-3 Lopetegui, para pemain depan Real Madrid sangat bebas bergerak, menekan lini pertahanan lawan dengan agresif saat tak menguasai bola untuk lebih sering menguasai bola. Saat menyerang maupun bertahan, para pemain akan bergerak secara kompak termasuk tiga pemain depan. Singkatnya, Lopetegui membuat Madrid bermain lebih mengedepankan teamwork.
Dalam skema 4-4-2 atau 4-3-1-2, sementara itu, Zidane coba memaksimalkan peran Cristiano Ronaldo soal urusan mencetak gol. Kapten timnas Portugal itu sangat jarang membantu pertahanan. Jika ia bermain melebar, ia akan berada di kotak penalti pada waktu yang tepat. Pressing tidak terlalu agresif, dan pressing baru dilakukan di sekitar wilayah middle third. Bahkan Real Madrid cenderung lebih sering memanfaatkan serangan balik untuk mencetak gol.
Real Madrid saat ini sudah memiliki catatan rataan 64% penguasaan bola per laga. Rataan tersebut lebih tinggi dari catatan penguasaan bola Real Madrid musim lalu yang sampai akhir musim berada di angka 57,8% per laga. Musim ini rerata operan per laganya mencapai 695,9 per laga, sedangkan musim lalu "hanya" 593,8 operan per laga. Real Madrid asuhan Lopetegui memang lebih akrab dengan penguasaan bola.
Tapi penguasaan bola yang tinggi itu gagal menjadi banyak gol karena para pemain depan Real Madrid sedang beradaptasi dengan peran baru selepas Ronaldo hengkang. Karim Benzema mulai lebih sering menyelesaikan peluangnya, pun begitu dengan Gareth Bale yang jadi leluasa mengambil keputusan untuk menendang langsung.
Benzema musim lalu punya catatan tembakan per laga sebanyak dua kali. Musim sebelum itu, atau musim kedua Zidane, 2,6 kali per laga. Tapi di bawah asuhan Lopetegui, rataan tembakannya langsung meningkat ke 2,7 kali per laga. Bahkan di Liga Champions, ia mencatatkan 3,5 kali tembakan per laga.
Sama seperti Benzema, Bale juga mengalami peningkatan upaya tembakan. Musim lalu rataan tembakannya 2,3 kali per laga. Dua musim sebelumnya 3,1 tembakan per laga, tiga musim sebelumnya 3,6 tembakan per laga. Musim ini catatan tembakannya melonjak hingga 5,1 per laga.
Benzema dan Bale sebelumnya memang lebih difungsikan sebagai "pelayan" Ronaldo. Di bawah asuhan Zidane, catatan tembakan per laga Ronaldo mencapai 5,9 kali per laga dalam tiga musim (saat ini 7,6 tembakan per laga di Juventus). Tak heran setiap peluang Real Madrid lebih banyak diciptakan Ronaldo ketimbang Benzema dan Bale. Berbanding lurus dengan jumlah gol yang diciptakan ketiganya; Ronaldo mencetak 450 gol dari 438 penampilan di Real Madrid.
Perbedaan peran ini tampaknya membuat Benzema dan Bale perlu beradaptasi. Benzema misalnya, yang sampai saat ini belum menciptakan satu pun asis padahal musim lalu dua dari total sebelas asisnya ia ciptakan pada laga kedua dan keempat La Liga.
Real Madrid memang bukannya tanpa peluang saat ini. Toh, mereka mencatatkan 15 tembakan per laga. Perbedaan kualitas Ronaldo dengan Bale, Benzema juga Mariano yang baru direkrut jadi pembeda. Karena di sisi lain, Ronaldo yang sempat mengalami kesulitan mencetak gol di Juve pun nyatanya saat ini sudah mengemas empat gol untuk Si Nyonya Tua.
Baca juga: Cerita Gol Pertama Cristiano Ronaldo (untuk Juventus)
Belum Memainkan The Winning Team
Zidane akan memainkan Navas, Ramos, Varane, Marcelo, Carvajal, Kroos, Modric, Casemiro, Bale, Benzema dan Ronaldo ketika bisa memainkan mereka semua. Isco kemudian menjadi pengganti Bale dikala pemain asal Wales tersebut cedera. Itulah the winning team yang selalu diturunkan oleh Zidane.
Lopetegui, sementara itu, masih belum memainkan the winning team-nya. Di pos penjaga gawang ia masih harus menentukan antara Keylor Navas atau Thibaut Courtois. Di lini tengah, ia tampak terkesima dengan penampilan Dani Ceballos sehingga berusaha memasukkan pada sistemnya, di mana ini "merusak" kombinasi Modric-Kroos-Casemiro yang sudah terjalin sejauh ini. Mariano yang mewarisi nomor 7 Ronaldo tidak otomatis mendapatkan tempat utama di trio lini serang.
Rotasi pemain memang diperlukan untuk mengarungi musim yang panjang dengan beberapa kompetisi. Apalagi Marcelo, Isco, dan Carvajal sempat mengalami cedera. Namun rotasi pemain yang dilakukan Lopetegui sejauh ini masih belum maksimal.
Untuk kesebelasan besar seperti Real Madrid, idealnya, rotasi pemain dan cedera satu-dua pemain tidak akan mempengaruhi kualitas tim secara menyeluruh. Tapi kualitas pemain muda macam Ceballos, Alvaro Odriozola, Vinicius Junior, Sergio Reguillon, dan Marcos Llorente tampaknya belum bisa menjaga kualitas Madrid.
Dalam hasil negatif empat laga terakhir, Real Madrid juga bermain tanpa Marcelo di tiga laga dan Isco di empat laga. Kehilangan Marcelo dan Isco, ketika tidak ada pengganti yang sepadan, membuat Real Madrid kurang bertaji.
Apalagi Isco adalah pemain yang cukup berpengaruh di skuat Real Madrid, baik itu pada musim lalu maupun di awal musim. Buktinya, dari 8 laga Real Madrid musim ini bersama Isco, hanya sekali Real Madrid kalah. Tak heran karena Isco pun menjadi andalan Lopetegui saat masih menangani Timnas Spanyol.
Bersama Isco, setidaknya seperti pada laga melawan Girona, Real Madrid akan punya variasi lain yakni pola dasar 4-2-3-1. Saat melawan Girona, Isco bermain sebagai gelandang no.10 di belakang Benzema. Jangkar ganda diisi oleh Casemiro dan Kroos. Gelandang asal Spanyol itu mencetak satu asis pada laga yang berakhir 1-4 untuk Girona tersebut.
***
Musim 2018/19 masih panjang. Para pemain Real Madrid masih beradaptasi dengan skema Lopetegui. Di samping para pemain utama yang cedera, Real Madrid tampaknya perlu berbenah di bursa transfer musim dingin nanti. Kualitas pemain inti dan pemain cadangan cukup timpang jika lebih dari dua pemain utama cedera.
Untuk saat ini, hasil buruk Real Madrid memang disebabkan kualitas Real Madrid yang belum termaksimalkan karena masalah adaptasi terhadap skema, bukan semata-mata karena tak ada Ronaldo apalagi karena karma Lopetegui yang "meninggalkan" Timnas Spanyol di saat yang tidak tepat.
Komentar