Saat Real Madrid menghadapi Athletic Bilbao pada pekan keempat La Liga, Dani Ceballos lebih dipilih Julen Lopetegui untuk menghuni susunan pemain utama ketimbang Isco Alarcon. Saat Madrid mengalahkan Espanyol pada pekan kelima, Ceballos kembali dipilih, kali ini Gareth Bale yang tidak dimainkan. Pada laga melawan CSKA Moskwa di matchday 2 Liga Champions, giliran Luka Modric yang disisihkan Ceballos.
Pada tiga laga di atas, Madrid imbang melawan Bilbao, menang melawan Espanyol, kalah melawan CSKA. Tapi di samping hasil, Ceballos mulai mencuri perhatian karena berhasil menembus skuat utama Real Madrid dengan menyisihkan nama-nama besar. Padahal di era Zinedine Zidane, pemain yang kini berusia 22 tahun tersebut kurang mendapatkan menit bermain. Bahkan Ceballos menjadi pemain tim senior dengan menit bermain paling sedikit.
Lalu kenapa Lopetegui tampak berusaha memasukkan Ceballos pada skemanya?
Ceballos punya potensi menjadi pemain besar Spanyol. Ia handal bermain sebagai gelandang. Kelebihannya adalah melewati pemain lawan, memberikan umpan akurat, dan segala upaya mengancam gawang lawan lainnya. Singkatnya ia adalah seorang gelandang serang.
Tapi kemampuan Ceballos terbilang unik. Jika melihat kemampuannya, kita seolah kembali melihat kemampuan gelandang no. 10 klasik yang telah punah di sepakbola modern ini. Gelandang serang klasik seperti ini merupakan tipe atau model permainan yang diperagakan pemain-pemain macam Pablo Aimar, Juan Riquelme, Francesco Totti, Alessandro Del Piero, Ronaldinho, Rui Costa, Wesley Sneijder, Ricardo Kaka, dan masih banyak lagi.
Menjadi unik karena Ceballos merupakan pemain yang tumbuh ketika nama-nama di atas sudah tak lagi terdengar gaungnya. Sekarang, tak ada lagi tempat pada pemain no. 10 klasik karena mulai menjamurnya pola dasar 4-3-3. Para pemain seperti ini harus beradaptasi untuk bermain jauh dari kotak penalti.
Baca juga: Juan Roman Riquelme, Penanda Akhir Gelandang Serang no. 10 Klasik
Sejak di Real Betis dan Timnas Spanyol U-19 atau U-21, Ceballos pun harus terbiasa dengan posisi gelandang sebelah kiri dalam penerapan tiga gelandang. Peran box-to-box mulai diembannya. Mengenakan nomor punggung 10, juga lewat kaus kaki setengah yang ia gunakan, sosok gelandang serang klasik yang tengah beradaptasi dengan pola dasar 4-3-3 terlihat (bahkan 3-5-2 ketika Betis dilatih Alexis Trujillo dan 4-4-2 ketika dilatih Victor Sanchez).
https://twitter.com/Trankuility10/status/1046486310071017474
Tidak seperti Del Piero, Totti, Ronaldinho, atau Kaka yang mampu mencetak banyak gol, peran box-to-box membuat Ceballos tidak punya statistik mengilap soal kontribusi gol atau asis. Tapi bukan berarti ia tak punya pengaruh di lapangan. Kemampuannya dalam melewati pemain lawan, baik itu dengan operan kejut ataupun dengan dribel cepatnya, membuat tim yang dibelanya bisa melepaskan diri dari tekanan untuk membangun serangan.
Sepakbola pressing yang populer saat ini memang membutuhkan pemain-pemain yang mampu tetap tenang saat mendapatkan tekanan dari pemain lawan, bahkan dari segala penjuru. Ceballos punya kapabilitas itu. Ia sangat percaya diri dalam melewati lawan bahkan ketika bola di kakinya masih berada dekat kotak penalti pertahanannya sendiri.
Pada musim 2016/17, musim terakhir di Real Betis, Ceballos mencatatkan 120 kali dribel, 81 kali berhasil 39 kali gagal melewati lawan. Saat itu, menurut data WhoScored, catatan dribelnya terbanyak kedelapan. Ia hanya kalah dari Neymar, Lionel Messi, Yannick Carrasco, Alex Berenguer, Iker Muniain, Felipe Luis, dan Vitolo. Tapi Ceballos hanya kalah jumlah, secara tingkat keberhasilan dribel, Ceballos merupakan yang tertinggi dengan 67,5% keberhasilan. Presentase dribel Messi dan Neymar saja "hanya" 61,9% keberhasilan.
Memiliki pemain seperti Ceballos memang membuat sebuah tim berisiko kehilangan bola ketika bola masih berada di dekat kotak penalti pertahanan. Tapi mungkin Real Madrid merasa dengan usianya yang ketika itu masih 20 tahun, pemain kelahiran 7 Agustus 1996 tersebut masih bisa berkembang, apalagi di Real Madrid dengan rekan setim dan fasilitas latihan yang lebih baik. Real Madrid lantas membelinya dengan harga 18 juta euro. Nomor punggung 24 dipilihnya.
Akan tetapi di musim pertamanya Ceballos tidak mendapatkan tempat bermain karena Zidane kerap bermain dengan pola dasar 4-4-2, di samping 4-3-3. Tapi bersama Lopetegui, dengan tingkat kematangan permainan Ceballos yang telah meningkat, Ceballos mulai dicoba untuk lebih reguler bermain bahkan sejak menit pertama.
AC Milan, Juventus, Internazionale Milan, Arsenal, dan Liverpool sempat diisukan tertarik memboyongnya pada musim panas lalu, tapi Ceballos tetap bertahan karena Madrid membanderolnya dengan harga yang tidak masuk akal: 500 juta euro. Di samping itu, pergantian Zidane ke Lopetegui memberikan sinyal positif bagi karier Ceballos.
"Kepercayaan manajer [Lopetegui] sangatlah penting dan aku punya firasat ini sejak dia pertama kali datang. Ia bisa memberikan kepercayaan yang tak bisa diberikan Zidane padaku," kata Ceballos sebelum musim 2018/19 dimulai.
Kemampuan Ceballos ini tak hanya diakui oleh Zidane, Lopetegui, Alberto Celades (pelatihnya di Spanyol U-21) dan para pelatihnya di Real Betis. Toh, Luis Enrique yang kini menangani Timnas Spanyol pun penasaran dengan kemampuannya. Bahkan sejak menangani Spanyol, eks pelatih Barcelona itu langsung memanggilnya dan memberikan debut. Saat artikel ini ditulis, empat kali Enrique memimpin Spanyol, tiga kali Ceballos berseragam La Furia Roja.
https://twitter.com/ATuttoMilan1899/status/1004398614238646272
Jika sekarang sudah banyak pelatih yang kepincut akan permainannya, sepertinya bukan kejutan jika di masa depan nanti ia mulai reguler bermain di Timnas Spanyol, bahkan Real Madrid yang sebelumnya lebih gemar memainkan "pemain jadi".
Baca juga: Real Madrid Bukan Semata-mata Kehilangan Cristiano Ronaldo
[ar/pik]
Komentar