Sejak meninggalkan Manchester United untuk Olympique Lyonnais pada 2016, Memphis Depay sudah mencetak 25 gol (dan 23 asis) dari 62 pertandingan Ligue 1. Statistik tersebut sangat kontras dengan produktivitasnya di Setan Merah: 2 gol dan 1 asis dari 33 pertandingan Liga Primer Inggris.
Hal yang sama dirasakan Angel Di Maria. Bermain sebagai winger seperti Depay, Di Maria mengoleksi 30 gol dan 34 asis dari 97 pertandingan Ligue 1. Bandingkan dengan catatannya semasa berseragam United: 3 gol dan 11 asis dari 27 pertandingan Liga Primer Inggris.
Sementara Depay dan Di Maria merasa masalahnya sudah lewat, tiga pemain bintang lain masih merasakan hal yang pernah menimpa keduanya. Alexis Sanchez, Paul Pogba, dan Romelu Lukaku kehilangan taji sejak merapat Theatre of Dreams.
Pada paruh pertama Liga Primer Inggris 2017/18, Alexis Sanchez mencetak 7 gol dan 3 asis dari 19 pertandingan. Di sisa musim itu, sebagai pemain United, Alexis hanya mencetak 2 gol dan 3 asis dari 12 pertandingan. Musim ini Alexis baru mencetak 1 gol dan 1 asis dari 6 pertandingan Liga Primer Inggris.
Lukaku sama saja. Dia baru mencetak 20 gol dan 7 asis dari 42 pertandingan sebagai pemain United. Semasa di Everton, Lukaku sedikit lebih produktif: 68 gol dan 26 asis dari 141 pertandingan. Di United Lukaku seolah kehilangan insting mencetak gol. Yang paling fenomenal adalah saat dia gagal mencetak gol ke gawang yang sudah kosong kala United digulung Tottenham Hotspur 0-3 akhir Agustus silam.
Statistik Pogba tidak seburuk dua rekannya. Musim lalu dia mencetak 6 gol dan 10 asis dari 27 pertandingan Liga Primer. Namun tetap saja, musim ini Pogba tidak bisa mempertahankan performa gemilang. Dia memang sudah mencetak 2 gol dan 2 asis dari 8 pertandingan, tapi penampilannya dinilai kurang berpengaruh. Penampilannya di United dibanding-bandingkan dengan penampilannya di Tim Nasional Perancis. Seperti bumi dan langit, kata orang-orang yang mengkritiknya.
Pemain sekelas Alexis Sanchez, Romelu Lukaku, Paul Pogba, Memphis Depay, dan Angel Di Maria tak dapat bersinar di Manchester United tapi tetap gemilang di luar Setan Merah. Apa penyebabnya?
April lalu, Depay mengungkapkan mengapa dirinya gagal bersinar di United. Menurutnya, bermain di United memberinya tekanan yang sangat luar biasa.
“Saya tidak bisa menjadi siapa pun kecuali diri saya sendiri”, ujar Memphis kepada Eurosport April lalu. “Saya mencoba untuk mengikuti orang lain, tapi di sana saya tak merasa bahagia; bagaimana mungkin saya menjadi pesepakbola hebat di saat saya tak merasa bahagia dengan diri saya sendiri?"
Di Lyon, perasaan Depay berbeda. “Sekarang saya senang karena bisa menjadi diri saya sendiri. Sejujurnya dalam hal kualitas, saya tak kekurangann apa pun,” ujarnya. Lebih lanjut Depay berujar bahwa semua hal yang dia butuhkan hanyalah masalah konsistensi.
Lain Depay, lain pula Di Maria. Mantan penerjemah Di Maria, Debora Gomes, mengungkapkan mengapa Di Maria merasa tak nyaman di Old Trafford.
“Di Maria merasa tak bisa berkomunikasi pada siapa pun, itu alasan yang pertama; alasan kedua, dia merasa dibeli klub karena alasan yang buruk”, ungkap Debora seperti dilansir Mirror. Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa United yang sekarang berbeda dengan United era Sir Alex Ferguson. “Manajemen United berpikir apakah pemain tersebut akan mendatangkan banyak uang jika dibeli”, pungkasnya
Jadi, Di Maria datang bukan untuk memberikan gelar, melainkan untuk meningkatkan penjualan jersey. Dan yang seperti itu tidak berhenti di Di Maria. Musim berikutnya United memecahkan rekor transfer dengan memboyong Pogba dari Juventus. Transfer ini pun menghadirkan keuntungan bagi United dalam hal penjualan jersey.
Gary Neville melontarkan kritikan pedasnya terhadap Pogba. Menurutnya, Pogba bermain tidak serius. “Semua yang dilakukannya hanya untuk media sosial Instagram dan Youtube, dia seakan tampil tak serius, cara dia melakukan sesuatu seperti hanya candaan” ujar Neville kepada Sky Sports. Tidak mengherankan jika Mourinho bermasalah dengan Pogba karena hal sepele. Metro mengabarkan bahwa akar utama perseteruan Pogba dengan Mourinho adalah karena kesalahpahaman yang diakibatkan oleh instastory Pogba setelah kekalahan adu penalti United dari Derby County di ajang Piala Liga.
Alexis Sanchez yang baru diboyong pada awal tahun ini mengungkapkan bahwa dia kesulitan beradaptasi di Old Trafford. “Saya pikir dalam beberapa pertandingan yang saya mainkan, saya kesulitan beradaptasi dengan gaya main tim ini”, ujar Sanchez kepada FA Matchday Programme.
Wajar saja, Arsenal ketika masih dilatih Arsene Wenger adalah tim yang bermain dengan pola menyerang dan mengandalkan umpan-umpan pendek—berbeda dengan United dan Jose Mourinho-nya, yang berfokus ke pertahanan dan menyerang dengan serangan balik. Hal ini pula yang menjadikan Lukaku tumpul di United, karena para penyuplai bola di belakangnya sulit menemukan performa terbaik.
Petinggi United harus meningkatkan konsentrasi mereka pada prestasi di dalam lapangan alih-alih menempatkan uang di atas segalanya. Manajemen United nampaknya harus melakukan pembenahan dengan memboyong pemain yang sesuai kebutuhan—terutama sisi pertahanan yang rapuh. Musim ini United sudah kebobolan 14 kali dalam 8 laga Liga Primer Inggris. Jangan serta merta membeli pemain karena uang semata.
United juga belum memiliki sosok motivator yang andal seperti Ferguson. Tentunya, sosok motivator seperti ini dibutuhkan untuk mengurangi tekanan yang berlebih pada pemain, khususnya pemain yang baru bergabung—apalagi jika pemain tersebut diboyong dengan harga yang fantastis. Jika United sudah bisa mengeluarkan kemampuan terbaik para pemain besar yang dimilikinya, bukan tidak mungkin mereka bisa kembali menguasai Inggris bahkan Eropa.
[mag/pik]
Komentar