Mantan penyerang Arsenal, Nicklas Bendtner, kembali berurusan dengan pihak kepolisian. Kali ini akibat tindak penganiayaan yang dilakukannya.
Sebenarnya kejadian tersebut terjadi pada September lalu, namun pengadilan Copenhagen baru saja mengeluarkan putusan bahwa Bendtner harus mendekam di penjara selama 50 hari dan membayar denda sebesar 1.000 paun atas perbuatannya.
Bendtner tidak tinggal diam atas hukuman yang diterimanya. Pemain berusia 30 tahun tersebut mengajukan banding. Pihak pengadilan pun masih memberi Bendtner kebebasan sampai sidang atas banding yang dilakukannya terlaksana.
Kejadian tersebut bermula saat Bendtner hendak pulang dari sebuah klub hiburan malam dalam keadaan mabuk menggunakan taksi. sesampainya di tempat tujuan, Bendtner menolak membayar tagihan atas ongkos taksi yang dia tumpangi. Sang supir saat itu menagih ongkos yang harus dibayarkan sebesar lima paun. Bukannya membayar, Bendtner yang dalam kondisi setengah sadar langsung memukul sang supir tepat di rahang dan menendangnya. Akibat pukulan yang diterimanya, rahang sang supir patah.
Bendtner mengaku bahwa dirinya memukul karena merasa terancam atas tindakan yang dilakukan oleh sang supir. Sang supir melemparkan botol dan kaleng ke arah Bendtner dan pacarnya ketika mereka berdua pergi tanpa membayar.
Tove Moe Dyrhaug selaku pihak klub tempat Bendtner merumput memberikan respon atas kejadian ini.
“Kami pikir itu tidak baik untuk klub dan tidak bagus untuk Nicklas, tetapi dia tetap menjadi pemain di klub. Kami menjaga dia, ”kata kepala eksekutif Rosenborg, Tove Moe Dyrhaug, dikutip melalui The Guardian.
Bendtner sendiri sebenanrya langsung melakukan konfrensi pers tiga hari pasca penganiayaan tersebut. Dalam jumpa persnya Bendtner menyesal dan meminta maaf kepada seluruh pihak yang dirugikan, termasuk para suporter Rosenborg.
“Saya baru saja terlibat di satu insiden yang sangat memalukan. Saya sangat sedih karena harus menghadapi konsekuensi dari hasil perbuatan tak terpuji yang saya lakukan. Kepada seluruh suporter Rosenborg, saya meminta maaf karena telah melakukan suatu hal yang sangat memalukan,” ucap Bendtner, dikutip melalui ESPN.
Ulah-ulah Bendtner
Bukan sekali ini saja Bendtner berurusan dengan pihak kepolisian. Dia memang akrab dengan kasus-kasus kekerasan dan sikap indisipliner. Pada November 2013, Bendtner pernah ditahan oleh kepolisian Hertfordshire atas tindakan perusakan apartemen saat masih membela Arsenal. Saat itu Bendtner baru kembali dari latihan. Bendtner melakukan pengerusakan jendela ruang gym dan menendang berkali-kali pintu yang terkunci.
Menurut pengakuan warga setempat, Bendtner sudah diperingati untuk berhenti, tetapi Bendtner tidak mengindahkan peringatan tersebut.
“Aku berteriak agar dia berhenti, namun pria itu memakiku. Anda bisa mendengar sebuah pintu dihantam berulang-ulang," imbuh saksi seperti dikutip Mirror.
Saat itu pihak kepolisian Hertfordshire tidak menahan Bendtner dan hanya memberikan peringatan kepadanya.
Bendtner juga pernah ditangkap oleh kepolisian Denmark pada Maret 2013 ketika dirinya masih menjadi pemain pinjaman Juventus. Bendtner pulang ke negara asalnya karena sedang menderita cedera. Saat itu, Bendtner ditangkap karena ulahnya yang menyetir dalam keadaan mabuk dan melanggar lalu lintas di daerah Strand, Kopenhagen, sekitar pukul 2 dini hari waktu setempat. Bendtner dihentikan karena mengendarai mobilnya di lajur yang salah. Untungnya tidak ada mobil dari arah berlawanan sehingga tak terjadi kecelakaan.
Asosiasi Sepakbola Denmark (DBU) tidak bisa menerima tindakan indisipliner yang dilakukan Bendtner. DBU bersikap tegas untuk kasus tersebut. Saat itu Bendtner diminta untuk menaati aturan yang sudah ditetapkan asosiasi.
"DBU meminta Nicklas Bendtner mengambil cuti enam bulan untuk memikirkan masa depannya di tim nasional. DBU menghormati hak semua pemain untuk memiliki kehidupan pribadi, namun kami juga punya aturan tertentu terkait kelakuan publik yang harus dipatuhi pemain tim nasional," begitulah bunyi pernyataan DBU.
Sebagai buah sanksi tersebut, Bendtner absen dalam beberapa laga Denmark pada kualifikasi Piala Dunia 2014.
[mag/pik]
Komentar