Tidak banyak pemain sepakbola yang namanya masuk ke dalam Wikileaks untuk diceritakan ke seluruh dunia. Bahkan seorang Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, bisa sedikit berperan dalam perjalan karier pemain asal Iran yang mendapatkan julukan The Wizard of Teheran.
Ali Karimi adalah satu dari sekian pemain Iran yang sempat menarik perhatian dunia. Ia lahir di Karaj, Iran, pada 8 November 1978.
Ia mencatatkan 117 caps bersama Tim Nasional Iran, bermain untuk Bayern München di Bundesliga Jerman, dan sukses bersama Persepolis, adalah sedikit cerita mengenai dirinya. Karimi adalah satu—sebagian mengatakan ia yang terbaik—dari pemain berbakat yang pernah diproduksi di Asia.
Tahun 2005 ia dikontrak oleh raksasa Bundesliga, Bayern, karena penampilan luar biasanya di ajang Piala Asia 2004 yang menempatkannya sebagai pemain terbaik Asia tahun 2004.
Jika ingin melihat keindahan dan keajaiban dari cara bermain seorang Ali Karimi, kita bisa melihat pertandingan perempat final Piala Asia 2004. Iran berhasil mengalahkan Korea Selatan dengan skor 4-3. Pertandingan itu menjadi salah satu pertunjukan individu terbesar yang pernah dilihat di Asia.
Mencetak trigol dalam kemenangan itu, Karimi selalu menjadi berita utama. Beberapa suporter Korea menggelengkan kepala seolah tak percaya. Dia selalu dihormati di Seoul.
Beberapa tahun sebelumnya, Ali Karimi telah menunjukkan kualitasnya dan menjadi perbincangan di kawasan Asia Barat. Bermain untuk Persepolis FC, ia berhasil membawa kesebelasan asal Iran itu meraih gelar juara dua kali berturut-turut, yaitu pada 1999 dan 2000. Tapi dua tahun sebelumnya, Karimi juga tampil memukau di Asian Games 1998, di mana Karimi berhasil membawa Iran menjadi juara, bahkan ia mencetak gol di final.
Berkat penampilan baiknya bersama Persepolis, pemain yang berposisi sebagai pemain tengah ini menarik perhatian kesebelasan Perugia dan Atletico Madrid.
Pindah ke Eropa adalah impian para pemain Asia pada saat itu. Perugia berusaha untuk mendatangkan Karimi, tapi sayang tidak ada kecocokan harga antara Persepolis dengan Perugia. Atletico Madrid juga berusaha mendatangkan Karimi. Pemain yang terkenal dengan rambut panjangnya ini juga menyampaikan ketertarikannya untuk bermain di Atleti.
"Ini adalah mimpi bagi setiap pemain untuk bermain di liga seperti Spanyol. Saya akan melakukan yang terbaik untuk pergi ke sana. Tetapi saya tidak ingin pergi ke sana hanya untuk mendapatkan kontrak. Saya ingin pergi dan bermain," ungkap Karimi.
Keinginannya bermain di Eropa terwujud ketika Bayer München mengontraknya di tahun 2005. Di pertandingan pertamanya menghadapi Bayer Leverkusen, dia langsung menyihir jutaan penonton yang datang ke stadion.
Karimi berhasil membawa Bayern meraih kemenangan dengan skor 5-2. Dia juga memberikan asis untuk terciptanya gol Roy Makaay. Sulit dipercaya ketika seorang pemain Asia bisa memainkan debutnya di Eropa dengan penampilan yang begitu memesona. Pujian tak henti diberikan kepada dirinya.
Karimi terus terlihat matang di München enam bulan berikutnya, tapi sebuah petaka datang ketika ia harus mengalami cedera pergelangan kaki ketika berhadapan dengan Hamburger SV; seolah mengakhiri penampilan terbaiknya untuk musim pertama.
Sembuh dari cedera, Karimi gagal menampilkan permainan terbaiknya hingga harus sering berdebat dengan Felix Magath. Tahun 2007, Karimi pun resmi dilepas Bayern München dan kembali ke Qatar. Ia sempat bermain di Schalke 04 beberapa waktu tapi ia kembali gagal menampilkan penampilan terbaiknya. Kariernya di Eropa telah berakhir.
Kontroversi juga atak lepas dari sosok Ali Karimi. Di Piala Dunia 2006, dia berdebat dengan Ali Daei di ruang ganti. Ia mendapat julukan ‘Maradona Asia’ karena sikapnya yang tak segan-segan memberikan kritik kepada federasi sepakbola Iran.
Pada 2008, federasi sepakbola Iran memberikan hukuman yang melarang dia dari tim nasional setelah mengkritik federasi sepakbola Iran tidak kompeten. Hukuman itu bisa dicabut ketika Presiden Ahmadinejad memberikan arahan kepada federasi Iran.
Meski cukup kontorversial, Ali Karimi menjadi bagian ketika membawa Iran lolos dari babak kualifikasi Piala Dunia 2014. Suporter Iran meminta pelatih Qarlos Queiroz untuk memasukkan nama Karimi ke dalam susunan pemain yang di bawa ke Brasil. Tapi sayangnya dia harus tergeser oleh para pemain muda Iran.
Karimi tidak sempurna. Dia terbilang pemain yang cukup emosional tapi itu adalah sebagian dari pesonannya. Meski begitu sampai hari ini ia dikenal sebagai salah satu legenda Asia yang berbicara banyak di sepakbola dunia: seorang penyihir dari Iran.
Komentar