Indonesia akan menjamu Timor-Leste pada pertandingan kedua Piala AFF 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa (13/11). Sama seperti Indonesia, Timor-Leste juga akan menjalani laga ini dengan berbekal kekalahan pada laga pertama. Indonesia takluk dari Singapura, sementara Timor-Leste dari Thailand.
Tapi tak seperti Indonesia, Timor-Leste kalah sangat telak. Indonesia hanya kebobolan satu gol, sementara tamunya malam nanti langsung kebobolan tujuh gol di laga perdana. Penyerang Thailand, Adisak Kraisorn, bahkan mencetak enam gol.
Timor-Leste bisa dikatakan menjadi kesebelasan terlemah di grup B pada Piala AFF kali ini. Ini adalah kesempatan kedua mereka tampil di gelaran antar negara Asia Tenggara tersebut. Di peringkat FIFA, skuat asuhan Norio Tsukitate ini pun menempati urutan ke-191, paling rendah di antara peserta Piala AFF 2018 lainnya.
Bagi Indonesia, kemenangan sudah barang tentu menjadi keharusan pada laga ini. Jika imbang apalagi kalah, peluang memang masih ada, namun dua lawan berat sudah menanti: Thailand dan Filipina. Untuk mengalahkan Timor-Leste, Indonesia perlu belajar betul dari Thailand.
Melawan Thailand, Timor-Leste bermain menyerang. Meski berstatus tim terlemah, Tsukitate tidak menginstruksikan anak asuhnya merapatkan pertahanan di depan kotak penalti. Akan tetapi ada kelemahan besar di lini pertahanan mereka. Inilah yang mungkin bisa juga dimanfaatkan Indonesia malam nanti.
"Saya tahu kami punya banyak masalah," ujar Tsukitate pada laman resmi Piala AFF 2018. "Pemain kami butuh mencetak gol. Saya bilang ke mereka untuk lebih menyerang, mengambil posisi yang lebih tinggi, untuk menekan lebih tinggi dan lebih agresif. Tapi, tentu kami punya masalah di lini pertahanan dan saya perlu waktu untuk memikirkan hal itu."
Timor-Leste bermain dengan garis pertahanan tinggi saat tak menguasai bola. Mereka berusaha merebut bola secepat mungkin. Tapi hal itu justru menciptakan celah di lini pertahanan mereka sendiri. Umpan-umpan terobosan dari lini kedua Thailand begitu akurat sehingga peluang-peluang emas tercipta.
Sebenarnya, Timor-Leste berhasil mencatatkan 13 tembakan, dengan 8 di antaranya mengarah ke gawang. Jumlah tersebut sama dengan yang ditorehkan Thailand. Bedanya, Thailand hanya empat kali tendangan mereka tidak mengarah ke gawang. Selain itu, kualitas peluang, juga kualitas pemain Thailand, lebih matang sehingga bisa mencetak banyak gol.
"Itu penampilan yang baik dari pemain kami. Thailand terlalu kuat dan tentu dengan latihan dan pengalaman yang lebih banyak. Mungkin berikutnya hasil akan berbeda," lanjut Tsukitate.
Maka Indonesia perlu mewaspadai pressing di garis pertahanan tinggi Timor-Leste kali ini. Indonesia juga perlu memanfaatkan ruang-ruang yang ada di area lini pertahanan terakhir Timor-Leste saat melakukan pressing dengan umpan-umpan jauh akurat untuk menciptakan peluang-peluang seperti Thailand.
Situasinya mungkin akan seperti pada laga pertama melawan Singapura. Singapura asuhan Fandi Ahmad pun melakukan hal serupa. Indonesia tidak boleh lagi panik ketika mendapatkan pressing dan kehilangan akal ketika build-up serangan menemui kebuntuan. Thailand sendiri memanfaatkan betul tekanan Timor-Leste untuk menciptakan peluang melalui serangan balik. Umpan-umpan panjang yang dilepaskan harus didasarkan memanfaatkan celah di lini pertahanan lawan, bukan kepanikan bola akan terebut seperti yang terjadi pada laga melawan Singapura.
"Timor-Leste bermain seperti yang kami inginkan," kata pelatih Thailand, Milovan Rajevac. "Mereka menyerang kami dan meninggalkan banyak ruang di belakang untuk bisa kami eksploitasi. Kebanyakan gol kami tercipta melalui serangan balik dan serangan cepat. Mereka membuat tugas kami lebih mudah, yang terlihat dari skor akhir."
Timor-Leste sendiri menggunakan pola dasar 3-5-2 saat menghadapi Thailand. Ini berbeda dengan Singapura yang ketika menghadapi Indonesia menurunkan pola dasar 4-4-1-1 saat bertahan. Ketidaksiapan pola tiga bek Timor-Leste saat menghadapi serangan balik, tampaknya menjadi kelemahan mereka di laga melawan Thailand.
Jika melihat gol-gol Thailand ke gawang Timor-Leste, 4 dari 7 gol mereka juga tercipta melalui serangan yang dibangun melalui sisi kiri serangan Thailand atau kanan pertahanan Timor-Leste. Gol penalti Adisak yang merupakan gol keenamnya pun tercipta dari pelanggaran di sisi kanan pertahanan Timor-Leste. Jika Timor-Leste tak mengubah pendekatan strateginya saat melawan Indonesia, kelemahan di sektor kanan Timor-Leste tersebut perlu dimanfaatkan.
Pelajaran dari Thailand, Indonesia perlu menyiapkan diri menghadapi pressing dengan garis pertahanan tinggi. Thailand bisa menang besar melawan Timor-Leste karena sudah memprediksi hal itu dan memainkan anti taktik yang tepat. Indonesia perlu menyadari hal itu agar kesalahan dan kekacauan skema seperti saat melawan Singapura tidak lagi terulang.
foto: affsuzukicup.com
(ar)
Komentar