Menurut teori evolusi, semua makhluk hidup berasal dari makhluk bersel-satu yang kemudian terus bertransformasi selama miliaran tahun. Wujud monyet yang terkenal dianggap sebagai nenek moyang manusia hanya secuil kecil proses panjang evolusi. Bagaimanapun kehadiran manusia hanya sebagian kecil dari proses panjang ini.
Pada cosmic calendar yang menganalogikan semua kejadian di alam semesta menjadi sebuah kalender dari 1 Januari (terjadinya Dentuman Besar atau Big Bang) sampai 1 Januari tahun berikutnya (saat ini), pembentukan Tata Surya kita terjadi pada 2 September, kehidupan pertama (prokariota) terjadi pada 21 September, dinosaurus pada 25 Desember, primata pada 30 Desember, sementara manusia modern baru terjadi pada 31 Desember pukul 23.52. Hanya secuil.
Analogi di atas menggambarkan jika evolusi benar-benar proses yang sangat panjang. Salah satu karya teori evolusi termasyhur di dunia diterbitkan pada 24 November 1859: The Origin of Species (Asal Usul Spesies).
Buku tersebut adalah karya Charles Darwin. Judul lengkapnya adalah On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life (Tentang Asal Usul Spesies Melalui Cara Seleksi Alam, atau Pelestarian Kelompok dalam Perjuangan untuk Hidup). Menurut buku teori ilmiah ini, populasi berevolusi dari generasi ke generasi melalui proses seleksi alam.
Isi buku ini memang kontroversial karena menentang teori penciptaan menurut kepercayaan agama, dan merupakan pencetus timbulnya ilmu biologi pada abad ke-19. Darwin menulis buku ini dari hasil ekspedisi lautnya dengan kapal layar HMS Beagle pada 1830-an.
Pada kehidupan terdekat, evolusi bisa dicontohkan pada kasus punahnya burung dodo. Dodo adalah burung berukuran besar (sekitar 1 meter), dengan sayap kecil dan aneh, membuat mereka tidak bisa terbang, yang memiliki habitat di Mauritius. Ada alasan kenapa dodo berukuran besar dan tak bisa terbang.
Dahulu dodo adalah burung biasa, berukuran kecil dan bisa terbang. Namun tak adanya predator di Mauritius membuat dodo tak membutuhkan sayap untuk terbang. Alhasil mereka juga menjadi terisolasi di pulau utama Mauritius, tak bisa menyebar ke belahan dunia lainnya.
Baca selengkapnya: Mauritius dan Pelajaran dari Punahnya Burung Dodo
Begitu juga gajah yang saat ini kebanyakan tak memiliki gading. Ada alasan juga untuk itu, yaitu gajah yang memiliki gading umumnya akan diburu kemudian mati, sehingga hanya gajah-gajah tak bergading yang bisa bertahan hidup dan beregenerasi dari waktu ke waktu. Seleksi alam dan pelestarian kelompok membuat gajah bergading punah karena dianggap tak cocok dalam kehidupan (meski yang ini karena ulah manusia).
Lalu apa hubungannya dengan olahraga dan sepakbola? Hubungan terdekat teori evolusi kepada olahraga tentu ditunjukkan dari atlet-atletnya, dari manusia-manusianya.
Evolusi Manusia yang Cepat di Olahraga
Manusia terus tumbuh berdasarkan lingkungannya. Pada contoh yang paling mudah, ada alasan kenapa beberapa orang memiliki warna kulit gelap sementara yang lain lebih terang. Kulit manusia butuh perlindungan dari radiasi sinar matahari dan tubuh membutuhkan vitamin D.
Maka bagi manusia yang tinggal di daerah panas, kulitnya akan cenderung gelap. Sementara yang tinggal di daerah dingin, rambutnya akan semakin banyak dan kulitnya lebih terang. Ini adalah proses evolusi.
Manusia yang bermigrasi dari tempat panas ke tempat dingin akan menyesuaikan diri, tapi mungkin proses evolusi baru benar-benar terlihat pada generasi-generasi berikutnya. Kulit yang hitam lambat laun menjadi lebih terang. Evolusi terjadi secara lambat dan tak disadari.
Pada contoh kasus ketangkasan yang biasanya berkaitan dengan olahraga, manusia juga berevolusi. Lingkungan kepulauan kecil misalnya membuat manusianya andal dalam berenang, berlayar, menyelam, dan berselancar. Lingkungan seperti Nilotik (dataran tinggi sekitar Sungai Nil) membentuk manusia terbiasa berlari sejak anak-anak, yang membuat mereka andal dalam lari jarak menengah dan jauh.
Pada akhirnya beberapa ras tertentu memiliki keunggulan cabang-cabang olahraga. Itu yang membuat beberapa negara punya olahraga unggulan, seperti lari jarak dekat didominasi oleh keturunan Afrika Barat, renang oleh Amerika Serikat, sepeda oleh Perancis, panahan oleh Korea Selatan, tenis meja oleh Tiongkok, dan lain-lain.
Perkembangan (atau evolusi) di olahraga itu sendiri terus terjadi secara cepat, sesuai dengan moto Olimpiade: Citius, Artius, Fortius (Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat).
Dahulu juara maraton (lari jarak 42,195 km) Olimpiade 1904 memiliki waktu tempuh 3 jam 28 menit 53 detik. Sementara di Olimpiade 2016, juara maraton menempuh waktu 2 jam 8 menit 44 detik. Begitu juga sprint 100 meter yang dahulu paling cepat ditempuh 10 detik lebih, saat ini sudah menyentuh 9,58 detik. Atlet, secara tidak langsung, terus berevolusi.
Baca selengkapnya: Indonesia Menuju Prestasi Olahraga Dunia
Dari sepakbola, beberapa negara memiliki keunggulan teknik dan fisik karena proses evolusi panjang, yang kebanyakan terjadi secara tak langsung. Brasil memiliki permainan berteknik tinggi karena kebanyakan anak di sana tinggal di favela dengan ruang terbuka yang kecil sehingga pemain memiliki karakteristik bisa memanfaatkan ruang kecil untuk melakukan trik-trik.
Hal serupa juga bisa dilihat di Spanyol yang berteknik dan mengandalkan operan-operan pendek. Bahkan ketika Luis Milla, pelatih warga negara Spanyol, menangani Tim Nasional Indonesia, karakteristik itu sedikit tertular kepada para pemain lokal.
Di Inggris permainan cenderung keras dan berlangsung cepat, sehingga teknik saja tidak cukup, melainkan fisik juga harus diasah.
Pada lini masa yang lebih panjang, jika hal tersebut terjadi terus-menerus, akhirnya karakteristik atlet pun bisa berubah menyesuaikan lingkungan, mentor, dan kebiasaan kelompok. David De Gea ketika pindah ke Manchester United dianggap terlalu kurus dan tak berisi, sehingga dituntut untuk bisa meningkatkan fisiknya.
Sama seperti teori evolusi, sepakbola berkembang melalui "seleksi alam". Ada beberapa karakteristik yang cocok kepada permainan sepakbola. Jika sebuah negara ingin sepakbolanya bagus, mereka harus merancang para pemainnya agar bisa "bertahan hidup", melalui latihan, lingkungan, dan sedikit faktor genetika; dan itu adalah proses sangat panjang, sama seperti evolusi.
Meski demikian ada pula proses ringkas, seperti misalnya naturalisasi atau perkawinan silang agar bisa menciptakan keturunan yang diharapkan menjadi atlet atau pesepakbola dengan karakteristik tertentu.
Namun di era sepakbola modern, evolusi bukan hanya terjadi pada teknik dan fisik, melainkan juga pada taktik. Contohnya sebuah negara yang tak memiliki keunggulan sepakbola seperti Yunani bahkan bisa berjaya di Piala Eropa karena melakukan pendekatan taktik bertahan.
Aspek taktis ini yang kemudian banyak berevolusi menjadi lebih cepat daripada teknik dan fisik. Perkembangan taktik dari formasi yang sempat mainstream seperti 4-2-3-1, sekarang dinilai sudah ketinggalan zaman karena sudah ditemukan anti-taktik yang cocok mengantisipasinya. Apalagi jika berbicara taktik dari zaman sepakbola pertama kali dimainkan.
Taktik ini juga banyak menyesuaikan peraturan, serta sebaliknya. Di saat peraturan offside belum ada, pemain cenderung menunggu di depan, jumlah penyerang bahkan sangat banyak. Namun setelah adanya peraturan offside, pemain lebih dituntut cerdas mencari ruang dan bisa bergerak dengan cepat.
Aturan back-pass juga mengubah alur permainan sepakbola dari yang sangat lambat dan membosankan, menjadi lebih cepat.
Tidak seperti apa yang Charles Darwin gambarkan pada The Origin of Species memang, tapi proses evolusi akan terus terjadi di dunia, tak terkecuali di sepakbola. Banyak faktor yang memengaruhinya. Semua terjadi melalui seleksi alam, kebiasaan berkelompok, yang pada akhirnya soal perjuangan untuk hidup serta terus beregenerasi; dan semua terjadi pada proses yang sangat panjang.
Komentar